Loading...
INDONESIA
Penulis: Ignatius Dwiana 20:03 WIB | Senin, 24 Juli 2017

Orang Arab Bergamis Bukan karena Mengikuti Sunnah

Sumanto Al Qurtuby. (Foto: facebook.com/Bungmanto)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Masyarakat Arab biasa mengenakan gamis dan jubah, tetapi menurut pendapat Profesor Universitas Perminyakan dan Mineral Raja Fadh Arab Saudi, Sumanto Al Qurtuby kebiasaan ini dilakukan bukan dalam rangka mengikuti Nabi Muhammad.

“Masyarakat Arab khususnya masyarakat Arab Teluk di mana saya tinggal itu adalah masyarakat Arab yang sangat modern dalam segala hal. Termasuk dalam tradisi berpakaian. Bahkan sampai sekarang saya lihat kalau mereka pakai gamis, pakai jubah, dan sebagainya, tidak ada satu pun yang menganggap dalam rangka (mengikuti) sunnah Rasul,” kata Sumanto Al Qurtuby di acara Ngobrol Kebangsaan di Gedung Konvensi TMPN Utama Kalibata Jakarta, Minggu (23/7).

Pendapatnya tersebut dikatakan Sumanto diketahuinya setelah bertanya kepada para warga Arab.

"Mereka menjawab ini budaya saya, tradisi Arab. Dalam rangka mengikuti Nabi Muhammad? Nabi Muhammad pakaiannya ya tidak seperti ini. Empat belas abad yang lalu ya tidak tahu pakaiannya seperti apa? Jawaban yang sangat rasional. Sementara kelompok Muslim sini menganggap itu sebagai bagian dari sunnah. Padahal Arab Muslim sendiri tidak mengganggap itu sebagai bagian dari sunnah Rasul. Mereka mengganggap itu murni tradisi kebudayaan masyarakat Arab,” jelas Sumanto.

Memakai kaos, celana training, maupun celana pendek, menurut dia sudah menjadi pemandangan sehari-hari di Arab Saudi.

“Karena itu dalam sehari-hari, murid-murid saya berpakaiannya ya seperti itu. Bahkan ada yang pakai celana pendek. Itu sudah biasa. Pakai kaos, pakai celana training,” kata pria yang sudah bertahun-tahun tinggal di Arab Saudi.

Sumanto berpendapat dalam hal itu masyarakat Indonesia salah paham sehingga suka mencontoh budaya negara lain.

“Sukanya mencontoh orang lain, negara lain. Kalau dari bangsa lain seolah-olah hebat. Dulu kita jadi penggemar film-film India. Pernah jadi penggemar Korea Selatan. Jadi apa yang dari Korea dianggap hebat. Kemudian Turki. Yang terakhir ini Arab. Saya sebut Arab KW, yang kearab-araban,” kata dia.

“Saya lihat banyak masyarakat di Indonesia salah paham. Indonesia begitu kearab-araban. Sementara orang Arab kebarat-baratan. Kita mendambakan betul-betul seperti Arab. Sementara Arab sendiri tidak mengindahkan kita. Problem sekarang adalah problem salah persepsi,” kata Sumanto Al Qurtuby.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home