Loading...
EDITORIAL
Penulis: Redaksi Editorial 14:47 WIB | Rabu, 26 Agustus 2015

NIIS dan Glorifikasi Kekerasan

NIIS mengeksekusi sejumlah tahanan di tengah situs purbakala Palmyra di Suriah. (Foto: screenshoot dari Youtube)

SATUHARAPAN.COM – Kelompok ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) kembali memamerkan kekejian mereka dengan menghancurkan situs budaya yang dilindungi di Palmyra, Suriah. Ini adalah aksi kesekian kali dilakukan oleh kelompok ekstremis terhadap peninggalan budaya di wilayah yang mereka kuasai di Suriah dan Irak. Aksi ini menyadarkan adanya ancaman serius atas kehidupan pada abad ini.

Kelompok yang juga disebut Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) atau ISIL (Islamic State of Iraq and Levant) ini menyatakan sebagai sebuah Kalifah Islam sejak pertengahan tahun lalu. Meskipun ditolak oleh umat Islam berbagai negara, mereka mengklaim menjalankan hukum syariat Islam.

Tindakan NIIS dikenal mengerikan dengan memenggal kepala orang yang dianggap tidak hidup secara Islam menurut interpretasi mereka, atau membakar mereka. Mereka bahkan menjadikan perempuan sebagai budak seks yang menurut mereka dibenarkan oleh agama yang mereka anut.

Kita dibuat tercengang oleh aksi yang di luar kemanusiaan dan sangat menjijikkan ini, bahkan diklaim dengan mengatas-namakan agama. Bahkan cara-cara yang tidak manusiawi ini telah menjadi sarana glorifikasi bagi ideologi mereka. Aksi-aksi itu bahkan mereka publikasikan sebagai kebanggaan.

BACA jUGA :                                                         

Memuja Kekerasan

Namun demikian, ada yang hal yang jauh merisaukan tentang kenyataan NIIS ini, yaitu kelompok ini terus mendapatkan pengikut baru. Di berbagai negara selalu ada kelompok yang membantu untuk merekrut orang, dan ada banyak orang yang ‘’terpesona’’ untuk bergabung dengan mereka. Bahkan dalam jumlah ribuan datang dari negara-negara Eropa.

Memenggal kepala orang, menjadikan perempuan sebagai budak seks, dan menghancurkan situs-situs peninggalan budaya yang tak tergantikan sebagai sumber pengetahuan, telah menjadi aksi yang menonjol dari kelompok ekstremis ini. Bahkan tampaknya aksi tersebut telah dijadikan sarana glorifikasi dan menjadi daya tarik bagi sejumlah kalangan sehingga mereka meninggalkan kotanya  untuk bergabung menjadi milisi mereka.

Pengusiran terhadap orang-orang Suriah dan Irak yang berbeda etnis dan agama telah menjadi aksi yang kejam. Kelompok ekstremis ini juga dikenal sebagai takfirin, kelompok yang mencap kelompok lain sebagai kafir, dan cap itu sebagai legitimasi untuk menghancurkan secara biadab terhadap mereka. Perang dan penghancuran terhadap pihak lain juga telah menjadi glorifikasi yang mengerikan.

Ancaman Global

NIIS adalah kenyataan yang mengerikan pada abad ke-21 ini. Idelogi mereka telah menjadi ancaman yang serius secara global, sebab dalam kenyataannya idelogi terus disebarkan di berbagai benua. Dan ada kenyataan bahwa ada banyak orang yang memuja kekerasan dan ‘’tepesona’’ oleh aksi mereka.

Situasi ini justru pertama-tama menjadi tantangan bagi umat Muslim, karena kelompok ekstremis ini mengklaim sebagai menjalankan syariat Islam dan sebagai kalifah Islam. Citra Islam yang sesungguhnya dihadapkan pada aksi NIIS yang mengerikan. Bahkan secara luas menjadi kengerian bagi kehidupan keagamaan, karena kasi mereka menimbulkan gesekan yang makin keras.

Penghancuran Palmyra buikan sekadar penghancuran batu, tetapi tentang kehidupan dan peninggalan masa lalu yang menyimpan pengetahuan. Masalahnya bukan pada penyembahan berhala, meskipun hal ini pun tidak bisa dijadikan legitimasi pengrusakan, tetapi tentang pengetahuan yang tak tergantikan.

Untuk mengatasi ini, tampaknya tidak cukup dengan serangan secara besar-besaran dengan kekuatan militer yang sekarang dijalankan sejumlah negara. Tantangan yang sebenarnya justru terkait dengan ideologi tersebut. Para ulama Muslim dan pemimpin agama lain telah berupaya untuk membendung penyebaran faham ini, namun sejauh ini belum menunjukkan hasil yang maksimal. Dan tampaknya diperlukan upaya yang komprehensif yang meliputi masalah-masalah budaya, sosial, ekonomi, dan politik.

Lebih jauh, masalah NIIS ini juga harus dilihat bukan hanya sebagai masalah di wilayah Suriah dan Irak di mana mereka berkuasa, tetapi juga di berbagai negara di mana ada kelompok-kelompok yang masih melihat perang dan kekerasan sebagai jalan hidup untum mengeskpresikan paham mereka. 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home