Loading...
INSPIRASI
Penulis: Joni Welman Simatupang 01:00 WIB | Minggu, 31 Mei 2020

Mari Berbuat Sesuatu!

Yesus, di dalam kasih dan ketaatan-Nya kepada Bapa di sorga, berinisiatif untuk menyembuhkan seorang pria yang telah mengalami sakit lumpuh selama 38 tahun lamanya.
Di Kolam Betesda (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Narasi Injil tentang penyembuhan seorang lumpuh pada hari Sabat di kolam Betesda (Yoh. 5:1-18), dalam perspektif saya, memiliki dua hal yang menarik disimak.

Pertama, terkait dengan sikap penuh belas kasihan Yesus sebagai Tuhan yang menawarkan kesembuhan (ay. 6) terlepas dari ketidaktahuan dan kurangnya pengenalan orang tersebut tentang pribadi dan kuasa Yesus yang sesungguhnya.

Kedua, pernyataan Yesus dalam ayat 17 dengan jelas menegaskan bahwa Ia memang adalah Tuhan atas hari Sabat karena secara hakiki Ia setara dengan Allah Bapa. Sebagai Anak, Yesus taat mengerjakan kehendak Bapa-Nya yang terus bekerja sampai sekarang untuk kebaikan ciptaan-Nya.

Dua hal yang menarik itu sesungguhnya bisa dirangkum: kisah ini menolong kita melihat segala sesuatu dari sudut pandang baru yang segar, tetapi dibutuhkan waktu yang cukup untuk memahami dan menggabungkan informasi atau sikap baru tersebut ke dalam sikap dan cara hidup kita dalam mengejar vokasi.

Yesus, di dalam kasih dan ketaatan-Nya kepada Bapa di sorga, berinisiatif untuk menyembuhkan seorang pria yang telah mengalami sakit lumpuh selama 38 tahun lamanya. Orang lumpuh itu tampaknya sudah tiba pada puncak dari rasa malu, penderitaan, keputusasaan, dan ketidakberdayaan yang tidak terkatakan karena setiap kali dia berusaha untuk menjadi orang pertama yang masuk ke dalam kolam ketika malaikat Tuhan mengguncangkan air kolam tersebut, selalu ada orang lain yang mendahuluinya.

Pada saat itulah Yesus datang menawarinya: ”Maukah engkau sembuh?” Tawaran ini sungguh lembut, tepat sasaran, namun sederhana, menerobos masuk ke dalam lubuk hatinya yang terdalam (ay. 6). Iman dan pengharapan menjerit di tengah keputusasaan sembari mengakui ketidakberdayaannya, namun penuh doa menjadi respons alami dan jujur yang keluar dari mulutnya (ay. 7).

Secara langsung dan tidak terbantahkan, kuasa Allah bekerja memberikan kesembuhan total ketika Yesus berkata kepadanya, ”Bangunlah, angkatlah tilammu, dan berjalanlah.” Secara ajaib, ia bisa berjalan dengan normal (ay. 8-9), dan mulai bersaksi (ay. 15) Mukjizat Allah secara sempurna bekerja di dalam kehidupan orang-orang yang percaya dan beriman kepada Kristus.

Di tengah kondisi pandemi dan krisis global saat ini, kita sebagai pengikuti Kristus pun dipanggil untuk terus bekerja dan berkarya melayani Tuhan. Salah satu hikmah atau hal positif dibalik pandemi Virus Corona (Covid19) adalah membuat manusia banyak berdoa dan berharap pada Tuhan dan tidak semata-mata mengandalkan sains dan teknologi.

Corona menyadarkan kita pada kenyataan dan memberi kita kesempatan untuk meminta pengampunan dan pertolongan Tuhan. Meskipun kita masih melakukan work from home (WFH), namun janganlah kiranya kondisi ini menghambat, menghalangi, atau bahkan melumpuhkan kita untuk tidak berbuat apa-apa (paralyze us to do nothing) sehingga tidak sanggup melakukan atau menciptakan kebaikan bagi orang lain yang membutuhkan di sekitar kita.  

Sebaliknya kita harus setia berbuat baik dan menjadi teladan bagi orang-orang percaya dan bahkan bagi mereka yang belum percaya kepada Kristus. Jika tidak bisa terjun langsung ke lapangan, kita bisa membawa mereka yang terdampak dalam doa-doa kita supaya Tuhan menolong dan menguatkan mereka dalam menghadapi situasi sulit, misalnya terkena pemotongan gaji atau PHK.

Kita juga bisa memberikan uang kita melalui Gerakan Peduli Sesama (GPS), yang menyalurkan bantuan berupa bahan-bahan kebutuhan sehari-hari langsung kepada mereka yang sangat membutuhkan, misalnya yang hidup di bawah kolong jembatan.

Ada juga beberapa rekan yang saya kenal melakukan pemberdayaan kerja keterampilan seperti tata rias atau servis AC. Artinya, melakukan pembangunan manusia dengan ”memberikan kail bukan ikan.” Sedangkan beberapa rekan lain juga sepakat (karena keterbatasan dana) untuk fokus membantu satu komunitas tertentu di satu daerah agar mereka bisa ”mandiri” lewat dua proyek: pembuatan dan penjualan siomai dan urban farming.

Intinya: ” Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”  (Kol. 3:23). Mari berbuat sesuatu!

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home