Loading...
RELIGI
Penulis: Bayu Probo 10:30 WIB | Kamis, 03 Desember 2015

Meterai Raja Hizkia Di Selatan Bukit Bait Allah Yerusalem

Sebuah tapak meterai Raja Hizkia yang ditemukan dalam penggalian Ofel di kaki dinding selatan dari Bukit Bait Allah. Dilakukan oleh Hebrew University of Jerusalem’s Institute of Archaeology (Sumber: Eilat Mazar; Foto: Ouria Tadmor)

YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM – Para arkeolog menggali di selatan Bukit Bait Allah Yerusalem—dikenal juga sebagai Kompleks Masjid Al Aqsa—telah membuat penemuan bersejarah. Mereka untuk pertama kalinya meterai raja Israel atau Yudea (Yehuda) dalam penggalian arkeologi ilmiah.

Penemuan itu, yang dibuat oleh Institute Arkeologi Yerusalem Hebrew University di bawah arahan Dr Eilat Mazar selama penggalian Ofel di kaki dinding selatan dari Bukit Bait Allah adalah tanda segel kerajaan dari Raja Hizkia, yang memerintah antara 727-698 SM. Raja Hizkia tercatat di Alkitab.

Berukuran 9,7 X 8,6 mm, meterai oval tercetak pada bula lembut setebal 3 mm (sepotong tanah liat bertuliskan) berukuran 13 X 12 mm. Sekitar bekas meterai tersebut adalah lekukan yang ditinggalkan oleh bingkai cincin tempat segel.

Meterai bertuliskan bahasa kuno Ibrani yang dibaca “Milik Hizkia [anak] Ahas raja Yehuda.”

Tulisan itu disertai dengan matahari bersayap dua, dengan sayap mengarah ke bawah, diapit oleh dua simbol Ankh melambangkan kehidupan.

Para ahli mengidentifikasi beberapa perincian lainnya tentang artefak itu. Misalnya, diduga bula bertanda meterai ini awalnya digunakan untuk menutup dokumen tertulis pada gulungan papirus yang kemudian digulung dan diikat dengan tali tipis, meninggalkan tanda di balik bula tersebut.

Bula itu ditemukan di sebuah tempat sampah bertarikh pada zaman Raja Hizkia atau segera setelah itu. Berasal dari bangunan kerajaan yang berdiri di sebelahnya dan tampaknya telah digunakan untuk menyimpan bahan makanan. Bangunan itu, salah satu dari serangkaian struktur yang juga termasuk pos jaga dan menara, dibangun pada paruh kedua abad ke-10 (zaman Raja Salomo) sM sebagai bagian dari benteng dari Ofel—kawasan pemerintah baru yang dibangun di daerah yang menghubungkan kota Daud dengan Bukit Bait Allah.

Bula itu ditemukan bersama dengan 33 bula tambahan yang dicetak dari segel lain, beberapa adalah nama-nama Ibrani. Di balik bula juga terdapat bekas kain kasar dan tali tebal yang mungkin karung berisi bahan makanan.

“Meskipun gambar segel bertuliskan nama Raja Hizkia sudah dikenal dari pasar barang antik sejak pertengahan 1990-an, beberapa dengan simbol scarab bersayap (kumbang kotoran) dan yang lain-lain dengan matahari bersayap, ini adalah pertama kalinya bahwa tanda meterai raja Israel atau Yehuda diperoleh dari penggalian arkeologi ilmiah,” kata Dr Eilat Mazar, seorang arkeolog terkemuka Yerusalem yang melakukan penemuan di daerah itu termasuk harta emas kuno di kaki Bukit Bait Allah, yang mengumumkan pada Rabu (2/12) di Hebrew University.

Tapak meterai itu ditemukan selama pengayakan-basah lapisan bumi dari penggalian di fasilitas pengayakan Emek-Zurim yang dipimpin Dr Gabriel Barkai dan Zachi Dvira, di bawah naungan Otoritas Pemeliharaan Alam dan Taman dan Yayasan Ir David. Bula ini ditemukan oleh Efrat Greenwald, anggota ekspedisi Ofel, yang mengawasi pengayakan-basah bahan galian. Reut Ben-Aryeh, yang mempersiapkan bula Ibrani dari penggalian Ofel untuk publikasi, adalah yang pertama untuk mengidentifikasi sebagai segel Raja Hizkia. Mahasiswa dan alumni dari Herbert W. Armstrong College dari Edmond, Oklahoma berpartisipasi dalam penggalian.

Penemuan bekas meterai Raja Hizkia dalam penggalian Ofel jelas membawa hidup narasi Alkitab tentang Raja Hizkia dan kegiatan yang dilakukan selama hidupnya di Kawasan Istana Yerusalem.

Raja Hizkia dianggap sebagai salah satu raja yang hidup dalam kebenaran di Yudea ini, dan dijelaskan secara baik dalam Alkitab (2 Raja-raja, Yesaya, 2 Tawarikh) serta dalam sejarah raja-raja Asyur—Sargon II dan putranya Sanherib—yang memerintah selama pemerintahannya .

Hizkia digambarkan sebagai raja yang cerdik dan berani, yang memusatkan kekuasaan di tangannya. Meskipun ia adalah seorang raja bawahan Asyur, ia berhasil mempertahankan berdiri independen Kerajaan Yudea dan ibu kotanya Yerusalem, yang ditingkatkan secara ekonomi, agama, dan diplomatis.

Alkitab menceritakan Hizkia bahwa “Ia percaya kepada TUHAN, Allah Israel, dan di antara semua raja-raja Yehuda, baik yang sesudah dia maupun yang sebelumnya, tidak ada lagi yang sama seperti dia” (2 Raj. 18: 5).

Simbol pada meterai Ofel menunjukkan bahwa itu dibuat di akhir hidup Hizkia, ketika otoritas administratif Kerajaan dan simbol pribadi Raja berubah dari scarab bersayap (kumbang kotoran)—simbol kekuasaan dan aturan yang telah familiar seluruh Timur Dekat Kuno, menjadi matahari bersayap—motif lambang perlindungan Tuhan, yang memberi legitimasi rezim dan kekuasaan, juga tersebar luas di seluruh Timur Dekat Kuno dan digunakan oleh Raja-raja Asyur.

Perubahan ini kemungkinan besar tercermin akibat pengaruh Asyur dan keinginan Hizkia untuk menekankan kedaulatan politik, serta kesadaran yang mendalam Hizkia sendiri dari patronase kuat diberikan pemerintahannya oleh Allah Israel.

Walaupun simbol administrasi kerajaan yang berubah yang dicantumkan pada guci Raja menggunakan motif dari matahari dengan sayap melebar ke samping, simbol pribadi Hizkia memiliki matahari dengan sayap mengarah ke bawah dan simbol Ankh di akhir setiap sayap.

Penambahan dari simbol kehidupan (Ankh) ini dapat mendukung asumsi bahwa perubahan pada segel pribadi Raja dibuat setelah Hizkia sudah sembuh dari penyakit yang mengancam jiwa dari penyakit shehin (2 Raj. 20: 1-8), ketika kehidupan-simbol menjadi terutama signifikan baginya (kr. 704 sM). (israelnationalnews/timeofisrael)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home