Loading...
Penulis: Endang Saputra 16:32 WIB | Jumat, 31 Oktober 2014

Panglima: Bersama Rakyat, TNI Kuat

Panglima: Bersama Rakyat, TNI Kuat
Panglima TNI Jenderal Moeldoko sebagai pembicara dalam acara International Conference of Islamic Scholars (ICIS). (Foto-foto: Puspen tni)
Panglima: Bersama Rakyat, TNI Kuat
Dalam ceramahnya, Panglima TNI menegaskan bahwa kebersamaan segenap rakyat dan komponen bangsa, dalam hal ini kebersamaan antara TNI dan rakyat.
Panglima: Bersama Rakyat, TNI Kuat
Panglima TNI Jenderal Moeldoko tengah, KH Hasyim Muzadi, (kiri), Jenderal Pol Sutarman (ketiga dari kiri).
Panglima: Bersama Rakyat, TNI Kuat
Foto bersama KH Hasyim Muzadi, Moeldoko, Sutarman.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Panglima TNI Jenderal Moeldoko menegaskan bahwa bersama rakyat TNI Kuat dan bersama TNI, rakyat kuat. Itu adalah slogan yang terus didengungkan dalam rangka menjaga serta mempertahankan kedaulatan, melindungi seluruh tanah tumpah darah Indonesia dan membangun kesejahteraan rakyat, menuju negara yang bal'datun toyyibatun warobbun ghofur.

Moeldoko melanjutkan bahwa kebersamaan antara TNI dan rakyat, termasuk keluarga besar Pondok Pesantren Al-Hikam, akan dapat melanjutkan pembangunan bangsa ini, serta dapat memelihara dan menjaga NKRI, “

Panglima TNI mengungkapkan ini saat menjadi pembicara dalam acara International Conference of Islamic Scholars (ICIS) memenuhi permintaan pimpinan pesantren Al-Hikam, KH. Hasyim Muzadi, dalam berbagi pandangan terkait pokok tema “TNI dan Keamanan Nasional, khususnya dalam konteks konflik dan proses demokratisasi di Timur Tengah”, yang kita kenal dengan “Arab Spring”, dengan mengundang tokoh dari Irak dan Suriah untuk membahas persoalan Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS/ISIS), di Pondok Pesantren Al-Hikam, Depok, Jawa Barat, Kamis (30/10) malam.

Pada kesempatan tersebut, Panglima TNI mengatakan bahwa dari perspektif TNI, kita harus terus merevitalisasi dan mereaktualisasi spirit memperkuat ketahanan nasional dan jati diri bangsa, agar tidak terjadi diskontinyuitas terhadap pemikiran, sikap dan tindakan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Penanganan terorisme memengaruhi hubungan antarnegara dengan makin menguatnya kerja sama di bidang pertahanan yang menempatkan penanganan isu terorisme sebagai agenda utama. Sebab, dampak serangan teroris 11 September 2001 telah membawa beberapa implikasi. Pertama, terorisme merupakan ancaman nyata yang mengancam jiwa manusia dan mengancam seluruh negara.

Kedua, sebagai ancaman nyata, isu terorisme menghadirkan ketidakpastian tentang kapan dan di mana aksi terorisme akan terjadi, sehingga menuntut kesiapsiagaan yang prima. Ketiga, penanganan terorisme memaksa adanya peningkatan kerja sama pertahanan menjadi lebih intensif dan progresif dan Keempat, penanganan terorisme dengan menggunakan kekuatan militer menjadi salah satu pilihan strategi pertahanan, sehingga harus ada aturan yang jelas agar tidak berbenturan dengan norma-norma demokrasi dan hak asasi manusia.

Moeldoko menambahkan, konflik timur tengah secara spesifik telah melahirkan ancaman global baru, yaitu lahirnya kelompok radikal ISIS. Berkembangnya kelompok radikal ISIS telah menjadi kegelisahan internasional, disebabkan oleh: Pertama, fenomena meningkatnya warga negara di kawasan Eropa, Amerika dan Asia serta kawasan Asia Pasifik, dengan kelompok negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Kedua, organisasi teroris ISIS lebih buruk dibandingkan Al Qaeda, dengan tentara yang dilengkapi persenjataan, yang telah banyak korban atas kebrutalan ISIS.

