Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Dewasasri M Wardani 14:49 WIB | Jumat, 21 Oktober 2016

Melinjo, Kulitnya Berkhasiat Obat Asam Urat

Melinjo (Gnetum gnemon, Linn). (Foto: ebay.com)

SATUHARAPAN.COM – Pernah makan melinjo, atau paling tidak produk yang dihasilkan dari bahan melinjo? Melinjo adalah buah yang dihasilkan dari pohon melinjo. Kebanyakan orang mengenal melinjo dari buahnya, yang diolah menjadi emping, atau pucuk daunnya yang  juga dapat diolah menjadi masakan berupa tumis daun melinjo, atau dijadikan bahan pelengkap sayur asem, melengkapi bahan lain seperti jagung manis, labu, dan kacang panjang.

Banyak mitos yang mengatakan melinjo dapat menyebabkan kenaikan asam urat (hiperurisemia) yang signifikan. Melinjo memang mengandung purin. Peningkatan asam urat terjadi karena gangguan metabolisme purin dan asupan purin tinggi dari makanan secara berlebihan.

Buah melinjo memicu asam urat lantaran mengandung purin cukup tinggi. Kadar purin melinjo 50—150 mg per 100 gram bahan. Konsumsi melinjo berlebih menyebabkan asam urat menumpuk di jaringan tubuh. Asam urat merupakan hasil akhir metabolisme purin. Tubuh menyediakan 85 persen  purin untuk kebutuhan metabolisme setiap hari. Itu berarti pasokan purin dari makanan hanya dibutuhkan 15 persen. Bila menyantap melinjo tidak berlebihan, justru berdampak baik bagi kesehatan, sebab melinjo berkhasiat sebagai antioksidan kuat.

Uniknya, penelitian yang dilakukan Prof Dr H Subandi MSI  dan Sri Wulandari dari jurusan Kimia Universitas Negeri Malang, seperti dikutip dari karya-ilmiah.um.ac.id , ternyata membuktikan ekstrak etanol kulit melinjo muda malah  dapat menghambat dan juga menghancurkan kinerja xantin oksidase-enzim, penyintesis asam urat, dan berkhasiat untuk mencegah penyakit asam urat atau gout. 

Riset empiris tersebut juga mengungkapkan, kulit melinjo mengandung asam askorbat, tokoferol, flavonoid, saponin, dan polifenol, sebagai antioksidan untuk meningkatkan daya inhibisi terhadap aktivitas xantin oksidase. Dan proses perebusan dapat meningkatkan aktivitas antioksidannya. Karena itu, metabolit sekundar dalam kulit biji lezat ini cukup efektif untuk mencegah dan mengobati asam urat.

“Di Jepang melinjo diolah jadi beragam kuliner untuk menunjang pola hidup sehat,” kata Ani Andayani, doktor vegetables sciences alumnus Chiba University, Jepang, seperti dikutip dari trubus-online.co.id.

Di Jepang melinjo termasuk tumbuhan purba yang secara evolusi dekat dengan tanaman Ginkgo biloba. Ginkgo adalah spesies pohon hidup tertua, yang telah tumbuh selama 150-200 juta tahun dan dipercaya sebagai tonik otak, karena memperkuat daya ingat.  

Melinjo di Jepang bahkan telah diolah menjadi tepung untuk bahan baku aneka makanan seperti kue dan roti. Masyarakat Jepang mencampurkan tepung melinjo dalam minuman teh. Dosisnya setengah sendok teh. Mereka ingin memperoleh khasiat melinjo ketika menyeruput secangkir teh. Selain itu penambahan tepung melinjo juga membuat teh menjadi kental sehingga semakin nikmat. “Ada pula yang menambahkannya untuk saus pada salad. Salad jadi lebih lezat, awet, dan sehat dikonsumsi,” kata Ani.

Tri Agus Siswoyo PhD, peneliti di Pusat Penelitian Biologi Molekuler, Universitas Jember, Jawa Timur, dan  alumnus Osaka Prefecture University, Jepang, juga menguji aktivitas antioksidan ekstrak akar, daun, biji, dan batang melinjo untuk menangkal radikal bebas. Radikal bebas salah satu penyebab utama timbulnya kanker dan mempercepat proses penuaan.

Deskripsi Botani

Melinjo, dikutip dari Wikipedia, merupakan tumbuhan tahunan berbiji terbuka, berbentuk pohon yang berumah dua (dioecious, ada individu jantan dan betina dalam satu pohon). Bijinya tidak terbungkus daging tetapi terbungkus kulit luar.

Batangnya kokoh dan bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Daunnya tunggal berbentuk oval dengan ujung tumpul. Melinjo tidak menghasilkan bunga dan buah sejati karena bukan termasuk tumbuhan berbunga. Yang dianggap sebagai buah sebenarnya adalah biji yang terbungkus oleh selapis aril yang berdaging.

Tanaman melinjo, dapat tumbuh mencapai 100 tahun lebih dan setiap panen raya mampu menghasilkan melinjo sebanyak 80 - 100 kg, Bila tidak dipangkas bisa mencapai ketinggian 25 m dari permukaan tanah.

