Loading...
DUNIA
Penulis: Eben E. Siadari 09:35 WIB | Kamis, 25 Agustus 2016

Menara Gereja Teguh Berdiri Saksi Bisu Gempa Italia

Sebuah menara gereja yang tetap kokoh berdiri di antara reruntuhan akibat gempa (Foto: ANSA)

AMATRICE, SATUHARAPAN.COM - Jumlah korban tewas akibat gempa yang melanda Italia, kemarin bertambah menjadi 159 orang. Empat kota yang paling parah terkena gempa, dilaporkan rata dengan tanah. Empat kota itu adalah Amatrice, Pescara del Tronto, Arquata del Tronto dan Accumoli.

Namun, sebuah menara gereja di Amatrice, tampak tetap tegak berdiri, dikelilingi reruntuhan bangunan di sekitarnya. Jam yang menempel di menara tampak tetap utuh, hanya saja tidak bergerak lagi.

Regu penyelamat mengangkut korban gempa di Italia (Foto: AP)

Gempa berkekuatan 6.2 skala richter kemarin (24/8) telah mengguncang Italia dan membawa duka yang sangat mendalam. Di kota-kota yang dihuni oleh para penganut Katolik itu, para pastor dilaporkan ikut bergabung dengan regu penyelamat, menggali reruntuhan dengan tangan telanjang untuk menyelamatkan atau menemukan orang-orang yang mereka kasihi.

Para pastor itu hanya berhenti ketika harus memimpin doa bagi yang ditemukan meninggal.

Dilaporkan pula ada tiga biarawati yang hilang.

Yang paling parah terkena gempa adalah Amatrice. Gempa berkekuatan 6,2 skala richter itu nyaris membuat kota itu lenyap.

Amatrice dikenal sebagai salah satu kota yang paling indah di Italia. Tetapi gempa telah menelan korban setidaknya 35 orang tewas di kota ini. Walikota, Sergio Pirozzi, mengatakan: "Kota ini tidak di sini lagi."

Namun, dari gGambar-gambar yang banyak beredar mengabadikan peristiwa duka ini, setidaknya menunjukkan tidak semuanya hancur dan lebur. Setidaknya sebuah menara gereja di Amatrica tampak kokoh berdiri. Jam yang ada di menara tampak terhenti 3:37, menggambarkan mulai terjadinya gempa.

Rumah-rumah yang roboh akibat gempa di Italia (Foto:AP)

Gempa ini telah membuat ratusan orang terluka dan ribuan lagi meninggalkan rumah untuk pergi ke tempat penampungan darurat di pedesaan pegunungan, yang penuh dengan tanah longsor dan jembatan runtuh.

Gempa yang terjadi pada pukul 03:35 waktu setempat juga telah menghancurkan wilayah Umbria, dekat pusat liburan Perugia.

Saksi mata melihat seorang anak delapan bulan dan saudaranya yang berusia sembilan tahun termasuk di antara empat anggota dari satu keluarga yang tewas di Accumoli.

Seiring dengan jenazah mereka berbungkus selimut dibawa, seorang wanita tua menangis dan berkata Tuhan telah "memanggil mereka sekaligus".

Seorang penduduk, Emiliano Grillotti, menceritakan bagaimana 15 anggota tim penyelamat menggali dengan tangan mereka untuk mencapai ibu dan anak yang berada di reruntuhan. Mereka mengatakan mendengar jeritan.

Tiga biarawati berada di antara yang hilang sementara seorang pastor bernama  Fabio Gammarota mengatakan ia telah mendoakan tujuh jenazah, dan menambahkan: "Salah satunya adalah teman saya."

Paola Mancini, 79, seorang yang dirawat akibat gempa, bercerita tentang sahabatnya yang kehilangan istri. Temannya itu berkata, "Meskipun saya tinggal di sini saya tidak mengenalinya. Ia menangis dan terus berkata, 'Istri saya meninggal karena rumah kami roboh."

CNN melaporkan Perdana Menteri Italia, Matteo Renzi akan menggelar rapat Kabinet pada Kamis untuk menentukan langkah-langkah yang harus diambil.

"Hari ini adalah hari air mata, besok kita bisa pembangunan kembali," kata Renzi saat mengumumkan 120 orang tewas dan 368 terluka, kemarin. Satu jam setelah pengumuman itu, korban tewas bertambah menjadi 159 orang.

Italia terletak di antara dua lempeng, menjadikannya salah satu negara dengan risiko gempa terbesar di Eropa.

Gempa terparah terakhir di negara itu terjadi pada 2009, mengguncang kota L'Aquila dan menewaskan lebih dari 300 orang.

Pada tahun 1908, Italia diguncang gempa parah yang disusul dengan Tsunami di Reggio Calabria dan Sisilia, menewaskan sekitar 80 ribu orang. (thesun.co.uk/guardian.com/cnn.com)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home