Ketiga, ISIS bergerak menggunakan strategi terselubung bernama “the hornet's nest” atau strategi “sarang lebah hornet”, yaitu strategi yang bertujuan membawa semua ekstremis-ekstremis utama dunia, untuk bergerak ke satu tempat atau tujuan, dan sebagian besar untuk mengguncang stabilitas negara yang dianggap musuhnya. Melalui manusia-manusia bergaris keras ini maka akan memunculkan paham-paham yang juga bergaris keras, pelan namun pasti, ajaran ditekuk, dipelintir, digeser, disalahartikan, lalu merekrut pengikut yang juga bergaris keras. Kemudian ratusan bahkan ribuan orang yang memiliki naluri “satu species” ini pun menjadi alat untuk mencapai tujuan ISIS.

Perkembangan keanggotaan ISIS dari warga negara asing ini telah menjadi kekhawatiran negara yang bersangkutan, karena dipastikan akan berdampak pada tumbuhnya jaring kelompok ISIS di negara asal, yang akan membahayakan ketenteraman, kerukunan etnis dan agama, serta keberagaman masyarakat suatu negara.

ISIS telah jelas menjadi ancaman bagi bangsa Indonesia. Untuk itu, Indonesia harus kuat, rakyatnya harus bersatu, harus membangun ketahanan umat dan membangun ketahanan nasional, karena kita tidak ingin ingin menjadi jawaban who the next ? Dari perkembangan timur tengah.

Dalam konteks tugas pokok sebagai komponen utama sishankamrata atau sishanta, TNI telah berupaya membangun profesionalisme, militansi serta berupaya untuk tetap dekat dan dicintai rakyat Indonesia, karena sesungguhnya totalitas kekuatan keamanan nasional kebersamaan TNI dan rakyat untuk menghadapi segala bentuk ancaman apa pun.

Dalam pelaksanaan tugas tersebut, khususnya tugas militer selain perang, TNI menggunakan pendekatan preventif atau pencegahan. Untuk itu, selaku pimpinan TNI, Panglima TNI menegaskan bahwa TNI tidak memberikan toleransi dan akan mencegah berkembangnya kelompok radikal ISIS di Indonesia.

“Saya yakin para kyai dan segenap santri sependapat, bahwa ISIS tidak boleh hidup di muka bumi Indonesia. Guna mencegah berkembangnya ISIS, mari kita hadapi ISIS dengan “SUMUK”, yaitu Solidaritas Umat Muslim Untuk Kebinekaan, yang kekuatannya dilandasi oleh Pancasila, NKRI harga mati, masyarakat Indonesia yang terbuka dan toleran, serta kebersamaan rakyat-para kyai dan santri dengan TNI,” katanya.

Di akhir kuliahnya Panglima TNI mempersilakan para kyai membentuk “SUMUK” dengan TNI, karena TNI juga memiliki perwira tinggi pembinaan mental di bidang kerohanian Islam.

Pada sisi lain, dia persilakan para kyai membangun kerja sama dengan aparat komando kewilayahan TNI, Kodam, Korem, Kodim dan Koramil, guna membina kerukunan umat serta membina kebersamaan antarumat beragama dan etnis. Kebersamaan rakyat-para Kyai dan santri dengan TNI harus terus dibangun, karena itulah totalitas kekuatan negara, dalam mencegah dan mengatasi ancaman, seperti halnya ISIS dan radikalisme lainnya.

“Dalam konteks hubungan internasional dan membangun kerja sama antarangkatan bersenjata, selaku pimpinan TNI, saya akan membawa masalah ISIS dan isu radikalisme global dan regional lainnya ke dalam forum konferensi antar-Panglima Angkatan Bersenjata se Asia dan Asia Pasifik, sebagai bagian dari masalah keamanan regional,” kata dia.

Dalam kaitan tersebut, kiranya para Kyai dapat membantu TNI, terkait pengumpulan informasi perkembangan kelompok radikal di Indonesia dan regional, terutama yang terkait dengan perkembangan ISIS.

Seminar dengan tema “Konflik dan Proses Demokratasi di Timur Tengah” ini digelar ICIS bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri RI. “Seminar ini antara lain ingin menggali akar masalah ISIS dari orang Irak dan Suriah sendiri.

Karena itu, tokoh Irak dan Suriah dihadirkan ke Indonesia,” Pembicara lain perwakilan dari Dewan Waqaf Sunni Irak, Kemenlu Irak, BNPT Irak, dan Kemenlu Suriah. Selain itu juga hadir mantan tokoh dan pendiri Jemaah Islamiyah Mesir Najih Ibrahim dan Duta Besar Palestina Fariz Mehdawi. Pembicara dari dalam negeri antara lain Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko, Kapolri Jenderal Polisi Sutarman, Kepala BNPT Ansyaad Mbai, dan Direktur Timur Tengah Kemenlu Febrian Alphyanto Rudyard. (Puspen tni)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home