Loading...
RELIGI
Penulis: Endang Saputra 17:21 WIB | Senin, 16 Mei 2016

Muhammadiyah dan Inggris Sepakat Bangun Toleransi

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir (kanan) saat memberikan keterangan terkait dengan catatan akhir tahun 2015 yang menyoroti masalah intoleransi antar umat beragama yang digelar di kantor pusat PP Muhammadiyah Jalan Menteng Raya, Jakarta Pusat, Rabu (30/12). Dalam kesempatannya PP Muhammadiyah meminta Pemerintah untuk memfasilitasi dialog intern dan antar umat beragama di Indonesia serta melindungi kelompok minoritas. (Foto: Dok.satuharapan.com/Dedy Istanto).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Muhammadiyah dan Inggris lewat nota kesepahaman yang ditandatangani di Jakarta, hari Senin (16/5) sepakat untuk membangun toleransi, pluralisme, dan hak asasi manusia.

“Nota kesepahanan meliputi kerja sama dua belah pihak dalam promosi toleransi dan pluralisme, perlindungan fundamental HAM, dan kebebasan beragama bagi setiap orang tanpa memandang kepercayaan, jenis kelamin, dan suku," kata Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir di acara "Penandatanganan Nota Kesepahaman Muhammadiyah dan Kedutaan Besar Inggris di Jakarta".

Dia mengatakan beberapa kegiatan akan dilakukan seperti kerja sama dua pihak untuk sekolah, akademi, universitas, organisasi dan lembaga. Selain itu, akan ada pertukaran pemuda dan pendidikan.

“Akan ada bermacam kegiatan seperti diskusi kelompok terfokus, seminar, workshop dan konferensi-konferensi. Ini merupakan bagian dari upaya Indonesia untuk menjalin kemitraan dengan Inggris dan Eropa, untuk memperpendek kesalingtidakpahaman dan rasa saling curiga. Dua hal ini dapat muncul jika kita jarang berkomunikasi," kata dia seperti dikutip dari Antara.

Hubungan baik itu, kata Haedar, juga berupaya untuk membangun pemahaman antarindividu dua negara. Terdapat juga pemahaman interpretasi Islam Indonesia yang modern.

Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik mengatakan pihaknya menyambut baik nota kesepahaman itu. Terlebih Islam saat ini mendapatkan pencitraan buruk akibat segelintir orang yang menggunakan agama untuk membenarkan tindakan kekerasannya.

“Indonesia telah mencontohkan Islam yang tidak seperti `stereotype` dengan radikalisme. Islam di sini maju dengan adanya kesetaraan laki-laki dan perempuan. Islam juga dipraktikkan secara damai di Indonesia," kata Malik yang juga seorang Muslim ini.

Dengan bahasa Indonesia yang lancar, Malik mengatakan Indonesia merupakan mitra penting bagi Inggris untuk secara bersama-sama mencari jalan keluar dalam berbagai persoalan internasional.

“Kami harus bekerja sama dengan negara sahabat untuk penyelesaian masalah-masalah internasional. Masalah besar yang dihadapi adalah risiko ekstrimisme dan radikalisme. Ada pelajaran besar bahwa dalam 15-20 tahun ini tidak ada negara yang bisa mengendalikan persoalan internasional sendirian,” kata dia.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home