Loading...
INDONESIA
Penulis: Martahan Lumban Gaol 13:36 WIB | Kamis, 29 Oktober 2015

Mewujudkan Sumpah Pemuda dengan Membangun Perpustakaan

Mewujudkan Sumpah Pemuda dengan Membangun Perpustakaan
NTT Youth Project selesai membangun perpustakaan di Desa Bangkoor, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka. (Foto-foto: Dok. NTT Youth Project)
Mewujudkan Sumpah Pemuda dengan Membangun Perpustakaan
NTT Youth Project foto bersama anak-anak sekolah di depan perpustakaan yang mereka bangun di Desa Poma, Kecamatan Tanawawo, Kabupaten Sikka, Provinsi NTT.
Mewujudkan Sumpah Pemuda dengan Membangun Perpustakaan
NTT Youth Project selesai membangun perpustakaan di Desa Poma, Kecamatan Tanawawo, Kabupaten Sikka, Provinsi NTT.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Berawal dari kegalauan akan tujuan hidupnya, hingga akhirnya sukses membangun lima perpustakaan di Provinsi Nusa Tenggara Timur hanya dalam waktu dua bulan.

Begitulah cara seorang mahasiswa tingkat akhir Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Padjadjaran (HI FISIP Unpad), Paulus Ronald Bogar Nono, mengabdikan diri bagi tanah airnya, Republik Indonesia.

Dalam wawancara singkat dengan satuharapan.com, hari Selasa (27/10), Ronald mengatakan tidak perlu menjadi orang besar untuk menghasilkan sebuah karya berarti. Langkah kecil yang berani dan didukung dengan tekad kuat dapat melahirkan sebuah hal bermanfaat luar biasa.

“Awalnya saya kira butuh menjadi besar untuk melakukan hal besar, tetapi pertemuan dengan banyak orang yang inspiratif perlahan menyadarkan saya bahwa hal besar dimulai dari tekad yang kuat dan langkah kecil yang berani,” kata dia.

Ronald menjabarkan, pada tahun 2012 bersama sejumlah teman-temannya, dia membentuk komunitas sosial Satu Ton untuk Papua (STUP). Sebuah komunitas semi filantropis yang bermimpi memajukan pendidikan di wilayah pedalaman Provinsi Papua. Dalam perjalanannya, STUP menghadapi banyak tantangan, namun komunitas itu akhirnya berhasil mewujudkan cita-citanya, membangun ‘Honai Mimpi’ di Desa Yahokimo, Distrik Yahokimo, Provinsi Papua, pada pertengahan bulan Januari 2014.

Dia melanjutkan, keberhasilan STUP membuatnya yakin menjalankan proyek sosial lain. Pada tahun 2014, Ronald pun menggagas NTT Youth Project, dengan visi menjadikan masyarakat NTT lebih cerdas, kreatif, dan mandiri. Komunitas sosial itu memiliki tiga  program unggulan, yaitu membangun perpustakaan, pelatihan keterampilan, serta kewirausahaan dan membangun sebuah platform pemuda diaspora NTT.

“Satu langkah kecil kami di NTT Youth Project berhasil kami wujudkan, yakni membangun lima perpustakaan di lima desa di Kabupaten Sikka, Provinsi NTT pada bulan Agustus hingga September 2015,” kata mahasiswa yang mengaku tertarik dengan dunia pendidikan dan pengembangan masyarakat itu.

Tidak berhenti sampai di situ, masih di tahun 2015, Ronald mendirikan Youth Radio, sebuah platform online yang bertujuan untuk menyatukan pergerakan sosial kepemudaan seluruh Indonesia melalui media kreatif, radio dan online. Luar biasanya proyek sosial tersebut berhasil lolos dan mendapatkan dukungan dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) Asia Tenggara.

Perwujudan Sumpah Pemuda

Menurut Ronald, apa yang telah dilakukannya merupakan salah satu pelajaran dari momentum pembacaan Sumpah Pemuda 87 tahun lalu, di mana saat itu pemuda berusaha menyatukan seluruh tumpah darah bangsa Indonesia dengan semangat untuk terus berjuang memberi yang terbaik dari yang dimiliki, tanpa peduli kekurangan dari masing-masing individu.

“87 tahun lalu, para pemuda pendahulu saya, di tengah berbagai kekurangan melakukan sesuatu yang luar biasa, menyatukan seluruh tumpah darah bangsa Indonesia dalam Sumpah Pemuda. Tapi saya, pemuda Indonesia yang kini hidup di tengah banyak kemudahan tidak mampu memberi sesuatu yang berarti bagi negeri ini, bahkan bagi teman dan keluarga saya,” ucap sosok yang pernah menjadi delegasi NTT dalam Parlemen Muda Indonesia 2014.

Dia pun mengatakan langkah yang telah ditempuh bersama teman-temannya dengan membuat berbagai proyek sosial itu hanya langkah kecil yang belum berdampak luas. Namun, bila seluruh pemuda Indonesia berani mengambil langkah serupa, mencoba menjadi jawaban, maka bangsa Indonesia mampu keluar dari berbagai permasalahannya.

Ronald juga mengatakan ada dua pelajaran penting dari pengalamannya tersebut, pertama, jangan takut memulai sesuatu yang baik, walau banyak tantangan menghadang. Sebab, segala hal baik akan berbuah baik.

Kedua, dia melanjutkan, kebahagiaan bukan dari apa yang dikejar untuk diri sendiri, tetapi apa yang dibagikan  kepada orang lain. Karena hidup yang berarti seharusnya bermakna bagi orang lain dan tidak orang hebat adalah orang yang hidupnya bermanfaat bagi lingkungannya.

“Semoga semangat sumpah pemuda tidak luntur dimakan zaman, atau tergerus dengan berbagai gemerlap hedonisme. Sumpah pemuda adalah pelajaran berharga bahwa pemuda mampu melakukan berbagai hal luar biasa dalam kekurangan, apalagi dalam berbagai kemudahan saat ini,” tutur Ronald.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home