Loading...
BUDAYA
Penulis: Francisca Christy Rosana 09:30 WIB | Kamis, 16 Oktober 2014

Marco: Kesenian Akan Semakin Sulit

Marco Kusumawijaya, arsitek yang menjadi pemateri dalam seminar bertajuk "Membaca Arah Pengembangan Seni Budaya di Indonesia" yang digelar oleh Indonesia Contemporary Art and Desain (ICAD) di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan, Rabu (15/10). (Foto: Francisca Christy Rosana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Di era ini kesenian akan semakin sulit karena manusia semakin cepat bosan. Kepekaan seperti ketajaman penglihatan serta pengungkapan dan pengusikan batinlah yang akan mengasah kreativitas sehingga seni dapat memenuhi etika konsumsi dan produksi.

Marco Kusumawijaya, arsitek yang menjadi pemateri dalam seminar bertajuk "Membaca Arah Pengembangan Seni Budaya di Indonesia" yang digelar oleh Indonesia Contemporary Art and Desain (ICAD) di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan, Rabu (15/10) sore mengatakan, “Tantangan seni masa depan ialah menciptakan kesempatan ruang dan waktu bagi seni dan seniman untuk menawarkan interupsi, interensi, di dalam aliran benda-benda, hal-hal, momen-momen yang makin cepat dan sesak.”

Marco juga berpendapat, seni di masa depan tidak perlu lagi dikaitkan dan dibeda-bedakan dalam batas-batas negara, kota, dan sebagainya.

“Seni yang besar tidak berbicara tentang batas-batas, tetapi bagaimana kita bisa bicara tentang kemanusiaan,” ujarnya. Terkait dengan hal itu, nasionalisasi kesenian dan kebudayaan juga harus jadi hal yang patut diwaspadai dan ditinjau ulang karena baginya seni tidak perlu dibatasi dengan pengertian dalam batas-batas negara.

Kota dan Seni

Seni dipandang dapat berperan melunakkan kota. Melalui permainan seni, kota bukan lagi menonjol karena arsiteknya, tetapi karena isinya yang lebih luas dan lebih kaya dari sekadar bangunan gedung-gedung fisik yang mencakar langit. Kota yang dipenuhi sentuhan seni secara otomatis akan dapat mengubah pola pikir dan perilaku manusia menjadi lebih humanis karena seni dapat menciptakan harmonisasi.

“Ini berarti seni dapat mengubah perilaku manusia,” kata Marco.

Menurutnya, kota megapolitan seperti Jakarta masih harus membangun atau memperbaiki kota, bukan dari segi fisiknya melainkan dari kegiatan-kegiatan kesenian dan kebudayaan. Untuk itu, Marco berharap Jakarta dapat memanfaatkan momentum Asian Games 2018 dengan mengubah mentalitet urban melalui aktivitas-aktivitas seni. Terkait hal itu, ia mengusulkan agar peristiwa pembukaan dan penutupan Asian Games di Indonesia hendaknya menghadirkan kesenian yang kreatif, yang mengikutsertakan penduduk dan seluruh ruang kotanya berpartisipasi.

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home