Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 08:13 WIB | Senin, 27 Februari 2017

Menag Mengajak DDII Gaungkan Paham Moderat

Lukman Hakim Saifuddin (kemeja hijau, tengah) pada peringatan Setengah Abad Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). (Foto: kemenag.go.id)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin mengajak Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) bersama ormas keagamaan lain untuk menggaungkan paham Islam moderat. Menurutnya, dengan paham moderat itulah kehidupan keagamaan di Indonesia berjalan hingga saat ini.

“Mari kita jaga dan pelihara warisan ini. Jangan sampai kejadian di Suriah dan Irak, dua pusat peradaban Islam yang luluh lantak karena tidak mampu menjaga toleransi, terjadi di negara kita," kata Menag, saat memberi sambutan pada Rakernas dan Tasyakuran Setengah Abad DDII, di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, Minggu (26/2).

Lukman mengatakan, berdasar sejarah, DDII berdiri seiring Partai Masyumi yang membubarkan diri sekaligus menandai perubahan medan perjuangan dari politik praktis ke dakwah.

Lukman melihat perubahan medan perjuangan ini mempunyai makna yang luas dalam konteks masa kini di mana Indonesia menghadapi paham ekstremisme dan liberalisme.

Ketua Umum DDII, Muhammad Siddiq, menyampaikan kegiatan DDII saat ini konsen pada bidang dakwah.

“Tidak sekadar menyampaikan, namun juga menggerakkan perbaikan akidah, muamalat, ibadah, akhlak, kualitas hidup, pendidikan kesehatan, dan masalah kehidupan masyarakat lain,” kata Siddiq.

Siddiq menerangkan, DDII telah mengirim ratusan dai ke penjuru Nusantara, membangun tidak kurang dari 500 masjid, lembaga pendidikan hingga perguruan tinggi, rumah sakit dan lainnya.

DDII didirikan oleh para tokoh Islam di Masjid Munawaroh, Tanah Abang, Jakarta Pusat, pada 26 Februari 1967. M Natsir (Perdana Menteri kelima Indonesia) menjadi ketua umum pertama. DDII berdiri seiring dengan Partai Masyumi membubarkan diri.

"Orang tua kita, Bapak M Natsir, adalah salah satu pejuang yang berusaha mengintegrasikan 16 negara ke satu negara, yakni NKRI, di mana saat itu, negara-negara masih bergabung pada Republik Indonesia Serikat yang rentan pecah," kata Siddiq. (kemenag.go.id)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home