Loading...
RELIGI
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 13:06 WIB | Kamis, 30 Maret 2017

NU: Warga Tak Perlu Ikut Aksi "313"

Ilustrasi. Aksi 212. (Foto: Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sekertaris PWNU DKI Jakarta Taufiq Damas mengimbau agar warga DKI Jakarta tidak ikut aksi unjuk rasa pada Jumat (31/3), yang digelar oleh Forum Umat Islam (FUI) untuk mendesak Presiden Joko Widodo memberhentikan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok lantaran Ahok sebagai terdakwa dalam kasus dugaan penistaan agama.

"Ya kalo menurut saya gak perlu lah (aksi turun ke jalan), untuk apa yang begitu-begitu? Kalo untuk menuntut soal kasus Pak Ahok, kan semua sudah jalan di persidangan. Apalagi yang dituntut?" kata Taufiq dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Kamis (30/3).

Ia menyatakan bahwa setiap warga negara memiliki hak untuk menyampaikan pendapat, salah satunya dengan cara demonstrasi.

Namun, aksi turun ke jalan untuk mendesak turunnya Ahok menjelang hari pencoblosan suara terlebih di saat proses hukum tengah berjalan, adalah sebuah aksi yang tidak perlu.

Jika masih ada juga pihak-pihak yang ngotot tetap melakukan aksi turun ke jalan maka, menurut Taufiq, jangan heran jika masyarakat menduga ada agenda tersembunyi di balik aksi tersebut, termasuk agenda politik.

"Ya jelas tidak bisa dinafikan ada agenda politisasi. Agenda politisnya untuk mempengaruhi. Mungkin soal-soal bagaimana mengurangi suara untuk pemilih (pasangan calon) nomor dua atau gimana. Itu mungkin saja, karena enggak jelas itu maunya gimana itu kegiatan-kegiatan seperti itu," katanya.

Intelektual muda NU ini juga melihat ada kecenderungan dikembangkannya pola-pola kehidupan agama secara radikal oleh pihak-pihak tertentu belakangan ini, dengan memanfaatkan momen Pilkada DKI Jakarta.

Ia menyayangkan sikap segolongan orang yang tetap `ngotot`, tapi dinilainya tidak paham tentang konsep kenegaraan dan kebangsaan sesuai Pancasila dan UUD 1945.

Munculnya aksi-aksi turun ke jalan menuntut pemberhentian Calon Gubernur Petahana DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama dengan mengatasnamakan agama, di saat hari pencoblosan semakin dekat, dikhawatirkan dapat memperkeruh suasana.

Oleh sebab itu, pihak kepolisian dimbau dapat lebih jeli menelisik lebih jauh ada tidaknya agenda-agenda tersembunyi di balik aksi massa tersebut, sebelum memberi izin.

"Polisi, dalam hal ini, harus pintar-pintar melihat gerakan ini bertujuan untuk apa. Kalau cuma sekadar unjuk rasa, siapapun di negara ini punya hak menyampaikan pendapat. Tapi kalau di balik itu ada motif-motif lain yang meresahkan, yang mengganggu stabilitas keamanan, saya pikir polisi lebih bisa melihat hal itu," ujar Taufiq.

Sejauh ini, NU sebagai salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia, menurut Taufiq, belum secara resmi mengeluarkan imbauan kepada umatnya terkait aksi "313". Namun secara pribadi, Taufiq mengimbau warga untuk tidak ikut-ikutan aksi massa semacam itu.

Masyarakat pun diyakininya sudah cerdas untuk memilah, mana aksi-aksi yang murni dan mana aksi yang telah ditunggangi oleh kepentingan tertentu. Taufiq juga mewanti-wanti bahwa hal ini bisa menjadi bumerang bagi pihak-pihak yang menggerakkan aksi-aksi tersebut.

"Ini kan kasus hukum Pak Ahok sudah berjalan di pengadilan. Kalo kita mau berpikir jernih, tinggal tunggu saja hasil sidangnya, mau apalagi? Masyarakat sudah cukup cerdas, mana kegiatan politik, mana kegiatan agama dan kalau kegiatan politik dicampur kegiatan agama biasanya orang mudah menerka, itu bukan sesuatu yang `genuine` (tulus), ini pasti ada maksud-maksud tertentu. Ya malah bisa menjadi membuat orang semakin tidak suka." tuturnya.(Ant)

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home