Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 13:00 WIB | Minggu, 18 Desember 2016

Menteri ESDM Dorong Industri Energi Lebih Efisiensi

Ilustrasi. MOU Kerja sama Kelistrikan dan Energi Terbarukan ditandatangani oleh Menteri ESDM Ignasius Jonan dan Menteri Energi Iran dalam pertemuan di Istana Jomhouri, Sa'dabad, Teheran, Iran, hari Rabu (14/12). (Foto: BPMI Setpres)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Ignasius Jonan, meminta kepada Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas dan PT Pertamina (Persero) lebih efisien dalam bekerja.

Peningkatan efisiensi juga merupakan perintah langsung Presiden Republik Indonesia Joko Widodo kepada PT Pertamina (Persero) sebagai badan usaha yang berbisnis di bidang energi.

Pertamina sebagai leading operator milik nasional diharapkan dapat memberikan contoh langkah-langkah efisiensi dalam menjalankan industrinya.

“Yang penting itu efisiensi, kita harus bisa membuat industri di oil and gas, industri energi semuanya itu makin lama makin efisien karena selling price-nya kita tidak bisa putuskan,” kata Ignasius Jonan seperti dikutip dari esdm.go.id, hari Sabtu (17/12).

“Saya minta Pertamina juga semangat untuk melakukan langkah-langkah efisiensi dan menurut saya juga amat sangat penting, kalau tidak, yang lain tidak ada, wong Bapak (Jokowi) tidak menentukan harga jual,” dia menambahkan.

Jonan menambahkan, jika Pertamina ditugaskan oleh Pemerintah mengelola blok-blok migas yang sudah selesai kontraknya, diharapkan biaya produksinya dapat lebih efisien.

“Efisiensi perlu dilakukan karena tidak banyak produk dari sektor ini yang di mana para produsennya itu bisa menentukan harga sendiri, jadi harga crude oil terus harga fuel, harga gasoline, harga semua produk tambang, juga harga listrik itu ditentukan oleh pasar, ditentukan oleh global market,” katanya.

Jonan mengatakan, “Sebenarnya sebagai produsen atau operator atau badan usaha yang bekerja di sektor ini, lalu game-nya itu apa. Kalau game-nya itu harga cruede naik, gasolinenya naik itu tidak usah dipimpin oleh seorang professional.”

“Tantangan yang paling penting itu menurut saya itu cost efisiensi atau cost managemen, itu penting sekali, kalau tidak, kerjaannya tidak ada, sama sekali tidak ada,” dia menegaskan.

Iran dan Uni Emirates Arab (UEA) menurut Jonan adalah dua contoh negera yang telah menjalankan langkah-langkah efisiensi termasuk dalam pengelolaan energinya.

”Iran itu semangat untuk mandiri dan semangat untuk efisiensi, itu luar biasa besar sekali,” katanya.

Jonan mengatakan, Uni Emirates Arab akan bangun dua pembangkit listrik, satu 150 MW dan yang kedua 200 MW yang energi dasarnya adalah sinar matahari. Pembangkit pertama itu tarifnya 2,99 sen per Kwh sedangkan di Indonesia yang membangun bisnis energi baru terbarukan termasuk Pertamina mintanya itu 14 sen.

Menurut dia, pembangkit kedua itu harganya 2,42 sen per Kwh. Sekarang UEA sedang membangun pembangkit listrik tenaga surya dengan kapasitas 5.000 MW dan mereka yakin jika sudah jadi tarifnya sekitar 2,25 sen per Kwh.

“Jadi UEA dan Iran itu meski tergolong negara kaya, namun mereka berjuang bagaimana negaranya bisa mendapat energi dengan harga yang paling kompetitif di dunia,” katanya.

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home