Loading...
RELIGI
Penulis: Martahan Lumban Gaol 17:33 WIB | Rabu, 04 Maret 2015

Maman: Kekerasan di Sekolah Karena Murid Jadi Robot

Anggota Komisi VIII Maman Imanulhaq. (Foto: Dok. satuharapan.com/Francisca Christy Rosana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Anggota Komisi VIII DPR Maman Imanulhaq mengatakan tindak kekerasan sering terjadi di sekolah karena murid dijadikan sebagai robot. Menurut dia, manajemen pendidikan di Indonesia gagal melahirkan potensi dan mengembangkan kreativitas murid.

“Manajemen pendidikan di Indonesia gagal melahirkan potensi dan mengembangkan kreavitas anak, pendidikan kita berjalan bagaikan mesin, dan murid-murid dibentuk bagaikan robot,” kata Maman kepada satuharapan.com, di Jakarta, Rabu (4/3).

Politisi PKB tersebut mengaku prihatin membaca hasil riset LSM Plan International dan International Center for Research on Women (ICRW) yang mendapati bahwa 84 persen anak di Indonesia mengalami kekerasan di sekolah, angka ini lebih tinggi dari tren di kawasan Asia yaitu 70 persen.

Menurut dia itu adalah adalah bukti pendekatan dengan kekerasan masih berlangsung di tengah masyarakat Indonesia, termasuk di dunia pendidikan. “Ini preseden buruk, karena kekerasan hanya dilakukan masyarakat dengan emosional rendah,” ujar Maman.

Dia pun mengambil contoh dari kisah siswi SMP Negeri 1 Palasah, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, yang tewas setelah menjalani hukuman berlari yang diberikan oleh gurunya, pada Kamis (5/2).

“Dari kasus ini kita bisa juga melihat bahwa fisik siswi tersebut lemah, artinya pemerintah harus menggiatkan gerakan sarapan,” kata Maman.

Politisi PKB itu melanjutkan, perlu ada peninjauan kembali pada kurikulum pendidikan di Indonesia.  Sebab, kata anggota Komisi VIII DPR itu, biasanya alasan guru atau pendidik melakukan tindak kekerasan adalah karena terbebani.

“Sekarang permasalahannya, bagaimana cara mewujudkan lembaga sekolah sekolah yang ramah dan bisa menghargai,” ujar Maman.

Dia pun meminta hal ini tidak hanya menjadi tugas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melainkan jadi kewajiban seluruh jajaran kementerian. Karena menurut dia, masing-masing kementerian memiliki anggaran yang bisa dialokasikan untuk mengatasi permasalahan kekerasan di sekolah.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home