Loading...
RELIGI
Penulis: Reporter Satuharapan 17:20 WIB | Rabu, 26 September 2018

Merawat Keberagaman ala Pokjaluh Kota Palu

Penyuluh lintas agama Kota Palu bergambar bersama seusai melakukan kerja bakti di rumah ibadah. (Foto: Inmas Kanwil Sulteng/kemenag.go.id)

PALU, SATUHARAPAN.COM – Zulfiah, penyuluh Agama Islam Kota Palu, tak pernah menyangka inisiasi pembentukan Pokjaluh Lintas Agama Kota Palu, yang ia lakukan bersama beberapa penyuluh lintas agama, akan mendapatkan apresiasi dari Kementerian Sekretariat Negara (Kemsetneg).

Perwakilan Kemsetneg yang dipimpin oleh Kepala Bidang Hubungan Kemasyarakatan I Nata Rukitas, menyampaikan apresiasi dan cenderamata tersebut di Kantor Kementerian Agama Kota Palu, 20 September lalu. “Apresiasi tersebut diberikan atas ide pembentukan Kelompok Kerja Penyuluh (Pokjaluh) Lintas Agama Kota Palu, dan program-programnya dalam mewujudkan Kota Palu yang damai,” tutur Kepala Subbag Tata Usaha Kankemenag Kota Palu, Arman Rampadio, kepada Lilis yang melaporkan untuk situs resmi kemenag.go.id.

Kepada Inmas Kanwil Kemenag Provinsi Sulawesi Tengah, Zulfiah berbagi kisahnya. Kehidupan umat beragama di Kota Palu, menjadi hal yang menarik bagi Zulfiah. Dengan pengalaman bertugas di lapangan yang ia lakukan, Zulfiah merasa perlunya membentuk wadah atau forum bagi penyuluh dari berbagai agama. Menurutnya selama ini, penyuluh agama berjalan sendiri-sendiri.

“Yang terbentuk selama ini ada Pokjaluh Agama Islam. Sementara penyuluh yang lain merasa terpinggirkan, tidak bersatu,” tutur Zulfiah saat ditemui di Kantor Kemenag Kota Palu.

Sementara menurut Zulfiah, perlu langkah bersama dari pihak-pihak lintas agama untuk merawat keberagaman yang ada di Kota Palu.

“Agak sulit kalau kita tidak bersatu, berjalan sendiri-sendiri, padahal banyak hal yang bisa kita kerjakan bersama,” ungkapnya.

Secara kebetulan, saat itu tidak seperti kota atau kabupaten lain di Sulawesi Tengah, Kota Palu memiliki penyuluh ASN dari berbagai agama. “Di sini lengkap. Ada penyuluh agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha,” Zulfiah menambahkan.

Dukungan Kantor Kementerian Agama Kota Palu

Pengalamannya sebagai aktivis organisasi kemahasiswan maupun ormas, ternyata membantunya dalam melaksanakan tugas sebagai penyuluh agama Islam. Berbekal pengalaman membina relasi, ia mulai melakukan pendekatan dengan penyuluh-penyuluh lintas agama di Kota Palu.

“Saya utarakan ide pada I Wayan Sudiana, penyuluh Agama Hindu. Kami lalu sepakat akan menghadap Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Palu Ma’sum Rumi untuk membahas ide pembentukan Pokjaluh Lintas Agama,” kata Zulfiah.

Gayung bersambut, Ma’sum mengaminkan ide tersebut. Dukungan nyata diberikan dengan penerbitan Surat Keputusan (SK) Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Palu tentang Pembentukan Pokjaluh Lintas Agama.

“Secara struktur Pokjaluh Lintas Agama tidak dibawahi oleh Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat mana pun. Dalam SK tersebut Kepala Kankemenag sebagai penasihat dan Kasubag TU sebagai pembina. Sehingga kegiatan-kegiatan Pokjaluh Lintas Agama berkoordinasi dengan Subbag TU,” Zulfiah menjelaskan.

Kolaborasi Lintas Agama

Langkah perjalanan Pokjaluh Lintas Agama pun dimulai. Mereka melaksanakan dua kali dialog lintas agama. Masing-masing dilaksanakan di Kecamatan Palu Timur dan Palu Selatan. Perwakilan masyarakat, tokoh lintas agama, pemuda, serta ketua lembaga keagamaan diundang dalam dialog tersebut.

