Loading...
BUDAYA
Penulis: Fung Siauw 17:33 WIB | Kamis, 11 April 2013

Pameran Foto: Berkata Lewat Mata Ayam

Pameran Foto: Berkata Lewat Mata Ayam
Foto-foto yang dipamerkan karya Dwi Putra
Pameran Foto: Berkata Lewat Mata Ayam
Pameran Foto: Berkata Lewat Mata Ayam

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Ada yang sering kita lihat sehari-hari, tetapi tidak jarang pula kita pun mengabaikannya.  Sebagai Sesama mahluk ciptaan Tuhan fografer Dwi Putra mengajak untuk lebih mencintai mahluk hidup disekitar kita serta  memperhatikannya  lewat tangkapan kamera professional, dalam pameran foto bertajuk “Familiar Faces” di Pannafoto Institute Jakarta tanggal 12-26 April 2013.

Meneruskan kecintaanya pada dunia binatang sejak kecil, jebolan  jurusan ilmu komunikasi  universitas pembangunan nasional “VETERAN” Yogyakarta dan kelas pagi Yogyakarta  ini selalu memberikan  karya- karya foto yang  sangat dominan pada kehidupan liar binatang.

Terbukti pada beberapa penghargaan telah dianugrahkan antara lain nominasi Canon UK Amateur Photographer of The Year 2011 kategori Wildlife, National Geographic Your Shot 2011, Nactus Award International Amphibi and Reptile Photographi Competition 2012 kategori Reptile Behavior, dan juara satu Kompetisi Fotografi  Wild and Nature Kompas 2012.

Tingkah Binatang-binatang  yang sering dijumpai disela-sela keseharian kita seperti  burung, monyet, kadal, tupai,kodok, ayam, semut, sampai lalat sengaja  dituangkan dalam lembar demi lembar foto karyanya, dengan aura dan sinar wajah seperti manusia. Ditambah dengan postur tubuh binatang yang tegak seolah -olah mirip dengan postur tubuh manusia. Mengungkapkan  ekspresi binatang  mewakili perasaan manusia.

Sang fotografer lepas mengatakan ”saya suka memperhatikan kehidupan sehari- hari disekitar saya, termasuk binatang-binatang yang hidup disekeliling kita yang mana kebanyakan orang tidak menganggapnya menarik dan hanya dilihat sambil lalu. Berangkat dari pengalaman itu, pada seri ini saya mencoba membuat potret dari binatang-binatang yang sudah sering saya lihat dan saya kenal. Melalui potret –potret ini, sebagai orang, termasuk saya, cendrung mengekspresikan binatang- binatang tersebut dengan perasaan manusia.”   

Kurniadi Widodo, kepala sekolah Kelas Pagi Yogyakarta selaku kurator pameran, “ Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati paling tinggi didunia( diperkirakan lebih dari 250.000 spesies fauna ada disini), fotografi yang menampilkan maupun mengangkat isu-isu yang berkaitan dengan binatang malah secara ironis tidak terlalu banyak ragamnya. Satu pendekatan yang lazim digunakan di Indonesia dalam memotret binatang adalah fotografi Wildlife, yang secara umum menunjukkan kehidupan berbagai spesies fauna di habitat aslinya yang tak terusik manusia. Pendekatan lain yang sering digunakan dalam memotret fauna adalah melalui koridor fotojurnalistik, yang biasanya menyorot isu-isu tentang binatang dalam interelasinya yang kompleks dengan manusia. Namun saya melihat hal berbeda dalam karya putra.”

Sebenarnya pameren kedua ini diadakan setelah sebelumnya diadakan di Yogyakarta bulan maret lalu  bertujuan untuk mengembangkan dunia fotografi di Indonesia. Demikian menurut Ng Swan Ti selaku Manager Program Pannafoto Institute yang juga hadir pada pembukaan pameran. Dikatakan juga bahwa Pannafoto Institute selalu tertarik pada proyek fotografi yang berbeda dan membawa angin segar. “Perbedaan bisa dilakukan dengan pendekatan atau cara bercerita yang berbeda, story menunjukan minat fotografer pada tema tertentu. Melalui karya-karya semacam itu kami berharap akan ada perkembangan menuju fotografi Indonesia yang lebih baik.” 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home