Loading...
FOTO
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 03:16 WIB | Senin, 24 Juli 2017

Mengenal Teknik Cetak Grafis: Cetak Halang

Mengenal Teknik Cetak Grafis: Cetak Halang
Cut|Print|Repeat. Workshop seni grafis PGSJ 2017 dengan teknik cetak stensil di Jogja National Museum. (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Mengenal Teknik Cetak Grafis: Cetak Halang
Meja kerja untuk membuat cetakan dalam cetak stensil: kertas, cutter/pisau pemotong, cat semprot.
Mengenal Teknik Cetak Grafis: Cetak Halang
Persiapan pewarnaan dalam cetak stensil dengan mengatur cetakan (mal) di atas media cetak/kertas.
Mengenal Teknik Cetak Grafis: Cetak Halang
Pewarnaan dalam cetak stensil dengan menggunakan cat semprot.
Mengenal Teknik Cetak Grafis: Cetak Halang
Hasil cetak stensil dengan lebih dari satu warna.
Mengenal Teknik Cetak Grafis: Cetak Halang
Hasil karya peserta workshop seni grafis dengan teknik stensil berikut cetakannya pada workshop seni grafis PGSJ 2017 di Jogja National Museum.

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Komunitas seni grafis Huru-Hara asal Jakarta memberikan materi teknik cetak halang dalam workshop seni grafis pada Pekan Seni Grafis Jogja (PSGJ) 2017, selama 19-23 Juli 2017 di Jogja National Museum.

Diantara teknik seni grafis, cetak halang adalah teknik yang paling sederhana dengan prinsip cut-print-repeat. Dengan prinsip tersebut cetak halang hanya memerlukan alat potong (cutter) serta bahan berupa kertas yang agak tebal dan kaku atau plastik transparan untuk membuat cetakan (mal), serta beragam cat (semprot ataupun kuas) dengan berbagai dasar cat (air-minyak). Sementara media menyesuaikan peruntukannya, bisa berupa kertas, plastik, kain, bahkan tembok.

Dengan kelebihannya yang bisa diaplikasikan secara berulang dan bisa dicetak pada bidang secara vertikal, teknik ini banyak diaplikasikan untuk pembuatan poster on the wall ataupun mural.

"Cetak halang atau biasa disebut dengan cetak stensil mungkin bisa dibilang paling sederhana (tekniknya), karena tidak memerlukan mesin. Kebutuhan utamanya hanya kertas, cat bisa cat semprot atau cat biasa nantinya dicocol, serta cutter (pisau pemotong)." kata Amik dari Huru-Hara kepada satuharapan.com Jumat (21/7).

Dengan tekniknya yang sederhana, teknik ini sering digunakan para aktivis membuat krtitik bagi pihak tertentu dalam bentuk gambar dinding-dinding kota (mural) ataupun sekedar memajang karya.

Potong-cetak-ulangi.

Cetak halang adalah teknik cetak grafis yang menggunakan cetakan (mal) sebagai alat utamanya dengan membuat pola pada kertas kemudian dipotong. Pola kertas berlubang bekas potongan itulah yang digunakan untuk mewarnai dengan cat semprot ataupun dicocol cat pada media cetak. Masyarakat umum mengenalnya sebagai teknik stensil.

"Pada dasarnya pola yang dibentuk adalah blok. Namun untuk memberikan kesan yang lebih hidup bisa kita gunakan lebih dari satu warna dengan pola dasar gambar yang sama, hanya pemotongan bloknya bisa di bagian yang berbeda. Selain itu juga bisa disiasati pada saat pewarnaan dengan tebal-tipis saat penyemprotan atau pencocolan cat warnanya. Kombinasi keduanya (pola blok dan pewarnaan) akan menghasilkan karya yang berbeda meskipun dengan pola pengulangan yang sama" kata Amik.

Karena menggunakan pola tetap, gambar stensil sering ditampilkan secara berulang-ulang. Pengulangan ini memungkinkan untuk bereksperimen dengan permanian warna ataupun teknik pewarnaan sehingga pengulangan gambar yang dihasilkan tidak monoton.

Kekuatan pesan seni stensil terletak pada tampilan visual yang sederhana semisal wajah atau sosok, maupun penggunaan satu warna saja. Kuatnya kesan itulah yang sering digunakan sebagai pesan sering dijadikan sebagai media propaganda pada ruang publik.

Kartu Pos sebagai Penjembatan Ingatan.

Grafis Huru Hara adalah sebuah kelompok pegiat seni grafis yang berbasis di Jakarta. Berdiri pada tahun 2012, kelompok ini bergerak pada bidang edukasi, eksplorasi dan eksperimentasi dengan menggunakan seni grafis sebagai medium utama. Kelompok yang berangkat dari kolektif kampus mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ) secara aktif mulai berkegiatan berawal dari satu pameran ke pameran grafis lainnya yang akhirnya bersepakat membentuk komunitas.

Grafis Huru-Hara secara serius menjadikan seni grafis sebagai salah satu profesi sejak tahun 2016 dengan membuka studionya di Gudang Sarinah, Pancoran Jakarta. Di Gudang Sarinah itulah Huru-Hara bersama komunitas lainnya seperti Forum Lenteng, Ruru (Rupa-rupa), dan SERRUM, mencoba mengembangkan seni dalam kerangka ekonomi-industri kreatif.

"Berangkatnya dari teman-teman saat mengerjakan tugas akhir berlanjut ke angkatan tahun berikutnya. Begitu seterusnya, karena di kampus UNJ sendiri tidak melulu mempelajari tentang seni seperti perguruan tinggi seni semisal ISI Yogyakarta, IKJ, ataupun FSRD-ITB." kata Amik. Berangkat dari kesamaan minat itulah Amik dan kawan-kawan membentuk Grafis Huru-Hara.

Dari tahun 2012 hingga 2014 setiap tahun Grafis Huru-Hara membuat pameran sekali dalam setahun. Sejak 2015 mereka rutin menggelar pameran 3-4 kali setiap tahunnya dengan menggandeng seniman grafis dari berbagai kota.

Saat berlangsung Pekan Seni Grafis Jogja (PSGJ) 2017, pada saat bersamaan di Jakarta Grafis Huru-Hara sedang membuat pameran kartu pos dengan mengundang seniman grafis dari berbagai daerah untuk mengirimkan karya kartu pos. Terkumpul 200 desain kartu pos yang dicetak masing-masing desain sebanyak 5 eksemplar. Secara acak kartu pos tersebut dikirimkan kembali kepada masing-masing seniman dengan karya dari seniman lainnya.

"Selain sebagai ajang silaturahmi antar kawan-kawan seniman, karya kartu pos yang dikirimkan sebagai upaya berbagi ide-karya sekaligus mengingatkan kembali bahwa kartu pos sebagai salah satu bentuk surat penanda pada sebuah tempat ataupun sebuah momen." kata Amik. Dengan kartu pos, Grafis Huru-Hara mencoba membangun jembatan ingatan bagaimana rasanya menerima kabar tidak sekedar apa yang tertulis pada selembar surat atau kartu pos.

Tidak percaya? Cobalah berkirim kartu pos pada orang yang Anda kenal. Setelah itu, bersiaplah mendapatkan kejutan.

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home