Loading...
INDONESIA
Penulis: Esther GN Telaumbanua 17:57 WIB | Kamis, 18 April 2013

Merayakan Hari Pusaka Dunia 2013

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Walaupun Hari Pusaka Dunia sudah dideklarasikan oleh UNESCO sejak tahun 1983, masih banyak orang belum mengetahui apalagi merayakannya. Organisasi dunia yang berkaitan dengan ini adalah International Council on Monuments and Sites (ICOMOS). Pada simposium ICOMOS di Tunisia tanggal 18 April 1982 saat, muncul gagasan untuk menyelenggarakan "Hari Monumen dan Situs Dunia" yang dimaksudkan untuk dirayakan secara simultan di setiap belahan dunia. Usulan ini disetujui oleh Executive Committee ICOMOS yang kemudian memberikan panduan praktis tentang bagaimana penyelenggaraannya.

Gagasan ini juga disetujui oleh konferensi UNESCO melalui resolusi sesi ke 22 pada bulan November 1983 yaitu merekomendasikan agar setiap negara anggota UNESCO untuk mendeklarasikan 18 April setiap tahun sebagai "Hari Monumen dan Situs Dunia" atau secara langsung disebut Hari Pusaka Dunia (World Heritage Day). Sejak itu, Hari Pusaka Dunia dirayarakan setiap tahun termasuk Indonesia.

Pusaka dunia adalah aset kekayaan dan kemakmuran bersama sebuah peradaban. Perlindungan dan pelestarian aset yang bernilai ini membutuhkan rangkaian upaya dari segenap masyarakat dunia. Hari yang khusus ini memberikan kesempatan untuk peningkatan kepedulian publik tentang keragaman pusaka serta mendorong terus tindakan aksi yang dibutuhkan untuk melindungi dan melestarikannya, sebagaimana halnya membuka mata kita untuk menyelamatkan kerentanannya. Yang disebut pusaka meliputi pusaka alam, pusaka budaya, dan pusaka saujana. Pusaka alam adalah bentukan alam yang istimewa.

Pusaka budaya adalah hasil cipta, rasa, karsa, dan karya yang istimewa dari lebih 500 suku bangsa di Tanah Air Indonesia, secara sendiri-sendiri, sebagai kesatuan bangsa Indonesia, dan dalam interaksinya dengan budaya lain sepanjang sejarah keberadaannya. Pusaka saujana adalah gabungan pusaka alam dan pusaka budaya dalam kesatuan ruang dan waktu. Pusaka budaya mencakup pusaka berwujud dan pusaka tidak berwujud. Pusaka yang diterima dari generasi-generasi sebelumnya sangat penting sebagai landasan dan modal awal bagi pembangunan masyarakat Indonesia di masa depan, karena itu harus dilestarikan untuk diteruskan kepada generasi berikutnya dalam keadaan baik, tidak berkurang nilainya, bahkan perlu ditingkatkan untuk membentuk pusaka masa datang. Pelestarian pusaka adalah upaya pengelolaan pusaka melalui kegiatan penelitian, perencanaan,

perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan, pengawasan, dan/atau pengembangan secara selektif untuk menjaga kesinambungan, keserasian, dan daya dukungnya dalam menjawab dinamika jaman untuk membangun kehidupan bangsa yang lebih berkualitas.

Gerakan pelestarian di Indonesia

Gerakan pelestarian pusaka Indonesia telah dimulai sejak 1990an. Pada saat penyelenggaraan Simposium Internasional Heritage Conservation di Bali pada tangal 9-14 Juli 2000, beberapa wakil organisasi pelestarian di daerah bersepakat membentuk Jaringan Pelestarian Pusaka Indonesia (JPPI). Jaringan ini menjadi media komunikasi informal untuk bertukar informasi tentang inisiatif-inisiatif pelestarian di seluruh Indonesia. JPPI menerbitkan Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia pada tanggal 13 Desember 2003 dan meluncurkan Tahun Pusaka Indonesia 2003-2013. Piagam ini dilahirkan atas kesadaran dan keprihatinan bahwa banyak pusaka Indonesia yang tak ternilai telah tercemar, rusak, hancur, hilang, atau terancam kelestariannya akibat ketaktahuan, ketakpedulian, ketakmampuan, dan salah urus demi keuntungan jangka pendek dan kepentingan kelompok tertentu.

