Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 18:13 WIB | Minggu, 17 Januari 2021

Mengapa Tim Peneliti WHO Harus ke Wuhan, China?

Foto pada 16 Februari 2020 menunjukkan petugas medis memindahkan seseorang yang meninggal karena COVID-19 di sebuah rumah sakit di Wuhan, Provinsi Hubei, China. Tim peneliti internasional yang beranggotakan 10 orang dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berharap dapat menemukan petunjuk tentang asal mula pandemi virus corona di kota Wuhan, tempat virus pertama kali terdeteksi pada akhir 2019. (Foto: dok. AP)

WUHAN, SATUHARAPAN.COM-Tim peneliti internasional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang tiba di kota Wuhan di China pada hari Kamis (14/1) berharap menemukan petunjuk tentang asal muasal virus yang menyebabkan pandemi COVID-19.

Namun kunjungan tersebut telah dirahasiakan, baik China maupun WHO tidak mengungkapkan dengan tepat apa yang akan dilakukan tim atau ke mana tujuannya. Pencarian asal-usul virus kemungkinan akan menjadi upaya selama bertahun-tahun yang dapat membantu mencegah pandemi di masa depan.

Mengapa Tim ke Wuhan?

Pusat industri dan transportasi di pinggir Sungai Yangtze ini adalah tempat pertama virus corona muncul di dunia. Ada kemungkinan virus datang ke Wuhan tanpa terdeteksi dari tempat lain, tetapi kota berpenduduk 11 juta itu adalah tempat yang logis untuk memulai misi.

Orang-orang mulai jatuh sakit pada Desember 2019, banyak yang terkait dengan pasar makanan yang luas yang menjual hewan hidup. Jumlah pasien yang terus bertambah memicu alarm yang mendorong Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China untuk mengirim tim untuk menyelidiki.

Penyakit itu akan menyerang Wuhan sebelum dikendalikan pada bulan Maret. Kota itu dikunci pada 23 Januari dengan sedikit atau tanpa peringatan. Kesulitan yang dialami dan nyawa yang hilang menjadi sumber kesedihan bagi penduduk selama penutupan 76 hari dan dicabut pada 8 April.

Apa Agenda Tim?

Pertama, mereka harus dikarantina selama 14 hari, di mana mereka akan bekerja dengan mitra China melalui konferensi video. Kemungkinan kunjungan setelah karantina adalah Pasar Makanan Laut Huanan, lokasi kasus cluster pada bulan Desember 2019, dan Institut Virologi Wuhan.

Ilmuwan awalnya menduga virus tersebut berasal dari hewan liar yang dijual di pasaran. Sejak saat itu sebagian besar sampel dari pasar dikesampingkan, padahal itu bisa memberikan petunjuk tentang bagaimana virus menyebar begitu luas. Sampel dari pasar mungkin masih tersedia, bersama dengan kesaksian dari mereka yang terlibat dalam respons awal.

Institut Virologi Wuhan menyimpan arsip ekstensif urutan genetik virus corona kelelawar yang dibangun setelah pandemi SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) tahun 2003, yang menyebar dari China ke banyak negara. Anggota tim WHO mengharapkan akses ke buku catatan dan data laboratorium, baik peneliti junior maupun senior dan protokol keselamatan untuk pengumpulan, penyimpanan, dan analisis sampel.

Mengapa Rahasia?

China dengan tegas menolak seruan untuk penyelidikan luar yang independen. Kepala WHO baru-baru ini menyatakan ketidaksabarannya dengan China yang mengulur waktu dalam membuat pengaturan yang diperlukan untuk kunjungan tim ahli tersebut.

Partai Komunis China yang berkuasa menjaga ketat informasi dan sangat prihatin tentang kemungkinan pengungkapan tentang penanganan virus yang dapat membukanya untuk kritik internasional dan tuntutan keuangan.

China menahan laporan independen tentang wabah tersebut dan telah menerbitkan sedikit informasi tentang pencariannya untuk asal-usul virus. Investigasi APmenemukan bahwa pemerintah telah mengontrol dengan ketat semua penelitian ilmiah yang terkait dengan wabah dan melarang peneliti berbicara kepada pers.

Media pemerintah terus memutar-mutar laporan yang menunjukkan virus itu bisa berasal dari tempat lain. Dalam mengumumkan kunjungan para ahli, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, mengatakan "pelacakan asal virus kemungkinan besar akan melibatkan banyak negara dan daerah." (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home