Loading...
RELIGI
Penulis: Francisca Christy Rosana 20:47 WIB | Sabtu, 28 Februari 2015

Maman: Agama Bak Twitter, Tinggal Follow Unfollow

Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Maman Imanulhaq saat mengisi acara Tmu Persatuan Wartawan Katolik Indonesia (PWKI) di Atma Jaya, Jakarta, pada Jumat (27/2) malam. (Foto: Francisca Christy Rosana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Maman Imanulhaq atau yang akrab disapa Kang Maman mengungkapkan bahwa tokoh agama hari ini harus mulai berpikir bahwa agama bak media sosial Twitter.

“Kalau suka ya follow, nggak sudah nggak suka kita tinggal unfollow saja,” ujar Maman dalam acara Temu Persatuan Wartawan Katolik Indonesia (PWKI) di Atma Jaya Jakarta, Jumat (27/2) malam.

Agama menurut Maman kini telah kehilangan spirit atau energi untuk melakukan transformasi dan perubahan.

“Agama tiba-tiba begitu sakral dan formal sehingga kita tidak bisa memaknai agama. Di dirjen agama, semua agama hanya angka,” ujar anggota DPR komisi VIII itu.

Maman mengungkapkan, masyarat kadang-kadang terlalu serius terhadap simbol-simbol agama yang dipakai, tetapi gagal dengan apa yang seharusnya dihayati.

“Kita harus percaya bahwa Tuhan lebih suka dengan nyanyian yang merdu dibandingkan doa-doa yang menguras air mata tapi besoknya kita kembali korupsi,” ujar dia.

Ia bercerita, di Kementerian Agama justru angka korupsi terbilang tinggi karena telah diisi oleh orang-orang yang paham agama.

“Mereka korupsi, berbuat jahat, dan mereka katakan tenang saja karena kami tahu persis bagaimana cara bertobat. Maka bolak-baliklah orang umroh dan haji untuk mencuci dosa dan itu penghinaan,” kata Maman.

Karena perilaku manusia seperti itulah menurutnya ini rumah doa kini sudah tidak diisi lagi oleh Tuhan. Menurutnya, Tuhan sudah pidah ke temapt-tempat yang kumuh, tempat orang tertindas, dan tempat orang dianggap tidak jelas.

Dari refleksi yang mendalam itu, ia menyimpulkan Indonesia tidak akan pernah hancur karena bencana dan agama yang berbeda. Indonesia hanya akan hancur karena kebejatan moral kaum elite dan keputus-asaan kaum alit. 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home