Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 10:44 WIB | Jumat, 11 Mei 2018

Pameran Seni Kriya "Undagi #2" Digelar

Pameran Seni Kriya "Undagi #2" Digelar
Peragaan busana karya empat desainer dalam pembukaan pameran "Undagi #2" di pelataran Taman Budaya Yogyakarta, Rabu (9/5) malam. (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Pameran Seni Kriya "Undagi #2" Digelar
Dari kiri-kanan, Restu Gunawan (Direktur Kesenian Kemendikbud RI), Sri Sultan HB X (Gubernur Pemda DIY), Hilmar Farid (Direktur Kebudayaan Kemendikbud RI), Timbul Raharjo (kurator pameran) membuka bersama pameran "Undagi #2", Rabu (9/5) malam.
Pameran Seni Kriya "Undagi #2" Digelar
Biota Laut - 60 cm x 120 cm - 12 cm - ukiran kayu jati - Hartono - 2014, yang dikerjakan dalam waktu empat tahun.
Pameran Seni Kriya "Undagi #2" Digelar
Karya kriya keramik.
Pameran Seni Kriya "Undagi #2" Digelar
Karya kriya tekstil.
Pameran Seni Kriya "Undagi #2" Digelar
Karya kriya kayu.
Pameran Seni Kriya "Undagi #2" Digelar
"Organon" - kanvas/kain strimin/pewarna karat - Meta Enjelita - 2017.

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Diawali dengan peragaan karya oleh empat perancang busana, pameran seni kriya Undagi #2 dibuka bersama oleh Direktur Kebudayaan Kemendikbud RI Hilmar Farid, Direktur Kesenian Restu Gunawan, Gubernur Pemda DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwana X, dan kurator pameran Timbul Raharjo, Rabu (9/5) malam di pelataran Taman Budaya Yogyakarta (TBY).

Sebanyak delapan puluh tiga seniman-perupa kriya dari Sumatera, Jawa, dan Bali mempresentasikan karya kriya dalam berbagai medium kayu, tekstil, kulit, logam, plat, serat kaca (fiber-glass), keramik, kaca, benang, dan berbagai medium lainnya dengan berbagai teknik pengerjaan dan pewarnaan.

"Saya tidak punya keraguan bahwa karya-karya kreatif anak bangsa bisa merajai dunia." jelas Hilmar Farid dalam sambutan pembukaan pameran, Rabu (9/5) malam.

Lebih lanjut Hilmar Farid menjelaskan bahwa dari waktu ke waktu perjalanan yang bisa ditangkap adalah adanya inovasi yang luar biasa. Seratus tahun lalu batik hanya digunakan sebagai pakaian penutup bagian bawah tubuh (jarit, sarung) dan saat ini batik sudah dgunakan sebagai kemeja, baju kurung dan seratus tahun kedepan kita mungkin akan ada inovasi-inovasi lagi. 

Dari sini bisa dilihat bahwa masyarakat kita adalah masyarakat yang terbuka terhadap berbagai macam inovasi dan kreasi. Hilmar Farid menjelaskan bahwa Undagi bisa tumbuh subur pada masyarakat yang mencintai dan menghargai keberagaman, kreativitas, inovasi didalam diri kita. Dalam semangat merayakan keragaman, inovasi, dan kreasi yang berjalan terus menerus event-eent seperti ini diselenggarakan. Tantangan hari ini adalah kalau kreasi terhenti upaya mencari kebaruan dan tidak masuk kedalam struktur yang lebih besar maka banyak energi kreatif hanya dinikmati oleh kalangan yang sangat terbatas. 

Farid berharap inovasi-inovasi di bidang seni kriya bisa menjangkau tempat-tempat lain diluar ini. Kunci dari itu adalah pengorganisasian dari semua komponen terlibat bisa betul-betul satu padu membangun sektor seni kriya jauh lebih serius dan solid. 

Pameran "Undagi #2" yang digelar di ruang pamer TBY Jalan Sriwedani No  Yogyakarta akan berlangsung hingga 13 Mei 2018.

 

BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home