Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Sotyati 18:58 WIB | Rabu, 09 November 2016

Mundu, si Apel Jawa Multikhasiat Menunggu Perhatian

Mundu (Garcinia dulcis (Roxb.) Kurz). (Foto: verseofuniverse.blogspot.co.id)

SATUHARAPAN.COM – Mundu termasuk  buah asli Indonesia, namun dikategorikan buah-buahan minor, buah-buahan yang dianggap kurang penting. Tak mengherankan tumbuhan ini semakin jarang ditemukan karena tidak banyak lagi yang menanamnya. Karena dianggap tidak bernilai ekonomi pula, banyak yang menebangnya, dan menggantikannya dengan tanaman lain yang lebih menguntungkan.

Punya nama mirip, mundu tidak sama dengan mundung, atau kepundung ataupun menteng. Buah ini juga biasa disebut apel jawa, dapat dimakan segar atau diolah menjadi selai.

Dari situs lib.bppsdmp.pertanian.go.id, dapat dibaca buah mundu juga dapat diolah menjadi campuran jamu tradisional. Kayu dan kulitnya dipakai sebagai campuran pembuat warna hijau alami. Tumbukan bijinya digunakan untuk mengobati pembengkakan, gondok, dan sariawan.

Buah mundu secara tradisional dipakai sebagai obat pencahar, antimalaria, dan mengobati penderita gangguan empedu. Sedangkan pucuk daun mundu muda digunakan untuk mengobati diare.

Mundu juga dapat digunakan sebagai obat penurun demam, antiinflamasi, dan antipiretik. Selain itu, juga digunakan sebagai obat tradisional untuk struma dan parotitis. Masih banyak lagi kegunaan lain dari pohon langka yang sangat baik menyerap air hujan ini.

Mundu, mengutip dari Wikipedia, dipercaya sebagai tanaman buah asli Indonesia yang tumbuh di Jawa, terutama Jawa Tengah, dan sebagian Kalimantan. Situs ecocrop.fao.org menyebutkan mundu juga tumbuhan asli Filipina. Tumbuhan ini juga dijumpai di Thailand, dan di India.

Tumbuhan buah ini tumbuh baik di dataran rendah hingga pada ketinggian 500 meter di atas permukaan airt laut. Mundu dapat tumbuh di sembarang tanah.

Dari nama ilmiahnya, Garcinia dulcis (Roxb.) Kurz, dapat diketahui mundu merupakan anggota marga Garcinia, yang berkerabat dekat dengan manggis (Garcinia mangostana) dan asam kandis (Garcinia parvifolia). Di Thailand, mengutip dari ecocrop.fao.org, buah tanaman ini disebut maphut, sementara di Filipina disebut biniti atau bagalot.

Mundu adalah tumbuhan berbentuk pohon berukuran sedang, dan hijau abadi. Batangnya tegak, berwarna cokelat, dan tingginya mencapai 13 m - 20 m. Kulit pohonnya bergetah putih.

Daunnya berbentuk bulat memanjang dan mengkilat.

Bunganya tersusun dalam untaian berwarna putih atau hijau kekuning-kuningan.

Buahnya bulat seperti bola pingpong. Bila sudah masak berwarna kuning, halus, dan tipis kulitnya. Daging buahnya berwarna kuning, berair, dan rasanya manis-manis asam. Jumlah bijinya 1-4 butir.

Tumbuhan ini berbunga pada bulan-bulan April-September. Buahnya masak pada Juli-November.

Manfaat dan Khasiat Mundu

Bisa dijumpai beberapa studi tentang mundu, di antaranya di dalam buku karya TK Lim, Edible Medicinal and Non-Medicinal Plants:Fruits (2012). Di Indonesia, Supardi menerbitkan buku Budidaya dan Khasiat Buah Mundu: Mengungkap Rahasia si Apel Jawa Kaya Guna (2013).

Studi yang dilakukan Esti Dwi Lestari pada 2003, seperti dikutip dari repository.ipb.ac.id , menyebutkan buah mundu yang mengandung asam bidroksisitrat (AHS) dapat digunakan untuk menurunkan bobot badan. Seperti diketahui, saat ini sudah banyak beredar obat-obatan penurun bobot badan yang mengandung AHS. Penelitian yang dia lakukan bertujuan menganalisis kadar air pada kulit dan daging buah mundu, mengukur pH, menentukan total asam dengan cara titrasi, dan total AHS dengan spektroskopi UV -Vis pada sari kulit dan sari daging buah.

Mendasari kenyataan Garcinia dulcis (Roxb.) Kurz) telah banyak digunakan oleh masyarakat untuk berbagai pengobatan tradisional, penelitian lain, dikutip dari erscience1971.blogspot.co.id, berjudul “Tinjauan Etnofarmakologi dan Bioaktivitas Buah Mundu (Garcinia dulcis)” menyebutkan bahwa ekstrak methanol buah mundu diketahui memiliki aktivitas penghambatan enzim HMG-CoA reduktase dan mampu menurunkan kadar kolesterol, LDL-kolesterol dan trigliserida.

Penelitian itu didasarkan pada kandungan senyawa kimia flavonoid dan xanton banyak ditemukan dalam genus Garcinia. Berbagai penelitian mengenai aktivitas biologik dari senyawa-senyawa tersebut telah dilakukan, namun kajian mengenai penghambatan aktivitas HMG-CoA reduktase belum ditemukan penelitian dan publikasinya. Mengingat kadar lipid yang berlebihan terutama kolesterol merupakan penyebab timbulnya berbagai penyakit degeneratif seperti aterosklerosis, jantung koroner, diabetes dan stroke maka penelitian tentang eksplorasi senyawa-senyawa yang berkhasiat dalam penghambatan aktivitas HMG-CoA reduktase itu sangat diperlukan saat ini karena adanya perubahan pola makan pada masyarakat dewasa ini.

Penelitian lain tentang mundu dapat ditemukan di berbagai jurnal ilmiah. Pada 1994, misalnya,  K Likhitwitayawuid dan W Chanmahasathien melakukan penelitian mengenai aktivitas antimalaria ekstrak etil asetat kulit batang mundu.

S Deachathai, W Mahabusarakam, S Phongpaichit, meluncurkan hasil penelitian tentang kandungan fenolik dari buah mundu, seperti dimuat di jurnal Phytochemistry, 2005.  Di jurnal yang sama, satu tahun kemudian, tim peneliti  yang sama dari Postgraduate Education and Research Program in Chemistry di Thailand itu mempublikasikan hasil  penelitian tentang kandungan fenolik di dalam bunga mundu. 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home