Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 15:16 WIB | Rabu, 18 Oktober 2017

Operet "Anak Indonesia Anak Pancasila"

Pementasan operet "Anak Indonesia Anak Pancasila" di concert hall Taman Budaya Yogyakarta, Rabu (17/10) malam. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pekan Seni Art for Children (AFC) 2017 yang berlangsung 12-18 Oktober 2017 di Taman Budaya Yogyakarta, Rabu (17/10) malam mementaskan operet berjudul "Anak Indonesia Anak Pancasila".

Pentas kolaboratif yang melibatkan anak-anak dari kelas tari, kelas teater, kelas ensembel musik, dan kelas vokal berlangsung dalam durasi 75 menit. Berbeda dari pementasan tahun-tahun sebelumnya, pementasan operet "Anak Indonesia Anak Pancasila" diiringi musik secara live dari kelas ensembel musik. Dalam format pementasan secara live, operet "Anak Indonesia Anak Pancasila" mendapat apresiasi yang bagus dari pengunjung. Ruangan concert hall TBY yang berkapasitas tempat duduk 1.000 hampir terisi penuh.

Keberanian anak-anak mengakses panggung menjadi entry point penting dalam perhelatan tersebut. Melibatkan lebih dari 100 anak dari kelas berbeda dengan memainkan empat belas repertoar yang disajikan dalam pementasan kolaboratif memerlukan persiapan serius, sementara di sisi lain dunia AFC adalah dunia bermain dan belajar.

Diawali dengan dialog perkenalan beberapa karakter pemain operet, ensembel orkestra anak-anak AFC langsung mengiringi tarian kreasi baru dari anak-anak TK yang mengenakan pakaian adat Atjeh. Lagu instrumen "Bungong Jeumpa" dibawakan ensembel orkestra AFC dalam arahan conductor Dwipa Hanggana Prabawa. Tiga puluh tujuh anak memainkan biola, gitar akustik, digabung dengan alat musik modern drum set, gitar elektrik, dan bass gitar.

Dua warna pementasan tersaji rapi dari anak-anak AFC. Pada lagu "Bungong Jeumpa", medley "Ondel-ondel|Sang Bangau", "Lir-ilir", medley "Jaranan|Janger", dan "Rek Ayo Rek", ensembel orkestra AFC mengiringi tari kreasi baru daerah dari lagu tersebut. Sementara pada lagu "Sigulempong", "Manuk Dadali", medley "Gundul-gundul Pacul|Suwe Ora Jamu|Cublak-cublak Suweng",  "Ampar-ampar Pisang", "Yamko Rambe", "Rasa Sayange", "Dwi Warna", "Garuda Muda", "dan jingle AFC", ensembel orkestra AFC mengiringi kelas vokal.

Secara keseluruhan, pementasan operet "Anak Indonesia Anak Pancasila" yang menjadi penutup rangkaian Pekan Seni Art for Children (AFC) 2017 cukup bagus dalam konten pementasan, pesan-pesan yang ingin disampaikan, maupun pesan yang akan dibawa oleh anak-anak itu sendiri.

Lagu daerah yang tersaji menjadi edukasi menarik bagi anak-anak dan juga orang tua atas realitas keberagaman seni-budaya yang ada di Indonesia. Lewat lagu, musik, seni pertunjukan/teater, dan tari anak-anak bisa tampil secara riang gembira bersama, ada satu pesan penting yang mereka bawa untuk disampaikan kepada generasi nanti: Persatuan Indonesia.

"Kelas seni untuk anak (art for children) tidak dipersiapkan untuk mencetak artis. bintang, seniman. AFC adalah ruang bagi anak untuk bersosialisasi dengan temannya dalam dunia bermain. Selain sosialisasi, AFC mencoba memberikan ruang kepada anak-anak untuk mengembangkan imajinasinya, kreativitasnya, dan segala hal yang berkaitan dengan fase tumbuh-kembang anak." jelas pembimbing kelas seni rupa Yuswantoro Adi beberapa waktu lalu kepada satuharapan.com.

Melihat AFC sebagai ruang edukasi, kadang masih muncul ekspektasi berlebihan dari para orang tua. Pesan mencintai kesenian sebagai bagian dari  proses yang sedang dijalani anak-anak dengan riang gembira tidak kalah penting dibanding proyeksi menjadikan anak-anak sebagai seniman/artis di masa datang.

Bagaimanapun, dunia anak adalah dunia bermain.

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home