Loading...
HAM
Penulis: Febriana Dyah Hardiyanti 17:34 WIB | Jumat, 20 Januari 2017

Mohammad Monib: Jangan Menzalimi Ahok Lebih Jauh Lagi

Direktur Indonesia Conference on Religion and Peace (ICRP), Mohammad Monib. (Foto: Febriana DH)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Direktur Indonesia Conference on Religion and Peace (ICRP), Mohammad Monib, meminta kepada masyarakat untuk tidak menzalimi Calon Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), melalui berbagai tudingan dan tindakan intoleran.

“Jangan menzalimi Ahok lebih jauh lagi. Saya dari awal tak percaya Ahok menistakan agama Islam. Justru dia sangat menguntungkan warga Islam di Jakarta,” ujar Monib usai Konferensi Pers Penjaminan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) agar Tak Ditahan, hari Jumat (20/1) siang, di Tjikinii Lima, Jakarta Pusat.

Menurutnya, justru warga Islam harus berterima kasih atas kebijakan-kebijakan dalam kinerja Ahok yang sesuai dengan ajaran Islam. Dalam sejarah Islam, Ahok dinilai dapat disebut dengan Al-Amin (yang dapat dipercaya).

“Saya melihat dan mempertimbangkan secara lembaga dan pribadi untuk menggaransikan diri agar Ahok tidak ditahan dalam proses hukum yang penuh dengan gerakan kriminalisasi ini. Saya melihat, Ahok adalah sosok pemimpin yang bisa dipercaya karena selalu transparan dan anti korupsi dalam pengelolaan negara serta birokrasi. Ini penting dan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam,” katanya.

Monib melihat, Ahok tidak seharusnya ditahan karena tidak pernah menyalahi ketentuan yang ada.

“Tidak mungkin Ahok kabur dan berkhianat, justru dia sudah sangat elegan dan jantan karena sebelum dipanggil polisi sudah datang terlebih dahulu tanpa upaya pengerahan,” katanya.

Ahok, lanjut dia, juga memenuhi prinsip-prinsip kenabian seperti sikap visioner dan mampu membangkitkan api atau nilai esensial dari ajaran Islam.

“Kita mendorong api atau nilai esensial yang diajarkan Islam. Seperti kata Bung Karno, saat ini kita sedang berhadapan dengan Islam ‘sontoloyo’, yakni Islam yang memecah belah, mencaci maki, dan mudah mengkafirkan serta mengharamkan sesuatu. Ahok dengan Jakarta Smart City, e-budget, dan sikapnya yang terbuka pada masyarakat adalah sudah menjalankan api Islam meskipun tanpa Syahadat,” kata dia.

Monib memandang, posisi Ahok kini adalah korban persekongkolan ormas-ormas yang ingin membuat kotak pandora syariat Islam. Upaya tersebut sebagai bentuk kemunduran dan mengarah dengan apa yang terjadi di negara di bagian Timur Tengah yang ingin menformilkan agama Islam sebagai negara. 

“Ahok adalah korban persekongkolan ormas-ormas untuk membuat kotak pandora syariat Islam. Ini kemunduran dan menyedihkan. Kenapa tidak buka hati dan mata melihat untuk melihat Aceh, Afganistan, dan Pakistan. Syariat jika ditegakkan dengan hal-hal yang negatif menjadi tidak berkolerasi dengan suksesnya penegakan ajaran Islam itu sendiri. Kita tidak butuh makna syariat yang digembor-gemborkan ormas. Kita butuh pesan-pesan etik Islam dan nilai-nilai esensial Islam, yaitu bisa bekerja dengan baik,” tutur Monib.

Ia menjabarkan pesan-pesan etik Islam dan nilai-nilai esensial Islam, yaitu bisa bekerja dengan baik. “Apresiasi dalam Islam berbasis pada karya dan prestasi, bukan berbasis keturunan. Islam mengedepankan prestasi dan kerja.”

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home