Loading...
INSPIRASI
Penulis: Woro Wahyuningtyas 01:00 WIB | Jumat, 29 April 2016

Move On dari Masa Lalu

Mengapa memaafkan dalam konteks 65 ini sangat penting dilakukan oleh negara?
Melangkah (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Awal Januari 2016 saya menulis soal bagaimana bisa ringan melangkah pada masa yang akan datang. Tulisan itu berdasarkan pengalaman hidup bapak saya, yang merupakan salah satu korban tragedi 1965 di Indonesia.

Saya masih mengingat, bagaimana pentingnya memaafkan untuk proses hidup kita ke depan. Itu juga yang saya dengar dari beberapa korban tragedi 1965 ini. Tentu, memaafkan saja tidak cukup. Toh di antara korban dan pelaku di akar rumput telah saling memaafkan, tetapi cukupkah itu? Dalam tulisan lain, saya mengatakan itu tidak cukup. Kenapa? Karena di akar rumput akan mudah berubah sikapnya, jika ada gesekan bahkan provokasi untuk mengacaukan proses rekonsiliasi warga tersebut.

Kenapa memaafkan dalam konteks 65 ini sangat penting dilakukan oleh negara? Oleh presiden kita saat ini? Karena presiden adalah simbol dari sebuah negara. Merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari narasi bernegara sejak Indonesia ini ada. Memilah apa yang terjadi pada masa 65 dengan yang terjadi saat ini adalah logika yang sesat menurut saya. Karena, jika sikap penanda yang berupa maaf itu keluar dari simbol negara ini, bayangan saya, seluruh unsur bangsa akan gegap menyambutnya dan mendorongnya pada upaya rekonsiliasi.

Jika meminta maaf saja sulit, dan tidak bisa dilakukan, maka upaya yang lebih besar apalagi yang bisa dibuat ke depan. Bahasa anak muda sekarang, move on, ya... saatnya bangsa kita move on setelah 50 tahun berkubang dengan masa lalu yang bergelimang darah dan penuh rekayasa. Karena di depan, anak-anak dan generasi kita berhak mengetahui fakta kebenaran. Dan merekalah yang akan meneruskan kebaikan yang pernah dilakukan oleh rezim saat ini.

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home