Loading...
RELIGI
Penulis: Endang Saputra 17:19 WIB | Kamis, 29 Januari 2015

Muktamar ke-33 NU di Jombang Mulai Disosialisasikan

Ketua Pengurus Besar NU (PBNU) Syaifullah Yusuf bersama Ketua Pengurus Wilayah NU (PWNU) Jawa Timur KH Mutawakkil Alallah. (Foto: nu.or.id)

JOMBANG, SATUHARAPAN.COM – Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) yang rencananya akan digelar 1-5 Agustus mendatang mulai disosialisasikan kepada warga Nahdliyin di kota santri, Jombang.

Kepastian perhelatan akbar ini disampaikan langsung Ketua Pengurus Besar NU (PBNU) Syaifullah Yusuf bersama Ketua Pengurus Wilayah NU (PWNU) Jawa Timur KH Mutawakkil Alallah.

"Alhamdulillah Jawa Timur khususnya Jombang akan menjadi tuan rumah Muktamar NU ke-33 bulan agustus mendatang. Saya berharap masyarakat bisa menjadi tuan rumah yang baik, menerima tamu-tamu dari seluruh Indonesia bahkan kalangan internasional," kata Syaifullah Yusuf saat menghadiri tasyakuran Peringatan Maulid Nabi dan Bazar Makanan Gratis oleh Pemkab Jombang, Minggu (25/1).

Wakil gubernur Jawa Timur itu kembali menyampaikan pengumuman serupa di hadapan ribuan jamaah NU yang menghadiri Musyawarah Kerja Cabang ke III di Pesantren Darul Ulum Kepuhdoko Tembelang.

"Kota santri ini akan menjadi ‘kota Internasional’, atau International city, karena dalam Muktamar NU di sini (Jombang), dan menjadi perhatian seluruh Indonesia, bahkan kalangan Internasional,” kata pria yang akrab disapa Gus Ipul ini.

Muktamar NU, kata Gus Ipul, media-media asing dan para peniliti luar negeri juga dipastikan bakal menghadiri Muktamar.

“Sebab banyak peneliti asing yang fokus terhadap isu-isu NU. Pemikiran-pemikiran para pendiri NU juga terus dikaji oleh para cendekiawan asing. Karena nanti Muktamar digelar di tempat para pendiri NU dimakamkan, pasti peneliti-peneliti asing itu akan semakin tertarik datang langsung,” kata dia.

Sekarang ini, kata pria yang didaulat sebagai wakil ketua muktamar pusat dan ketua panitia lokal Jatim itu, Islam yang dibawa NU semakin diterima dikancah internasional.

“NU dianggap sebagai Islam yang paling pas untuk menolak radikalisme dan terorisme. Itulah sebabnya dunia Internasional sangat menaruh perhatian terhadap NU,” kata dia.

Ketua PWNU Jatim, KH Mutawakkil Alallah yang hadir bersama Rais Syuriah PWNU Jatim KH Miftahul Akhyar menuturkan bahwa dalam Muktamar akan ada sejarah baru yang tercipta. Yakni pemilihan Rais Aam tidak dilakukan dengan pemilihan melainkan dengan mekanisme ahlul hall wal aqdi.

“Sesuai keputusan Munas (Musyawarah Nasional) dan Konbes (Konferensi Besar), pemilihan Rais Aam nanti tidak hanya mengacu jumlah suara, tetapi juga keulamaan. Sejarah baru ini akan tercipta di Jombang, di kota tempat disemayamkannya para pendiri NU. Jadi Jombang ini memang luar biasa,” kata dia.

Sementara itu Bupati Nyono Suharli menyatakan kesiapannya mendukung kesuksesan pelaksanaan Muktamar di Jombang.

“Tigaratus enam desa di Jombang semuanya sudah memiliki MSD (mobil siaga desa) itu nanti bisa digunakan untuk mendukung kelancaran Muktamar,” kata dia.

Menanggapi tawaran kesiapan ini, KH Mutawakkil menyambut baik. Apalagi jika mereka ingin menikmati wisata religi di Jombang dan mengunjungi empat pesantren besar di Jombang yang menjadi lokasi Muktamar. Setiap kontingen pasti membutuhkan akomodasi.

