Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 12:10 WIB | Sabtu, 11 Maret 2017

Mendikbud Muhadjir Larang Siswa Bermain Skip Challenge

Ilustrasi: Skip challenge atau Pass-out challenge (Foto: Antara/Youtube.com/duck Lucks)

BANDUNG, SATUHARAPAN.COM – Menteri Pendidikan dan Kebudayan RI Prof Muhadjir Effendy menginstruksikan guru/wali kelas, untuk melarang siswa atau peserta didiknya bermain permainan baru yang saat ini sudah menjadi viral di ranah media sosial yakni "Skip Challenge".

"Kepala sekolah, guru, terutama wakil kepala sekolah kesiswaan, diminta untuk memantau dan melarang anak-anak untuk melakukan itu (bermain skip challenge)," kata Mendikbud Muhadjir seusai memberikan kuliah umum bertajuk "Strategi Penguatan LPTK Dalam Menyiapkan Guru Masa Depan" di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Jumat (10/3), seperti dikutip Antaranews.com.

Mendikbud, mengingatkan kepada pelajar tentang bahaya dari permainan tersebut karena bisa mengancam jiwa.

Skip challenge atau pass out challengge adalah permainan yang dilakukan dengan cara menekan dada sekuat atau sekeras mungkin selama beberapa waktu, sehingga menyebabkan anak yang memainkan permainan itu menjadi kejang atau bahkan pingsan.

Ia menuturkan Kemendikbud telah mengirimkan instruksi larangan bermain skip challenge kepada seluruh kepala sekolah di Indonesia. 

Seorang profesor pakar paru-paru dan pernafasan, Faisal Yunus, mengatakan aksi itu 'berbahaya'. "Kalau sempat pingsan, berarti ada penurunan kesadaran. Biasanya itu terjadi karena oksigen di otak berkurang. Ini juga bisa menimbulkan cedera kalau (tulang) iganya lemah."

Lebih jauh lagi Faisal menyebut skip challenge bisa mengakibatkan 'kematian'. "Kalau (otak kurang oksigen) cukup lama, tentu meninggal." Dia menyebut toleransi orang terhadap kekurangan oksigen berbeda-beda, "ada yang tahan satu menit, ada yang sebentar saja sudah megap-megap," katanya yang dikutip dari bbc.com.

Tantangan ini dilakukan oleh beberapa orang secara berulang-ulang, karena 'menyenangkan' dan membuat mereka merasa high. Profesor Faisal menjelaskan mengapa ini bisa terjadi.

"Ketika orang akan pingsan, otaknya kekurangan oksigen. Dalam keadaan itu, dia tidak merasakan rasa sakit, rasa stres, atau rasa ketakutan. Itu hilang. Mungkin orang tertentu terasa lebih enak terbebas dari stres sehari-hari, atau depresi. Kalau begini kan seakan-seakan terbebas."

Selain karena sensasi yang dirasakan, psikolog Datuk Fitra menyebut ramainya remaja yang melakukan skip challenge dan mengunggahnya, karena remaja "senang ditantang. Mereka juga ingin mempublikasi diri. Hal itu jadi lebih mudah dengan adanya teknologi (media sosial)."

Namun, kemajuan teknologi dinilainya kadang membuat remaja bertindak "aneh dan bahkan gila" untuk mencapai tujuan. "Nah yang ini persoalannya, tantangannya bisa menyebabkan kematian."

 

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home