Loading...
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 22:40 WIB | Selasa, 29 Juli 2014

Mantan Pegawai Perusahaan Rokok Kampanye Anti-Tembakau

Mantan pegawai perusahaan rokok kampanye anti-tembakau. (Foto: yahoo.com)

MONTEVIDEO, SATUHARAPAN.COM  – Selama dua dekade bekerja dalam bisnis rokok di Philip Morris di Uruguay, Daniel Gomez tidak pernah membayangkan suatu hari nanti dia akan mempromosikan pemberlakuan undang-undang antitembakau.

Namun ketika raksasa tembakau itu pergi dari Uruguay di tengah ketegangan akibat pembatasan rokok yang tegas, Gomez dan tujuh rekan kerjanya berubah menjadi polisi antitembakau, bergabung dengan sebuah program pemerintah yang mengirim mereka ke seluruh penjuru negeri untuk mengawasi masyarakat mematuhi UU baru tersebut.

“Ini tidak biasa, namun kami ditinggalkan tidak punya pekerjaan, di jalan, dan sangat sulit untuk masuk kembali ke dalam pasar tenaga kerja,” ujar Gomez, yang menghabiskan sebagian besar kariernya dalam pengawasan kualitas rokok.

“Hal ini sangat mengubah hidup kami,” ujarnya pada AFP yang dirilis pada Selasa (29/7).

Kelompok itu bernama “October 21 Cooperative”, berdasarkan tanggal pada 2011 ketika Philip Morris International menutup pabriknya di Uruguay karena mengeluhkan peraturan antitembakau dan rokok pasar gelap.

Negara kecil di Amerika Selatan itu memiliki salah satu UU antitembakau terketat di dunia.

Uruguay adalah negara pertama di Amerika Latin yang melarang merokok di tempat umum, peraturan yang ditegakkan pada 2006 di bawah kepemimpinan presiden Tabare Vazquez, seorang dokter kanker yang sangat gigih memperjuangkan UU antitembakau.

Vazquez, yang kembali mencalonkan diri menjadi presiden pada Oktober mendatang, membuat rokok dikemas dengan bungkus bergambar pasien kanker untuk memperingatkan bahaya rokok, perusahaan rokok dilarang menggunakan kata “light” atau “mild” dan iklan rokok dilarang tayang di TV, koran dan radio. (AFP)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home