Loading...
INSPIRASI
Penulis: Lastriani Panggabean 01:00 WIB | Kamis, 28 Agustus 2014

Malas Kini Ada Obatnya

Gantilah kata ”tunggu sebentar” dengan ”ayo”. Motonya: ”talk less do more”.
Malas (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Malas merupakan penyakit yang dialami banyak orang. Kemalasan merupakan keadaan di mana sumber daya tinggi, namun minim upaya. Gejala penyakitnya adalah suka melakukan penundaan, tidak punya gairah, dan tak punya tujuan hidup. Orang malas menjadi beban masyarakat.

Suatu kali saya mendapatkan pesan melalui BBM dari seseorang. Ia adalah pacar sahabat saya. Entah kenapa ia tidak menyinggung sedikit pun tentang sahabat saya itu. Padahal setahu saya, ia cinta mati pada sahabat saya itu. Karena penasaran, saya pun menanyakan kabar sahabat itu. ”Aku males sama dia, dia pemalas! Cantik-cantik kok pemalas.” Demikian jawaban yang saya terima.

Sikap pemalas ternyata tidak disukai orang. Orang yang tadinya bersimpati mungkin  malah menghindari setelah tahu yang sebenarnya. kepada kita berubah dan malah menjauhi kita. Kemalasan bisa membuat kita menjadi batu sandungan bagi orang lain. Ada amsal: Seperti cuka bagi gigi dan asap bagi mata, demikian si pemalas bagi orang yang menyuruhnya.

Dan untuk pemalas—tegas Raja Salomo, ”Maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata.” Pemalas dekat dengan kemiskinan. Apakah kita ingin menjadi orang miskin nan melarat? Semua orang pasti menjawab tidak. Namun, kebanyakan orang ingin kaya tetapi tidak mau berusaha. Mereka tak ubahnya pemimpi.

Sebenarnya kalau didiagnosis penyebab kemalasan berasal dari diri kita sendiri: pemikiran dan sikap yang rajin menunda dengan beragam alasan. Sekarang obatnya hanya satu: rajin.

Bagaimana caranya? Ubahlah pola pikir! Milikilah motivasi yang benar! Gantilah kata ”tunggu sebentar” dengan ”ayo”. Motonya: ”talk less do more”. Hanya itu obatnya!


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home