Tanaman melinjo dapat diperbanyak dengan cara generatif (biji) atau vegetatif (cangkokan, okulasi, penyambungan dan stek).

Tanaman melinjo memiliki nama ilmiah Gnetum gnemon, Linn, adalah suatu spesies tanaman berbiji terbuka (Gymnospermae) berbentuk pohon yang berasal dari Asia Tropis, Melanesia, dan Pasifik Barat. Melinjo dikenal pula dengan nama belinjo, mlinjo (bahasa Jawa), tangkil (bahasa Sunda), atau bago (bahasa Melayu dan bahasa Tagalog), khalet (bahasa Kamboja).

Melinjo banyak ditanam di pekarangan sebagai peneduh atau pembatas pekarangan dan terutama dimanfaatkan buah dan daunnya. Di beberapa daerah di Indonesia, pohon melinjo ditumbuhkan di pekarangan rumah atau kebun rumah dan dimanfaatkan oleh penduduk secara langsung.

Kayunya dapat dipakai sebagai bahan papan dan alat rumah tangga sederhana. Daun mudanya (disebut sebagai so dalam bahasa Jawa) digunakan sebagai bahan sayuran (misalnya pada sayur asem). Bunga (jantan maupun betina) dan bijinya yang masih kecil-kecil (pentil) maupun yang sudah masak, dijadikan juga sebagai sayuran. Biji melinjo juga menjadi bahan baku emping. Kulitnya bisa dijadikan abon kulit melinjo.

Indonesia adalah negara yang menjadikan biji melinjo sebagai komoditi ekspor dalam jumlah yang cukup besar. Melinjo akan dipanen dan menghasilkan buah 5- 6 tahun setelah penanaman biji. Di daerah Sumatera Barat setiap tahun dilaporkan menghasilkan 20.000- 25.000 buah melinjo dan produksi bijinya mencapai 80- 100 kg per pohon per tahun.

Manfaat Herbal  Malinjo

Melinjo ternyata juga merupakan tanaman yang berkhasiat herbal yang multifungsi,  karena mengandung stilbenoid yang berpotensi sebagai antimikroba, menangkal radikal bebas, dan mengontrol gula darah. Hal ini dibuktikan oleh Yuji Tokunaga, periset di University of Fukui, Jepang, seperti dikutip dari trubus-online.co.id, yang meneliti  khasiat stilbenoid dari biji melinjo.  Hasilnya menunjukkan semua jenis stilbenoid itu mampu menghambat senyawa radikal bebas. 

Stilbenoid juga terbukti mampu menghambat kerja enzim lipase, sehingga berpotensi menekan penumpukan dan penyerapan lemak dalam tubuh. Senyawa aktif itu pun menghalangi aktivitas enzim amilase. Akibatnya, perombakan karbohidrat menjadi glukosa terhambat. Karena itu melinjo berpotensi sebagai pengontrol kadar gula darah bagi penderita diabetes.

Sebagai antimikroba, ekstrak melinjo efektif membunuh beragam mikroorganisme jahat seperti Bacillus subtilis, Bifidobacterium bifidum, dan Clostridium perfringens. Menurut Siswoyo, potensi antimikroba melinjo bisa dimanfaatkan sebagai pengawet makanan sekaligus obat untuk penyakit akibat bakteri.

Menurut beberapa peneliti Jepang maupun peneliti Indonesia dari Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember, antioksidan dari biji melinjo merupakan flavonoid yang termasuk senyawa polifenol. Senyawa ini dapat tahan selama lima jam lebih lama daripada vitamin E dan C. Hasil riset menunjukkan aktivitas antioksidan ini setara dengan antioksidan sintetik butylated hydroxytolune.

Sebuah perusahaan dari Jepang yang berlokasi di Bandung saat ini telah mengolah biji melinjo menjadi teh dan tepung yang mempunyai segudang khasiat bagi kesehatan. Bahkan di Jepang sendiri biji melinjo telah diolah sebagai obat awet muda (anti-aging). 

Kandungan flavonoid ini didapat dari biji melinjo yang kulitnya sudah berwarna merah. Karena itu efek antioksidan melinjo juga bisa diperoleh dengan memakan bijinya langsung yang telah diolah, baik yang direbus ataupun yang telah disiapkan dalam bentuk sayur.

Fakultas Farmasi, Institut Ilmu Kesehatan Bakti Wiyata Kediri, juga meneliti untuk mengetahui efek farmakologi infusa biji melinjo terhadap penurunan kadar glukosa darah pada mencit (Mus musculus). Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa biji melinjo dosis 50 persen, memiliki efek farmakologi terhadap penurunan kadar glukosa darah sebesar 33,41 persen dan berbeda signifikan (p>0,01) dibandingkan glibenklamid.

Penelitian dari tim peneliti dari Program Studi Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado, bahwa ekstrak daun melinjo

memiliki  uji daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans, pada gigi  yang berupa karies, yang  disebabkan oleh beberapa faktor  yaitu host, substrat, mikroorganisme, dan waktu. Karena daun melinjo memiliki kandungan senyawa aktif seperti alkaloid, flavonoid, steroid, dan tanin yang mempunyai efek antibakteri. 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home