Terjadi pula pendangkalan dan pemiskinan budaya serta melemahnya daya cipta, prakarsa, dan rasa percaya diri yang sangat diperlukan dalam menghadapi gejolak perkembangan dunia serta bertindak mandiri dalam menentukan masa depan bangsa. Disamping itu, masih banyak ketidakadilan sosial, politik, ekonomi, alokasi sumber daya, dan kelangkaan tatanan yang jelas yang tidak menguntungkan bagi upaya-upaya pelestarian pusaka Indonesia.

Sementara, peluang-peluang dalam dinamika lokal, nasional, dan global kurang dikenali dan beluam dimanfaatkan untuk melakukan transformasi sosial dan ekonomi demi kemajuan bangsa dan penguatan pelestarian pusaka Indonesia. Hal-hal ini yang telah menyebabkan masyarakat tradisional, golongan minoritas, dan kelompok tertentu terpinggirkan. Karena itu, sangat dirasakan perlunya membangun pemahaman bersama tentang keragaman dan pentingnya merajut keragaman tersebut dalam semangat gotong royong membangun kehidupan yang lebih baik.

Tahun Pusaka Indonesia 2003 ditetapkan dengan tema "Merayakan Keanekaragaman" yang diselenggarakan mengawali dekade kedua yang disebut sebagai Dasa Warsa Pelestarian Pusaka 2004-2013. Sebagai organisasi pelaksana program, JPPI membentuk Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) atau Indonesian Heritage Trust pada tanggal 17 Agustus 2004, tepat pada saat peringatan kemerdekaan Republik Indonesia ke-59. Pembentukan lembaga ini disaksikan dan didukung oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.

BPPI bersama jaringan mitranya dalam kegiatannya secara terus menerus mendorong semangat, mengadvokasi dan mengupayakan aktivitas pelestarian pusaka di Indonesia tetap berjalan. Merupakan salah satu kegiatan tahunan BPPI bersama mitra anggotanya adalah Temu Pusaka Nasional.

Tahun Pusaka 2013

Berkaitan dengan pelaksanaan Dasa Warsa Pelestarian Pusaka 2014-2023, BPPI bekerjasama dengan ICOMOS Indonesia menyelenggarakan serangkaian kegiatan sepanjang tahun secara serentak oleh lembaga mitra pelestari BPPI di berbagai daerah dengan beragam kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan masing-masing. Tahun Pusaka Indonesia 2013 dirayakan dalam tema "Pusaka untuk Kesejahteraan Rakyat" agak istimewa dengan puncak kegiatan adalah peringatan Hari Pusaka Dunia (World Heritage Day) pada 17-18 April 2013 di Trowulan – Mojokerto, Jawa Timur.

I Gede Ardika, Ketua Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) dalam ajakan tertulis kepada mitra dan penggiat pelestarian mengatakan bahwa situs Majapahit di Trowulan dipilih sebagai tempat memperingati Hari Pusaka Dunia, dengan harapan ia dapat menjadi tonggak apresiasi dan perhatian terhadap berbagai upaya pelestarian situs Majapahit menuju pengelolaan bersama antara semua pihak pemangku kepentingan. Kegiatan ini diselenggarakan oleh BPPI bekerjasama dengan Kemenko Kesra, Kementerian PU dan Pemda Jatim.

Selain "heritage-trails" (jelajah pusaka) ke beberapa situs dan candi serta gelar seni budaya, kegiatan utama pada perayaan ini berupa dialog pelestarian Majapahit di Candi Bajang Ratu serta Ikrar Pelestarian Majapahit dan Peluncuran Jaringan Pelestarian Majapahit dan Apresiasi rintisan PNPM Pusaka di Museum Trowulan.

Editor: Yan Chrisna

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home