Loading...
RELIGI
Penulis: Esther GN Telaumbanua 15:32 WIB | Senin, 27 Mei 2013

Menelusuri Jejak Pecinan di Petak Sembilan

Menelusuri Jejak Pecinan di Petak Sembilan
Suasana pecinan Petak Sembilan, Jakarta Barat. (Foto-foto: Esther Telaumbanua)
Menelusuri Jejak Pecinan di Petak Sembilan

SATUHARAPAN.COM - China town atau sering kita sebut dengan pecinan merupakan sebutan bagi wilayah pemukiman Tionghoa yang ada di berbagai lokasi di dunia. Umumnya, pecinan berupa pemukiman penduduk sekaligus pusat perekonomian warganya.

Salah satu kawasan pecinan yang luas dan terkenal di Ibukota terdapat di wilayah Glodok, Jakarta Barat. Adalah Petak Sembilan, sebuah pecinan di jalan Kemenangan 3, berada tepat berseberangan dengan hotel lama "Pancoran" di jalan Pancoran, dan berdekatan dengan pusat perbelanjaan Glodok.

Kehidupan masyarakat Tionghoa sudah dimulai sejak kedatangan perantauan China pada abad ke-7 ke Indonesia. Mereka bermukim di wilayah muara Kali Ciliwung di sekitar pelabuhan Sunda Kelapa, bahkan sebelum Batavia dibangun oleh Belanda.

Sejak masa pembantaian oleh penguasa Belanda di Batavia tahun 1740, warga Tionghoa mendiami kawasan baru di luar tembok Batavia yang dikenal kemudian dengan "Glodok". Konon, nama glodok ini berasal dari kata "grodok" yang berarti bunyi pancuran air.

Kebanyakan orang Tionghoa yang tidak bisa melafalkan huruf "r" akhirnya mengucapkannya dengan "glodok". Namun, ada juga yang menyebut nama ini diambil dari kata yang mirip dengan nama pemilik area tersebut. Kawasan Glodok kini semakin berkembang sebagai wilayah pecinan baru dan menjadi salah satu pusat perdagangan terbesar dan terkenal di Jakarta.

Menurut penuturan tokoh Tionghoa di wilayah ini, Rusli, disebut Petak Sembilan karena dulunya wilayah ini berawal dengan sembilan petak rumah. Saat ini, kawasan Petak Sembilan ini terdiri dari dua RW dan beberapa RT.

Mayoritas warga di kawasan ini adalah masyarakat Tionghoa. Selain pemukiman padat, wilayah ini merupakan kawasan dagang tradisional terutama komoditas kebutuhan sehari-hari, pernak-pernik kebutuhan rumah, bahan makanan serta bermacam kuliner khas Tionghoa.

Di jalan seluas sekitar 2,5 meter inilah berjejer pedagang memadati kiri-kanan jalan. Seperti umumnya kawasan pasar tradisional sehingga kesan kumuh dan kotor benar-benar terasa. Meskipun demikian, denyut perekonomian di wilayah ini sangat kuat untuk mendukung kehidupan masyarakatnya bahkan perekonomian secara luas.

Di sini masih ditemukan toko-toko lama, seperti toko obat tradisionil Cina Karti Jaya atau dahulu bernama Hok Seng Tong, kemudian penjual jenis makanan dan cemilan khas Tionghoa seperti bakmi, rujak juhi (cumi sotong) dan rujak Shanghai, serta rumah yang menjadi pabrik kue bulan Viki.

Kue bulan adalah penganan tradisionil yang wajib disediakan pada hari-hari besar orang Tionghoa. Sebuah gang sempit di sana bernama gang Gloria, sangat terkenal sebagai surganya kuliner. Dari wilayah ini pula dilahirkan banyak pengusaha-pengusaha beretnis Tionghoa yang berperan dalam menggerakkan perekonomian nasional di kemudian hari. Banyak dari mereka kemudian bermukim di wilayah lain yang lebih elit seperti Pluit, Sunter, Ancol, Pantai Indah Kapuk, dan lain-lain.

Beberapa tahun lalu, wilayah ini disebut-sebut akan digusur dan para pedagangnya akan direlokasi. Hal ini selaras dengan perkembangan wilayah Glodok yang diwarnai dengan hadirnya bangunan baru dan berbagai pusat dagang modern. Rencana Pemda waktu itu ditentang oleh warga karena ingin mempertahankan wilayah ini sebagai pemukiman dan sekaligus tempat berusaha buat mereka.

Rumah Wongso

Di salah satu sudut Petak Sembilan juga terdapat rumah tua dengan arsitektur China yang dikenal sebagai Rumah Wongso. Rumah yang tampak kumuh ini menyimpan cerita tentang kehidupan pemiliknya, Wongso.

Peranakan Tionghoa dan Belanda itu dikenal dengan aktivitas sosialnya membina anak-anak nakal dan tidak terurus di wilayah itu. Anak-anak itu ditampung dan dibina di rumah Wongso. Rumah Wongso saat ini teronggok di pinggiran kawasan Toko Tiga.

Perihal nama ini, tersimpan sejarah sendiri. Disebut Toko Tiga, karena di kawasan ini dulu terdapat tiga toko besar salah satunya Toko Lautan Mas milik saudagar kaya Oey, putra Kapten Tiong Hoa. Saat ini, di ujung jalan ini masih terdapat toko obat tradisionil China.

Menyusuri kawasan Petak Sembilan, menguak jejak tradisionil masyarakat Tionghoa tradisionil dan potensi heritage kawasan Petak Sembilan untuk dikembangkan, dilestarikan dan didayagunakan untuk kesejahteraan masyarakat, pariwisata, dan basis perencanaan pengembangan wilayah.

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home