Loading...
RELIGI
Penulis: Kris Hidayat 16:53 WIB | Senin, 30 Maret 2015

Minggu Sengsara: Yesus Korban Persekongkolan Jahat

Minggu Sengsara: Yesus Korban Persekongkolan Jahat
Arak-arakan jemaat GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia dan seluruh simpatisan ibadah di seberang Istana Merdeka, Minggu (29/3). (Foto-foto: Kris Hidayat)
Minggu Sengsara: Yesus Korban Persekongkolan Jahat
Pendeta Mungki Aditya Sasmita memimpin ibadah.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Minggu Palma atau Palmarum bagi Pendeta Mungki Aditya Sasmita berarti mengawali sepekan kesengsaraan Yesus. Dalam khotbah di ibadah jemaat GKI Bakal Pos Taman Yasmin Bogor dan HKBP Filadelfia Bekasi di seberang Istana Merdeka Jakarta, Minggu (29/3), Pendeta Mungki menjelaskan bahwa Yesus adalah korban dari persengkokolan jahat para pemimpin agama dan pemimpin politik pada jamannya.

"Kita melihat betapa mengerikannya wajah agama yang telah dikuasai oleh kebencian dan kemudian menggunakan kekuatan politik untuk mencapai tujuan-tujuan jahatnya. Ini adalah sebuah tragedi yang menyedihkan, karena mestinya agama dan politik adalah dua lembaga yang bertujuan mulia," kata Pendeta Mungki.

Minggu Sengsara Yesus

Berikut adalah rangkuman khotbah Pendeta Mungki, dengan mengambil bacaan dari Injil Markus 15:1-15:

Agama selalu identik dengan nilai-nilai yang luhur dan mulia, seperti misalnya kerendahan hati, kejujuran, ketulusan, keadilan dan kebenaran. Ketika agama telah meninggalkan nilai-nilai luhur dan mulia tersebut, maka agama yang mestinya berwajah sejuk dan damai akan berubah menjadi berwajah demonik (iblis). Ia bisa menghalalkan segala cara untuk meraih keinginannya, termasuk menabrak semua nilai-nilai luhur dan mulia tersebut.

Pada saat ini kita berada pada minggu sebelum Paskah. Minggu ini biasanya memiliki dua sebutan, yaitu Minggu Palmarum atau Minggu Kesengsaraan Tuhan Yesus. Saya memilih sebutan yang kedua dan memilih perikop Yesus di pengadilan Pilatus, bukan teks Alkitab yang mengisahkan Yesus yang memasuki Yerusalem.

Pengadilan Yesus oleh Pilatus tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan pengadilan yang digelar oleh Mahkamah Agama, bahkan bisa dikatakan, pengadilan yang digelar Pilatus terjadi oleh karena ada pengadilan Mahkamah Agama. Tanpa Mahkamah Agama yang menggelar pengadilan atas diri Yesus, maka Pilatus pun tidak akan mengadili Yesus. Jadi pengadilan Mahkamah Agama adalah pengadilan yang sangat penting, sekalipun pengadilan Pilatus yang menjatuhkan hukuman mati.

Kalau kita memerhatikan pengadilan yang digelar oleh Mahkamah Agama, maka sebenarnya ada tiga pelanggaran serius yang dilakukan dalam pengadilan itu. 

Pertama, Mahkamah Agama mempunyai ketetapan bahwa setiap pengadilan harus dilakukan pada siang hari. Tujuannya adalah supaya pada malam hari para anggota Mahkamah Agama dapat merenung dan memikirkan ulang apakah keputusan yang tadi siang diambil adalah keputusan yang adil atau tidak. Bila saja ternyata keputusan itu dirasa tidak adil, mereka masih memiliki waktu esok harinya untuk meralat dan memperbaiki keputusan tersebut. 

Namun kita membaca bahwa pengadilan terhadap Yesus oleh Mahkamah Agama dilakukan menjelang tengah malam. Dan esoknya, pagi-pagi benar, Yesus sudah digelandang ke hadapan Pilatus.

Kedua, Pengadilan Mahkamah Agama harus digelar di ruang pengadilan yang letaknya di salah satu ruang di kompleks istana Herodes. Nyatanya pengadilan itu dilakukan di rumah Imam Besar Kayafas.

Ketiga, Pengadilan Mahkamah Agama mesti menghadirkan sekurangnya dua orang saksi yang tidak saling mengenal dan tidak memiliki hubungan keluarga dengan terdakwa maupun salah satu dari anggota Mahkamah Agama. Itu berarti bahwa penentuan saksi bukan perkara sederhana, melainkan harus melalui penyelidikan yang seksama. Dan kita membaca bahwa ada banyak muncul saksi-saksi palsu dalam pengadilan Mahkamah Agama. Bahkan dengan gampang mereka memutuskan bahwa mereka tidak lagi membutuhkan kesaksian dari siapapun untuk menjatuhkan vonis bersalah kepada Yesus.

