Loading...
RELIGI
Penulis: Martahan Lumban Gaol 21:38 WIB | Kamis, 18 Desember 2014

Natal Oikumene 2014, Perubahan Butuh Radikalisme

Ketua UmumPGI Pdt Dr Henriette Tabita Lebang, M.Th. diwawancarai para jurnalis, Sabtu (15/11). (Foto: Bayu Probo)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pendeta Henriette Lebang mengatakan perubahan kehidupan menjadi lebih baik membutuhkan radikalisme, sebab banyak hal yang biasa dinikmati harus dicabut dan dirobohkan.

"Perubahan membutuhkan hal radikal, semua orang tidak suka karena perubahan itu akan mengguncangkan hal yang kita nikmati," kata Henriette dalam khotbahnya di Perayaan Natal Lembaga Keumatan dan Organisasi Kristen yang mengangkat tema dari Yeremia 31:28 'Aku akan berjaga-jaga atas umat-Ku untuk mencabut dan merobohkan, untuk membangun dan menananam' di Park Hotel, Cawang, Jakarta Timur, Kamis (18/12).

Menurut dia perubahan yang Allah berikan tidak seperti kosmetik, melainkan perubahan yang mendasar dan menyeluruh, bagaikan reformasi.

"Sama seperti komputer, kalau sudah kena virus harus diformat ulang dan data-datanya hilang," ujar Ketum PGI itu.

"Data-data seperti keegoisan dan membuat cemburu orang lain harus dihilangkan dari pola pikir kita, itulah pembaruan hidup dan tidak boleh setengah," Henriette menambahkan.

Pola Pikir Mengotakkan

Dia pun kembali bertanya kepada ratusan jemaat yang hadir mengenai hal-hal yang harus dirobohkan dan dicabut dari kehidupan manusia. Kata Henriette, adalah pola pikir yang mengotak-ngotakkan kelompok.

"Seperti di kantor, ada hal-hal yang membuat kita angkuh kemudian mengandalkan apa yang kita miliki, dan merasa lebih baik dari orang lain," ujar dia.

Ketum PGI itu pun mengingatkan jemaat, demi melakukan hal tersebut banyak tantangan yang harus ditempuh. Namun tugas manusia adalah untuk dipanggil dan dipertimbangkan Allah. "Kita juga harus ingat kesetian Tuhan tak pernah pudar, hal itu telah Tuhan jawab dalam Kitab Hosea," ujar dia.

Transformasi, lanjut Henriette, juga penuh tantangan dan godaan, mulai dari materi, kedudukan, penumpukan kekayaan, hingga kerakusan. Itulah realitas sosial yang tidak dapat dikontrol manusia.

"Tapi Tuhan mengatakan janganlah kamu serupa dengan dunia ini, tapi berubahlah dengan pembaruan hidupmu," tutur dia.

Menurut Ketum PGI itu, hal tersebut menjadi hakiki dalam setiap perayaan Natal. Persoalannya sekarang, apakah manusia mau hatinya disentuh Kristus, kemudian dibangkitkan sesuai keinginan Allah?

"Renungkanlah ini sehingga hati kita lapang jadi tempat palungan kediaman Kristus," kata dia.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home