Loading...
EDITORIAL
Penulis: Redaksi Editorial 17:30 WIB | Jumat, 09 Oktober 2015

Nobel untuk Kekuatan Dialog dalam Perdamaian

Rakyat tunisia antre untuk memilih pada pemilihan parlemen pada Oktober 2014. (Foto: dok. satuharapan.com)

SATUHARAPAN.COM –  Komite Nobel telah mengumumkan dari Oslo, Norwegia, hari Jumat (9/10) hasil yang mengejutkan untuk Pemenang Nobel Perdamaian.  National Dialogue Quartet Tunisia yang sepi dari spekulasi kandidat beberapa hari belakangan telah ditetapkan sebagai pemenang Nobel Perdamaian 2015. Keputusan ini adalah pernyataan tentang kekuatan dialog bagi perdamaian.

Musim Semi Arab (Arab Spring) yang bersimbah darah dimulai di Tunisia pada akhir 2010 dengan Revolusi Jasmine untuk menumbangkan pemerintahan yang otoriter npada 2011 dan kemudian menyebar ke negara-negara di Timur Tengah.

Di Tunisia, revolusi ini diwarnai konflik sektarian yang juga bersimbah darah. Namun dalam suasana yang kritis itu pada tahun 2013 muncul National Dialogue Quartet di Tunisia yang kemudian diakui memberi kontribusi bagi pembangunan demokrasi pluralis di negeri Afrika Utara itu.

Dialog ini terbentuk dari empat elemen masyarakat Tunisia, Serikat Buruh Umum, Konferensi Industri, Perdagangan dan Kerajinan, Liga Hak Asasi Manusia dan Organisasi Pengacara Tunisia.

Revolusi dalam Konstitusi

Dialog itu menjadi alternatif proses perdamaian politik ketika negara berada di ambang perang saudara. Dialog itu berperan penting bagi Tunisia, sehingga dalam waktu beberapa tahun bisa membangun sistem pemerintahan yang konstitusional.

BACA JUGA ; Konstusi Baru Tunisia Menjamin Kebebasan Beragama, Bahkan Ateis Diberi Hak Hidup

Konstitusi yang kemudian dihasilkan diakui memberikan jaminan hak-hak dasar bagi seluruh penduduk, terlepas dari jenis kelamin, keyakinan politik atau keyakinan agama. Sekjen PBB, Ban Ki-moon, memuji konstitusi baru Tunisia. Langkah transisi politik di sana berlangsung makin damai, inklusif dan transparan, dan patut jadi model reformasi.

Dari Indonesia, Direktur Indonesian Conference on Religion and Peace, Prof. Dr. Siti Musdah Mulia juga mengapresiasi keberanian Tunisia mengusung Islam yang akomodatif terhadap kebebasan manusia.

Konstitusi baru Tunisia menjamin kebebasan beragama dan hati nurani, yang memungkinkan praktik ateisme dan praktik agama-agama non-Ibrahimi. Juga melarang kekerasan dan menyatakan seorang Muslim sebagai murtad karena pindah agama sehingga diancam hukuman mati.

Pemilihan parlemen dann presiden di Tunsia sebagai transisi politik dalam revolusi di negeri itu berlangsung relatif damai meskipun di bawah ancaman kelompok esktremis dan perang saudara.

Dari peran Dialog itu, presiden terpilih Tunisia, Beji Caid Essebsi, juga terus didorong untuk mengupayakan rekonsiliasi dan konsensus, melanjutkan transisi demokrasi di negara itu.

Itu juga merupakan pemilihan presiden demokratis pertama bagi Tunisia dengan 27 kandidat. Pada masa Presiden Zine al-Abidine Ben Ali (digulingkan pada 2011), kandidat saingan selalu ditekan oleh pemerintahannya yang otoriter.

Kekuatan Dialog

Ada kekuatan besar di Tunisia yang ingin menghilangkan ketakutan akibat revolusi yang berdarah dan mengganti dengan harapan. Dan seperti dikatakan Essebsi, "Tidak ada masa depan untuk Tunisia tanpa konsensus dan tanpa harmoni antara semua pihak dan masyarakat sipil."

  1. BACA JUGA : Pemilu Tunisia Di Bawah Ancaman Jihadis
  2. BACA JUGA : Partai Sekuler Tunisia Diperkirakan Menangi Pemilihan Parlemen

Tunisia telah menunjukkan kekuatan dan penerimaan atas kenyataan keberagaman di negeri itu sebagai modal bagi masa depan yang lebih baik. Tunisia juga menunjukkan kekuatan dialog sebagai proses transisi yang damai.

Di tengah revolusi Musim Semi Arab, proses transisi di Tunisia memang seperti oase di Timur Tengah yang masih terus bersimbah darah oleh Arab Spring, terutama di Suriah, Yaman dan Libya. Bahkan konflik bersenjata dari hembusan angin Musim Semi Arab yang bertiup di Suriah dan Yaman, terus menumpahkan darah dan tak ada tanda-tanda akan segera berakhir.

Nobel perdamaian untuk National Dialogue Quartet Tunisia adalah pesan kuat bahwa masa depan hanya berada di atas landasan penerimaan pada kenyataan pluralitas, dan dialog sebagai cara damai membangun bangsa. Bukan edengan cara mendominasi pihak lain, apalagi dengan senjata.

Pesan ini tertuju bagi seluruh dunia, dan terutama tetangga Tunisia di Afrika Utara dan Tengah, serta Timur Tengah.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home