Loading...
BUDAYA
Penulis: Sotyati 18:57 WIB | Kamis, 17 September 2015

Mepe Kasur, Tradisi Warga Using Tandai 1 Dzulhijah

Jemuran kasur di sepanjang jalan Desa Wisata Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, Jawa Timur, menjadi pemandangan menarik sejak Kamis (17/9) pagi. Mepe kasur (menjemur kasur) berwarna khas merah dan hitam menjadi tradisi turun temurun warga Using. (Foto: Dok satuharapan.com/Antara/Budi Candra Setya)

BANYUWANGI, SATUHARAPAN.COM  –  Warga Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Bayuwangi, Jawa Timur, pada Kamis (17/9) pagi ini menggelar tradisi mepe kasur (menjemur kasur) secara bersama-sama di depan rumah.

Tradisi mepe kasur itu telah dilakukan warga Desa Kemiren, salah satu desa dengan penduduk asli Using,  yang masih langgeng hinga saat ini. Mepe kasur di depan rumah itu dilaksanakan sebelum tradisi  Tumpeng Sewu pada malam harinya.

Menjemur kasur dilangsungkan hingga menjelang sore hari. Semua kasur kemudian harus dimasukkan. Konon jika tidak segera dimasukkan, kebersihan kasur akan hilang.

Sejak matahari hari terbit, seperti dapat dibaca di situs resmi banyuwangikab.go.id,  warga Desa Kemiren mengeluarkan kasur yang khas berwarna hitam dan garis lipatan merah untuk dijemur di depan rumah. Tinggi kasur pun beragam, antara 5 cm - 8 cm. Merah memiliki arti berani, dan warna hitam diartikan simbol kelanggengan rumah tangga. Biasanya tiap pengantin baru dibekali kasur dengan warna khas itu.  

Warga melakukan tradisi mepe kasur sambil membaca doa dan memercikkan air bunga di halaman, untuk menjauhkan dari bencana dan penyakit. Para nenek akan mendapatkan tugas untuk memukul-mukul kasur dengan penebah.

Sejauh mata memandang, tampak rapi jemuran kasur. Pemandangan itu mengisyaratkan kerukunan dan rasa guyub warga desa tersebut.

Warga Using meyakini,  dengan mengeluarkan kasur dari dalam rumah dapat membersihkan diri dari segala penyakit.

Sesepuh Adat Kemiren, Timbul Juhadi Timbul, mengatakan warga Using beranggapan sumber penyakit datang dari tempat tidur. Mengeluarkan kasur dari dalam rumah lalu menjemur di luar diyakini akan terhindar dari segala macam penyakit. Kasur dianggap sebagai benda yang sangat dekat manusia sehingga wajib dibersihkan dari kotoran. Ritual ini digelar setiap tanggal 1 Dzulhijah, sebagai bagian dari ritual bersih desa.

Usai menjemur kasur, warga Using melanjutkan tradisi bersih desa dengan arak-arakan barong. Barong diarak dari Ujung Desa menuju batas akhir desa, dilanjutkan dengan berziarah ke Makam Buyut Cili yang diyakini masyarakat sebagai penjaga desa.

Selamatan Tumpeng Sewu pada malam hari menandai puncak rangkaian acara. Semua warga mengeluarkan tumpeng dengan lauk khas, yakni pecel pithik, ayam panggang dengan parutan kelapa. Penyalaan obor di depan setiap rumah menambah kekhasan acara itu. 

Tradisi warga Using di Desa Kemiren itu sudah menjadi agenda wisata Pembak Banyuwangi.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home