“Kita berharap nanti semua peserta Muktamar bisa ziarah ke makam para pendiri NU. Iya selama ini memang kirim doa, tapi kirim doa itu ibarat kirim surat, sedangkan ziarah itu sowan langsung. Jadi masih lebih baik sowan. Selagi di Jombang, harus dimanfaatkan,” pungkas Kiai Mutawakkil seraya mengatakan, Muktamar nanti diikuti utusan dari PBNU, 34 PWNU, dan 457 PCNU dan PCINU.

Muktamar ke – 33 NU di Jombang Sebagai Tuan Rumah

Keputusan Rapat Harian PBNU yang menetapkan Jombang sebagai tuan rumah Muktamar ke-33 NU pada Agustus 2015 mendatang merupakan pilihan yang sangat tepat. Diharapkan, para peserta mampu mengambil spirit perjuangan para pendiri jam'iyah yang diantaranya berasal dari kota santri ini.

Hal ini disampaikan Ketua PWNU Jawa Timur, KH Mutawakkil Alallah saat memberikan arahan peserta Musyawarah Kerja (Musker) III PCNU Jombang di Pondok Pesantren Darul Ulum Kepuhdoko Tembelang, Minggu (25/1).

Kiai Mutawakkil mengatakan bahwa para muktamirin setidaknya dapat melakukan ziarah ke makam para muassis atau pendiri NU yang tersebar di beberapa pesantren di Jombang.

"Di Tebuireng ada makam Hadratus Syekh KH Hasyim Asy'ari, KH Wahid Hasyim serta KH Abdurrahman Wahid," kata Pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo ini.

Demikian juga ada KH Bisri Syansuri di Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar, KH Abdul Wahab Chasbullah di Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas serta Kiai Romli di Pondok Pesantren Darul Ulum Peterongan, lanjutnya.

Dengan mendatangi sekaligus berdoa di pesarean para tokoh NU ini diharapkan para peserta bisa mengambil uswah hasanah dari mereka.

"Disamping itu dengan ziarah ke makam muassis (pendiri, red), maka koneksi perjuangan para pegiat NU saat ini dengan para pendiri dapat semakin dieratkan," kata Kiai Mutawakkil.

Untuk itu, kata Mutawakkil Alallah karenanya menjadikan Jombang sebagai tuan rumah Muktamar ke 33 adalah keputusan yang tepat dalam rangka mendekatkan silsilah perjuangan NU, lanjutnya.

Khusus kepada peserta Musker PCNU Jombang, hal mendesak yang harus terus dilakukan adalah dengan menata organisasi, melaksanakan perencanaan program kerja sesuai kebutuhan masyarakat setempat.

"Yang pasti, keberadaan aktifis harus bisa menata agar NU bisa lebih baik," kata dia.

 

Karena tantangan NU saat ini tidak semata dalam hal aqidah, tapi juga hubungan kemasyarakatan yakni dengan menjaga sikap tasamuh, tawassuth serta i'tidal.

"Inilah Islam yang diwariskan para salafus shalih," kata dia.

Di hadapan Ketua PBNU sekaligus Wakil Gubernur Jatim, H Saifullah Yusuf dan undangan, Kiai Mutawakkil kembali mengingatkan pola hubungan antara syuriah dan tanfidziyah.

 "NU itu ibarat pesantren," katanya.

Dalam artian pemilih otoritas pesantren adalah para kiai dan pengasuh. Sedangkan para lurah pondok menjalankan arahan dan komando yang telah digariskan pengasuh.

"Hal itu juga berlaku di NU," katanya. Para rais syuriah adalah pemilik otoritas tertinggi dalam menjalankan arah dan kebijakan jam'iyah. Sedangkan tanfidziyah sebagai sebagai pelaksana dari sejumlah kebijakan yang telah diputuskan syuriah, lanjutnya.

Musker III PCNU Jombang terbilang istimewa lantaran dihadiri Ketua PBNU, Rais dan Ketua PWNU Jatim, bupati dan wakil serta forum pimpinan daerah Jombang. Peserta Musker adalah pengurus harian PCNU, badan otonom, lajnah dan lembaga serta utusan dari MWCNU se Jombang. (nu.or.id)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home