Loading...
BUDAYA
Penulis: Francisca Christy Rosana 22:35 WIB | Minggu, 01 Maret 2015

Mozaik Batik Terbakar, Persembahan Anne Avantie untuk Klewer

Anne Avantie saat konferensi pers pergelaran bertajuk “Pasar Klewer Riwayatmoe Kini” dalam Indonesia Fashion Week 2015, Minggu (1/3) malam di Jakarta Convention Center. (Foto: Francisca Christy Rosana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Peristiwa kebakaran hebat yang menimpa salah satu pasar batik tersohor di Nusantara, Pasar Klewer, akhir Desember lalu telah menyisakan duka yang mendalam bagi perancang kebaya senior Anne Avantie.  Sebagai desainer yang telah 25 tahun berkiprah membawa nama harum kebaya Indonesia, Pasar Klewer adalah bagian historis dari catatan perjalanan ibu dari tiga anak itu.

Pasar Klewer ialah embrio dari masa kecil Anne Avantie.

“Jadi ketika Pasar Klewer terbakar, saya merasa ikut memiliki kehidupan itu. Solo adalah cinta, awal, dan nafas bagi saya. Semua dari yang terbakar tidak saya lihat sebagai bentuk dan ujud kain bekas, tapi yang saya lihat adalah budaya bangsa yang saat ini membutuhkan tangan-tangan orang yang mengasihi,” ujar Anne saat konferensi pers pergelaran bertajuk “Pasar Klewer Riwayatmoe Kini” dalam Indonesia Fashion Week 2015, Minggu (1/3) malam di Jakarta Convention Center.

Pasar Klewer yang sudah berkembang dari 1942 memang telah luluh lantah oleh api. Anne Avantie mengangkat musibah memilukan ini dalam panggung Indonesia Fashion Week 2015. Anne dengan 21 karyanya mengolah sisa-sisa batik yang terbakar menjadi mozaik busana. Batik-batik terbakar menurutnya memiliki nilai historis.

“Tema Pasar Klewer diangkat sebagai sebuah kepedulian. Sebagai seorang fashion desainer, saya merasa terbakarnya Pasar Klewer bukan semata-mata tugas Pemerintah Kota Solo, tetapi juga tugas dan kewajiban bagi bangsa dan insan pelaku inddustri fashion untuk turut membangkitkan semangat dan menghidupkan kembali Pasar Klewer,” ujar Anne.

Keterlibatan Anne dalam IFW yang mengusung tema Pasar Klewer ini diharapkan mampu menginspirasi banyak orang.

Koleksi yang ditampilkan Anne dalam pergelarannya ialah potongan busana dengan warna-warna batik yang terbakar, yang didominasi coklat dan hitam. Selain itu, da satu kemunculan warna merah sebagai wujud dari sekeping mata uang yang kedua belah sisinya sama, tapi berbeda arti. Merah menyimbolkan semangat dan api.

Melalui potongan-potongan kain batik yang terbakar, ia menjahitnya kembali menjadi potongan yang indah. Cara penempelannya adalah menyulam dengan benang. Potongan-potongan yang besar dipotong kecil atau potongan yang kecil disambung-sambung.

“Saya persembahkan ini untuk sebuah aprsiasi budaya yang dapat menjadi salah satu proses kreatif seorang desainer yang tida terpaku pada bahan material. Kali ini saya sengaja mempersembahkan untuk Indonesia,” ujar dia.

 “Saya bersama para pemulung mengambil sisa-sisa kain tersebut karena saya merasa itu adalah bagian dari kekayaan budaya Indonesia. Apa yang saya lihat dari puing-ping reruntuhan itu mendorong saya untuk membuat sebuah karya yang kali ini berbeda, tidak lagi seperti Anne Avantie yang biasanya,” ujar dia.

“Saya memungut kain-kain dengan cinta. Semoga Tuhan selalu memberkati kita,” ujar Anne memungkasi. 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home