Loading...
INDONESIA
Penulis: Martahan Lumban Gaol 18:46 WIB | Kamis, 02 Oktober 2014

Masyarakat Kecewa Sidang Paripurna DPR Kisruh

Ketua DPR periode 2009 - 2014 yang berakhir masa jabatannya saat menandatangani berita acara serah terima jabatan yang saksikan oleh Presiden dan Wakil Presiden di gedung Nusantara DPR Jakarta. (Foto: Dedy Istanto)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Berbagai tanggapan miring diucapkan masyarakat usai menyaksikan jalannya Sidang Paripurna DPR RI yang diselenggarakan guna menyampaikan komposisi dan susunan pengurus fraksi partai politik di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (2/10) dini hari.

Salah satunya, seorang karyawan swasta bernama Ikhwan yang ditemui satuharapan.com, ia mengungkapkan perilaku Anggota DPR yang baru dilantik pada Rabu (1/10) tidak mencerminkan sifat wakil rakyat, dirinya pun kecewa telah memberikan hak suara pada Pemilihan Legislatif 2014 lalu.

“Saya melihatnya busuk, mereka tidak tidak mencerminkan sifat wakil rakyat karena belum apa- udah berantem, terus pemipin rapatnya hancur,” kata dia saat ditemui di sekitar kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (2/10).

“Saya juga kecewa sudah memberikan hak suara pada mereka di Pemilihan Umum 2014 kemarin,” Ikhwan menambahkan.

Sementara itu, Uki-tukang ojek di kawasan Senayan-menyampaikan Anggota DPR memalukan. Walau mengaku tidak kecewa atas apa yang terjadi dalam Sidang Paripurna DPR, Rabu (1/10), Uki merasa malu melihat pertengakaran yang terjadi.

“Ke depannya, saya berharap jangan berkelahi lagi, jangan mementingkan diri sendiri, dan mau mencoba mementingkan kepentingan rakyat. Karena kalau berkelahi begitu cuman memikirkan kepentingan diri sendiri saja,” ujar dia.

Seorang pegawai yang bekerja di Sekretariat Jendral DPR RI, Bahar juga menyampaikan hal senada. Bahkan ia menyarankan agar Anggota DPR baru mau belajar dari Anggota DPR yang telah lama menghuni “Gedung Senayan”. “Ambil baiknya jangan yang jeleknya. Karena petahana jeleknya itu fifty-fifty, 50 persen sangat jelek, 50 persen lagi jelek,” kata dia.

Ia pun berharap agar seluruh Anggota DPR periode 2014-2019 lebih baik dibanding periode sebelumnya, sehingga para elit politik baru di parlemen tidak termakan dengan anggaran-anggaran yang diturunkan.

“Jangan jadi pedagang sapi, banyak anggota terpilih ini berpikir untuk mengembalikan modal yang sudah dikeluarkan. Soalnya, kebanyakan dari mereka itu kan pengusaha, anak bupati, atau istri gubernur,” dia mengungkapkan.

Keinginan Kubu Prabowo

Menanggapi ucapan miring masyarakat itu, Politisi PDI Perjuangan Aria Bima mengatakan apa yang tersaji dalam Sidang Paripurna DPR RI, Rabu (1/10), merupakan keinginan kubu Prabowo Subianto.

“Kekisruhan yang kita lakukan itu akibat dari proses persidangan yang akal-akalan, sebenarnya kita tidak mau itu terjadi, tapi karena tidak diakomodasi kita lakukan seperti itu,” ujar dia saat ditemui di Kompleks MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (2/10).

“Masa tata tertib disosialisasikan tidak mau? Saya sudah tiga kali dilantik setiap kali tatib itu harus diketok, sidang apa ini?” Aria Bima menambahkan.

Saat ditanya pandangannya ke depan, ia hanya mengajak masyarakat untuk melihat dinamika politik. “Pada prinsipnya kita kalah melawan akal-akalan. Kemarin, ekspresi kita melakukan tindakan itu memang kurang etis, tapi kesantunan yang paling baik adalah kesantunan memimpin sidang. Bila pimpinanya tegas dan benar memfasilitasi dinamika yang ada, maka jalannya sidang akan santun, juga,” kata Politisi PDI Perjuangan itu.

Masih Wajar

Berbeda dengan pandangan Aria Bima, Anggota DPD periode 2009-2014 Gede Pasek Suardika mengatakan kejadian dalam Sidang Paripurna DPR, Rabu (1/10), masih dalam kewajaran, karena masih dalam perdebatan yang menarik untuk disimak.

“Demokrasi sekarang cukup bagus, karena daya tarik publik mencermati tinggi sekali,” ujar dia.

DPR kan karena jumlahnya lebih banyak, yakni 560, dan terdiri dari 10 fraksi, tentu tarikan politiknya lebih besar dibanding di DPD. Kalau di DPD jumlahnya 132 dan sifat di dalamnya itu personal, tidak ada kepentingan kelompok. Kalau diibaratkan permainan sepak bola, DPD memainkan kemampuan individu, sementara DPR itu butuh kerjasama,” Pasek menambahkan.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home