Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 16:50 WIB | Rabu, 27 Juli 2016

Orang Sekitar Jelaskan Pastor Hamel Sosok Rendah Hati

Suster Danielle. (Foto: dailymail.co.uk)

ROUEN, SATUHARAPAN.COM – Kematian Pastor Gereja Saint Etienne du Rouvray, Jacques Hamel, di tangan ekstremis dalam aksi terorisme menyisakan kesedihan. Beberapa orang di sekitar tempat tinggal Hamel menggambarkan dia sosok yang ramah dan baik hati, suka membantu orang-orang sekitar walau usia Hamel tidak lagi muda.

Situs berita France24.com, pada hari Selasa (26/7), mengutip keterangan dari salah satu calon pastor yang masih menjalani masa vikaris di gereja tersebut, Philippe Maheut, menjelaskan Hamel lahir pada 1930 di Darnetal, dan mulai menjadi pastor sejak 1958.

“Dia adalah sosok yang selalu ada bagi semua,” kata Maheut.

Maheut mengaku sangat terpukul mendengar kematian Hamel, dan tidak mengira akan ada orang yang berbuat begitu kejam membunuhnya. 

Pastor Paroki Saint Etienne du Rouvray, Auguste Moanda Phuati, mengatakan Hamel adalah sosok yang mengedepankan kesederhanaan, dan ingin selalu mengajarkan kesederhanaan kepada orang sekitar.  

Kematian Hamel juga mengagetkan Presiden Dewan Muslim wilayah Saint Etienne du Rouvray, Mohammed Karabila.

“Dia adalah seseorang yang mendedikasikan hidupnya untuk orang lain dan juga untuk posisi lain,” kata Karabila.

Karabila mengenang pengalaman bersama Hamel, saat sama-sama menjadi anggota komite lintas agama lokal selama 18 bulan terakhir dan bersama-sama berpartisipasi dalam beberapa upacara publik di masa lalu.  

Kesaksian Biarawati Gereja

Seorang biarawati Gereja Saint Etienne du Rouvray yang selamat dari penyanderaan oleh kelompok ekstremis tersebut, Danielle, menjelaskan situasi saat penyanderaan sangat mengerikan, karena para ekstremis mengatakan berulang–ulang mereka menargetkan umat Kristiani.

Satu anggota ekstremis yang diidentifikasi pihak berwenang bernama Adel Kermiche, masih berusia 19 tahun.

Kermiche diidentifikasi pihak berwenang sebagai residivis karena pernah dua kali ditangkap gara-gara mencoba bergabung dengan ISIS.

“Saya ingin teriak ketika mereka (ekstremis, Red) masuk, tetapi tidak bisa,” kata Danielle, seperti diberitakan Daily Mail.

Biarawati itu menjelaskan banyak anggota ekstremis berkomunikasi dengan bahasa Arab, sambil memegang badan pastor berusia 84 tahun tersebut dengan sangat ketat dan kencang.

Dia menggambarkan salah satu anggota kelompok ekstremis membentak Danielle, dan berulang kali menyuruh Danielle untuk berlutut.

“Jacques mencintai semua orang tanpa memandang agama. Yang bisa saya katakan, ia seorang imam yang setia, seorang imam yang mencintai semua orang, dan banyak yang mencintai dia,” kata dia.

Danielle mengatakan beberapa anggota kelompok ekstremis tetap membentak dia dengan mengatakan kalimat-kalimat orang Kristen membunuh Muslim di mana-mana. (france24.com/dailymail.co.uk)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home