Loading...
BUDAYA
Penulis: Sotyati 18:03 WIB | Jumat, 15 Agustus 2014

Paduan Suara Anak Muda Israel-Palestina Tampil di Jepang

Paduan Suara Anak Muda Israel-Palestina Tampil di Jepang
YMCA Jerusalem Youth Chorus bersama Micah Hendler. (Foto: Facebook)
Paduan Suara Anak Muda Israel-Palestina Tampil di Jepang
The Jerusalem Youth Chorus terdiri atas pemuda-pemudi Arab-Israel. (Foto: jerusalemyouthchorus.org)

KYOTO, SATUHARAPAN.COM - Sebuah paduan suara yang beranggotakan anak-anak muda Israel dan Palestina menyerukan perdamaian dalam penampilan mereka di Jepang.

YMCA Jerusalem Youth Chorus (Paduan Suara Pemuda Yerusalem YMCA) tampil pada Kamis (14/8) di sebuah gedung konser di Kyoto, ibu kota kuno Jepang. Paduan suara itu terdiri atas 30 pelajar Israel dan Palestina dari Yerusalem, yang berkunjung ke Jepang untuk pertama kalinya.

Mereka melakukan tur 10 hari seperti bisa dibaca di akun Facebook kelompok paduan suara tersebut, di tengah-tengah masih memanasnya situasi politik Israel - Gaza.

Penampilan mereka di Jepang itu adalah gagasan dari seorang konduktor Amerika, Micah Hendler, yang membentuk kelompok tersebut. Hendler pernah mengunjungi Kyoto sebagai pelajar.

Musik untuk Perdamaian

Micah Hendler adalah veteran kelompok a capella (menyanyi, solo ataupun berkelompok, tanpa iringan musik, Red) The Duke’s Men dan Whiffenpoofs, semasa masih kuliah di Yale University.

Keterampilan itu membawa langkahnya ke Yerusalem, membentuk The Jerusalem Youth Chorus, beranggotakan pemuda-pemudi Arab-Yahudi, hanya lima bulan setelah lulus kuliah pada 2012.

Pengalaman sebagai konselor di Seeds of Peace, program pelatihan hidup berdampingan melalui kegiatan kemah bersama di Maine, membuatnya berkeyakinan pada kekuatan musik untuk membangun komunitas dan memberdayakan kaum muda. Berbekal dukungan hibah dari Yale University dan Jerusalem Foundation, Hendler pindah ke Yerusalem, langsung menuangkan ide-idenya ke dalam praktik.

Dia memilih 14 pemuda Arab dan 14 siswa Yahudi dari 80 pelamar, lalu menggenjot mereka dengan latihan bersama. Hendler menyelipkan waktu untuk dialog 45 menit setiap latihan, dipimpin fasilitator terlatih.

Rudinah, gadis Arab dari Yerusalem Timur, kepada csmonitor.com mengatakan, tidak mengetahui ada aktivitas dialog sebelum bergabung dalam paduan suara. Tetapi, bagian itu kemudian menjadi salah satu bagian favoritnya. "Orang-orang Yahudi di sini sangat ramah dan oke," katanya.

Demikian juga Shifa Woodbridge, gadis Yahudi yang belum pernah bertemu gadis Arab sebelum bergabung paduan suara, sama riangnya. "Dialog jadi bagian favorit saya," katanya. (nkh.or.jp/csmonitor.com

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home