Loading...
RELIGI
Penulis: Reporter Satuharapan 12:11 WIB | Kamis, 11 Oktober 2018

Menag Buka Muktamar Pemikiran Santri Nusantara

Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin. (Foto: Dok satuharapan.com/kemenag.go.id)

KRAPYAK, SATUHARAPAN.COM – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin membuka Muktamar Pemikiran Santri Nusantara. Muktamar perdana ini digelar di Pesantren Al-Munawwir dan Ali Maksum, Krapyak,  Yogyakarta.

Muktamar ini mengangkat tema “Islam, Kearifan Lokal, dan Tantangan Kontemporer”.

“Ini forum strategis. Perlu ada forum reguler di mana kaum santri, selain bisa saling bersilaturahmi, juga bersilatulfikri sehingga mereka bisa lebih banyak memberikan manfaat atas keberadaannya, tidak hanya untuk masyarakat pesantren, tapi juga dunia,” kata Menag di Krapyak, Rabu (10/10), seperti dilaporkan Khoiron dan dilansir kemenag.go.id.

Menurut Menag, muktamar akan membahas beragam isu, antara lain terkait keberadaan pesantren dan moderasi beragama. “Kita sekarang dihadapkan pada pandangan yang cenderung berlebihan atau ekstrem. Untuk itu, apa yang menjadi warisan pendahulu kita berupa Islam wasathiyah itu harus tetap bisa dijaga dengan baik,” ujarnya.

Tema lain terkait pesantren dan peran perempuan. Menag mengatakan, Islam hadir dalam rangka melindungi dan menjaga harkat dan martabat perempuan. “Tema ini akan dikaji bersama karena santri bertanggung jawab sebagai orang yang memiliki kompetensi di bidang itu,” ucapnya.

Muktamar juga akan membahas masalah pesantren dan kebudayaan. Kebudayaan terus berkembang hingga manusia kini hidup di wilayah borderless, tanpa batas.

“Kebudayaan sebagai percampuran banyak nilai akan mempengaruhi tata nilai yang kita anut. Pesantren dan santri mestinya bisa memberikan pandangan konstruktif bagaimana kebudayaan lahir tanpa tercerabut dari nilai agama,” katanya.

Nara Sumber dari Dalam dan Luar Negeri

Sebelumnya, Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin melaporkan bahwa muktamar akan dilaksanakan dalam dua bentuk kegiatan, yaitu: Special Panel dan Panel Session.

Kegiatan pertama akan disampaikan sejumlah narasumber dari dalam dan luar negeri, di antaranya KH Afifuddin Muhajir (Majelis Masyayikh), KH Husein Muhammad, Muazzam Malik (Duta Besar Inggris), Malik Ballen (Director Official, Leiden University), Syaikh Bilal Mahmud Afifi Ghanim (Aal-Azhar University), dan Dr Syaikh Salim Alwan al-Husayny (Darul Fatwa Australia).

“Bentuk kegiatan kedua atau Panel Session diikuti 175 peserta yang telah dinyatakan lolos seleksi call for paper sesuai tema yang akan dibahas di muktanar,” ia menjelaskan.

Muktamar di Krapyak ini berlangsung hingga 12 Oktober. Mewakili tuan rumah, Hilmy Muhammad menilai bahwa pemilihan Pesantren Al-Munawwir dan Ali Makshum sebagai tuan rumah adalah tepat. Sebab, berdiri sejak 1911, pesantren ini telah melahirkan banyak tokoh pergerakan, pejuang,  dan pengisi kemerdekaan.

“Pesantren ini juga pernah menjadi tempat Muktamar NU ke-28 pada tahun 1989,” tuturnya.

Selain itu, banyak karya intelektual yang berasal dari pesantren ini. Misalnya, Metode Tashrif dan Hujjah Ahlussunnah Waljamaah karya KH Ali Makshum. Juga Wadlaiful Muta'allimin, al-Muqtathafat, dan al-Furuq karya KH Zainal Abidin Munawwir.

Karya lainnya adalah Qamus Al-Munawwir yang disusun KH Warshun Munawwir dan Qamus Al-'Ashry karya KH Atabik Ali.

Kini, lebih dari 4.000 santri belajar di pesantren ini, baik di pendidikan formal maupun nonformal.  

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home