“Kami menjaring aspirasi dari tokoh agama di Palu. Selama mereka hidup di Palu apa yang mereka rasakan, apa yang mereka inginkan. Ternyata semua menyambut positif. Pemeluk agama ini, merasa perlu disapa, bukan hanya dari mereka tapi dari kita (penyuluh agama) juga,” tuturnya.

Dengan dialog, para penyuluh lintas agama dapat menangkap keresahan yang dialami tokoh-tokoh agama di Kota Palu. “Mereka punya ide, tapi tidak tahu harus disalurkan ke mana. Maka, dengan kehadiran Pokjaluh Lintas Agama mereka merasa terbantu untuk menyalurkan aspirasi,” kata Zulfiah.

Zulfiah yang mengaku sejak dulu sering berkolaborasi dengan lintas agama, mengungkapkan bahwa keberadaan penyuluh bisa merangkul masyarakat untuk memberikan penyadaran makna kebersamaan di tengah keberagaman. Dari dialog lintas agama, akhirnya muncul ide untuk membuat kegiatan kerja bakti lintas agama. Targetnya, membersihkan rumah-rumah ibadah secara bergiliran.

Menurut Zulfiah, kerja bakti ini hanya sebuah sarana. Tapi substansi kerja bakti yang dilakukan membangun kesadaran bahwa seluruh umat dapat saling bekerja sama meskipun memiliki latar belakang agama berbeda.

“Kelihatannya mungkin sepele, hanya sapu-sapu, cape-cape ke sana. Namun, dengan hal yang sederhana, dilakukan bersama-sama, kita dapat saling mengenal agama lainnya,” kata Zulfiah.

Pengenalan ini menurutnya dibutuhkan, karena ternyata ada juga masyarakat yang tidak mengetahui rumah ibadah agama yang tidak mereka peluk. “Misalnya, ada yang tidak tahu mana rumah ibadah Hindu, mana rumah ibadah Buddha, dan sebagainya,” kata Zulfiah.

Kegiatan ini nyatanya tak semulus yang diharapkan. Hal ini belum sepenuhnya disambut baik. Menurut Zulfiah, masih ada masyarakat yang pemahamannya belum Bhinneka Tunggal Ika. Tantangan yang dihadapi berbagai macam, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Namun, Zulfiah dan kawan-kawan tak menyerah. Ia berharap dari hal kecil yang mereka lakukan, masyarakat dapat belajar untuk membangun hubungan sosial yang baik.

“Kegiatan ini sederhana dan di situ kita mempelajari kebiasaan serta aturan agama, mana yang boleh bersama-sama dan mana yang kita tidak boleh masuk. Di mana persoalan ibadah kita tidak bisa campuri dan selama masalah sosial kita masih bisa bersama," ujarnya.

Dengan melakukan kegiatan bersama, diharapkan akan muncul sikap saling memahami. ”Kita juga jadi menghargai kebiasaan-kebiasaan umat agama lain. Misalnya, jadi tahu mana yang dibolehkan dan tidak dalam suatu agama," ia menambahkan.

Zulfiah juga mencontohkan, saat dilakukan kerja Bakti di masjid. “Mereka yang non-Muslim juga memahami, tidak masuk ke masjid, jadi hanya membersihkan dari luar saja,” kata Zulfiah.

Bermitra dengan FKUB

Menanggapi keberadaan Pokjaluh Lintas Agama, Kepala Kemenag Kota Palu, Ma’sum, mengatakan Pokjaluh Lintas agama dibentuk dengan harapan secara operasional akan membantu pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama  (FKUB) Kota Palu untuk turun ke masyarakat.

“Keterbatasan FKUB turun ke tingkat paling bawah sehingga saya terinspirasi (membentuk Pokjaluh Lintas Agama). Awalnya mungkin ada kesan bahwa Pokjaluh lintas agama ini dianggap adalah saingan FKUB,” tutur Ma’sum saat ditemui di Asrama Haji Transit Palu.

Namun, menurut Ma’sum, anggapan tersebut tidak berdasar. Sebaliknya, Ma’sum beranggapan keberadaan penyuluh lintas agama ini dapat mendukung program - program FKUB. “Harapan saya penyuluh lintas agama ini merupakan partner dan dapat membantu FKUB dalam melaksanakan program-program FKUB Kota Palu. Tetap sejalan. Saya juga salah satu penasihat di FKUB Kota Palu mengingatkan agar FKUB Kota Palu menjadikan Pokjaluh lintas agama sebagai partner mereka,” kata Ma’sum.

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home