Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 15:53 WIB | Jumat, 17 Maret 2017

NTT Siap Jadi Sentra Garam Nasional

Ilustrasi. Kepala BKPM Thomas Lembong (tengah) saat mengunjungi industri pegaraman PT Garam di Desa Bipolo, Kupang, NTT, hari Senin (19/12/2016). (Foto: Dok. BKPM)

KUPANG, SATUHARAPAN.COM - Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Frans Lebu Raya, mengatakan daerahnya siap menjadi sentra produksi garam untuk memenuhi kebutuhan nasional yang selama ini masih didatangkan dari luar (impor).

"Secara potensi, produksi garam kita sangat besar bahkan dua kali produksi garam di Madura, kalau di Madura 60 ton per hektare di sini 120 ton per hektare," katanya di Kupang, Jumat.

Gubernur dua periode itu mengatakan, saat ini Perusahaan Negara (PN) Garam tengah menggarap 400 hektare di Teluk Kupang dan sudah menghasilkan, 1 hektare bisa mencapai 120 ton.

"Hasil produksi garam tersebut juga berkualitas tinggi karena didukung dengan kondisi laut yang biru dan panasnya panjang," katanya.

Dia mengatakan, sebelumnya telah melakukan rapat khusus dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan untuk membicarakan khusus tentang potensi garam di NTT.

Saat ini, katanya, Indonesia masih mengimpor garam dari luar dengan besaran mencapai 6 juta ton per tahun.

"Pemerintah ingin agar angka impor bisa turun signifikan dengan mengandalkan dari dalam negeri dan karena itu lahan yang paling cocok di Nusa Tenggara Timur," katanya.

Dia mengatakan, pemerintah membutuhkan kira-kira 20 ribu hektare untuk mengurangi secara signifikan impor garam dari luar ke Indonesia.

Gubernur Lebu Raya menjelaskan, potensi garam yang dimiliki yakni di Kabupaten Malaka sekitar 30.000 hektare, di Teluk Kupang 8000 hektare, Kabupaten Rote sekitar 1000 hektare.

Selain itu, Kabupaten Ende 2.000 hektare, di Reo hampir 5.000 hektare, dan Nagekeo sekitar 1000 hektare.

Dia menyebutkan, khusus untuk produksi garam industri di Nagekeo, pemerintah telah bersepakat agar PN garam bisa mengambil alih.

Hal itu dikarenakan produksi garam yang bekerja sama dengan pihak Australia itu sudah tidak berjalan selama 11 tahun sehingga harus diambil alih.

"Saya tidak yakin kalau kita kasih Australia yang bikin karena sudah 11 tahun tidak jalan. Karena kalau dia bikin di sini ekspor dari negaranya ke Indonesia menjadi terhambat," katanya.

Gubernur Lebu Raya mengatakan, pemerintahannya optimistis potensi garam setempat bisa dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan nasional dalam mendukung swasembada garam.

"Kalau butuh 20.000 hektare maka NTT sangat memungkinkan yang penting ada kemauan kita untuk mulai membangun untuk garam," katanya. (Ant)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home