Sementara itu pengadilan yang digelar oleh Pilatus juga tidak jauh berbeda. Pilatus sadar dan tahu betul bahwa mereka membawa Yesus ke hadapannya bukan karena kejahatan yang dilakukan oleh Yesus, melainkan oleh karena dengki dan berbagai kepentingan yang lain. 

Pilatus memang berusaha untuk membebaskan Yesus, namun ia tidak berdaya menghadapi tekanan yang makin kuat yang bukan hanya dari anggota Mahkamah Agama tetapi juga dari massa yang sudah terhasut. Akhirnya Pilatus gagal menegakkan keadilan dan kebenaran. Pilatus menyerah pada tekanan.

Pelanggaran-pelanggaran serius yang terjadi dalam dua pengadilan itu sungguh mengherankan. Karena baik pengadilan Mahkamah Agama maupun pengadilan Romawi senantiasa mengutamakan kehati-hatian dan menilai keadilan dan kebenaran adalah sendi-sendi penting yang mesti dijaga dengan sungguh-sungguh. Itu sebabnya Mahkamah Agama membutuhkan waktu yang sangat lama untuk dapat menjerat Yesus dengan berbagai tuduhan yang mematikan. Dan selalu gagal. Maka akhirnya segala cara pun dihalalkan. 

Kita melihat betapa mengerikannya wajah agama yang telah dikuasai oleh kebencian dan kemudian menggunakan kekuatan politik untuk mencapai tujuan-tujuan jahatnya. Ini adalah sebuah tragedi yang menyedihkan, karena mestinya agama dan politik adalah dua lembaga yang bertujuan mulia yang seharusnya menuntun manusia membangun kehidupan yang bermoral tinggi.

Pengadilan yang digelar atas diri Yesus menunjukkan dengan telak bahwa Yesus adalah konspirasi jahat antara lembaga agama dengan lembaga politik. 

Marilah kita merenungkan perikop atas kasus yang kita hadapi bersama: 

Pertama: Tekanan yang dialami oleh jemaat GKI Bakal Pos Taman Yasmin Bogor dan jemaat HKBP Filadelfia Bekasi adalah buah dari konspirasi antara kelompok agama dengan kekuatan politik. Pada satu sisi, hal ini adalah harga yang memang harus dibayar oleh setiap pengikut Kristus. Sebagaimana Yesus juga mengalami hal yang sama, demikian pula setiap pengikutnya mesti siap untuk menghadapi berbagai konspirasi jahat yang hendak menghancurkannya. Maka tetaplah setia. 

Di sisi yang lain, tidak berarti bahwa kita mesti pasrah begitu saja menerima perlakuan yang tidak adil tersebut. Kita mesti berjuang untuk merebut hak-hak kita. Dan perjuangan kita bukanlah perjuangan dengan kekerasan, melainkan perjuangan dalam iman, kasih dan pengharapan. Maka tetaplah berjuang di jalan Tuhan.

Kedua: Akhir dari penderitaan Yesus bukanlah kematian, tetapi kebangkitan. Kenyataan itu mesti menumbuhkan pengharapan dalam diri kita bahwa ujung dari penistaan yang kita alami bukanlah kematian atau kehancuran, tetapi kemenangan di dalam dan oleh karena pertolongan Tuhan saja. Maka janganlah kita berputus-asa. Mungkin saja jalan kita masih panjang. Teruslah berjalan bersama dengan Tuhan menyambut fajar kebangkitanNya.

Ibadah Jelang Paskah 2015

Pada Ibadah seminggu menjelang perayaan Paskah, yang bertepatan dengan perayaan Minggu Palmarum, dimulai dengan arak-arakan jemaat dari depan gedung RRI menuju lokasi ibadah di seberang Istana. Prosesi Minggu Palma itu dilakukan oleh sekitar 150 orang jemaat dengan membawa daun palem, simbol menyambut peringatan Paskah, memasuki Minggu Palmarum atau Masa Penderitaan dalam Kalender Gerejawi.

Ibadah jemaat GKI Bakal Pos Taman Yasmin Bogor dan jemaat HKBP Filadelfia Bekasi di seberang Istana Merdeka kali ini adalah yang ke 87 kalinya. Kedua Gereja tersebut masih dihalangi Pemerintah Kota Bogor dan Pemerintah Kabupaten Bekasi untukmembangun gedung gerejanya walaupun sudah memiliki izin. 

Juru Bicara GKI Yasmin, Bona Sigalingging mengatakan bahwa kedua gereja ini terus menantikan Presiden Joko Widodo untuk menegakkan keadilan dan melindungi umat yang tertindas.

"Ini akan menjadi Jumat Agung dan Paskah yang kesekian kalinya bagi jemaat GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia. Kami masih sangat menantikan, Presiden Joko Widodo akan menegakkan hukum dan konstitusi tanpa kecuali,” kata Bona.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home