Loading...
EKONOMI
Penulis: Bob H. Simbolon 19:39 WIB | Rabu, 10 Februari 2016

Nilai Tukar Rupiah Tahun 2016 Diperkirakan Antara Rp13.500 - Rp14.000

Dr.Eugenia Mardanugraha, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, saat menjadi narasumber dalam diskusi bertajuk Proyeksi Ekonomi Makro 2016 dan Kesiapan UKM Menghadapi MEA bersama redaksi satuharapan.com di Gedung Sinar Kasih Jalan Dewi Sartika, Cawang, Jakarta Timur, Rabu (10/2). (Foto: Dedy Istanto).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Nilai tukar rupiah pada tahun 2016 diprediksi akan depresiasi antara Rp 13.500 sampai Rp 14.000 lantaran Indonesia tidak memiliki cadangan devisa untuk mengintervensi nilai tukar rupiah.

Ekonom Universitas Indonesia, Eugenia Mardanugraha mengatakan, kondisi devisa cadangan Indonesia saat ini, Bank Indonesia hanya mampu menekan nilai tukar rupiah hingga Rp 13.500/dollar As karena Indonesia hanya memiliki cadangan devisa pada triwulan ketiga sebesar 101,71 miliar dollar Amerika dan devisa cadangan Indonesia pada triwulan pertama sebesar 111 miliar dollar Amerika.

“Melihat cadangan devisa Indonesia saya pesimis dengan proyeksi perekonomian tahun 2016,” katanya saat diskusi bertajuk Proyeksi Ekonomi Makro 2016 dan Kesiapan UKM Menghadapi MEA bersama redaksi satuharapan.com di Gedung Sinar Kasih Jalan Dewi Sartika, Cawang, Jakarta Timur, Rabu (10/2)

Dia menambahkan, pemerintah Indonesia akan dibantu negara yang pertumbuhan ekonominya membaik untuk menghindari inflasi yang terjadi pada negaranya seperti Tiongkok.

“Pertumbuhan ekonomi Tiongkok saat ini membaik, cadangan devisanya makin besar, nilai tukar mata uangnya apresiasi terus dan Tiongkok saat ini membutuhkan penyaluran uang ke negara-negara lain seperti Indonesia agar tidak terjadi inflasi di Tiongkok. Mau ga mau Tiongkok itu melempar uangnya keluar negeri termasuk ke Amerika, saat ini Tiongkok sebagai pembeli obligasi yang diterbitkan oleh negara Amerika Serikat,” katanya.

Indonesia Bakal Bergantung Kepada Tiongkok

Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) ini juga mengatakan kondisi pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang membaik bakal menyasar negara yang memiliki bangsa pasar seperti Indonesia untuk menyalurkan dana pinjaman untuk menghindari inflasi yang terjadi di Tiongkok.

“Tiongkok saat ini banyak membeli surat-surat berharga kemudian swasta Tiongkok juga melakukan investasi di sektor real seperti memberikan bantuan dana untuk pembangunan kereta cepat Jakarta - Bandung selain itu Tiongkok juga akan menyasar infra struktur termasuk UKM, kita lihat di Medan Bank of Tiongkok sudah banyak beroperasi di pasar-pasar,” katanya.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home