Loading...
INSPIRASI
Penulis: Eleksio Petrich Pattiasina 01:32 WIB | Rabu, 28 Juni 2017

Panjang-pendeknya Doa

Intinya adalah kesederhanaan dan kerendahan hati di hadapan Sang Pemilik Kehidupan.
Berdoa (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – ”Wah, cepat sekali doanya,” seru seorang anak sekolah minggu setelah saya mengucapkan kata ”amin” dalam doa sebelum pembacaan Alkitab. Kalimat itu membuat saya tersenyum, sebelum melanjutkan materi tentang ”ketaatan” kepada mereka.

Setelah pelajaran sekolah minggu usai, saya kembali teringat ucapan anak itu, yang membuat saya bertanya-tanya dalam hati: ”Apakah doa itu memang harus panjang? Atau boleh pendek? Atau  tergantung mood.” Kepada para murid-Nya, Yesus berkata, ” Dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan,  sebelum kamu minta kepada-Nya.” (Mat 6:7-9)

Tanpa maksud membela diri, saya sadar tak ada gunanya menggunakan topeng di hadapan Sumber Kehidupan. Tak ada gunanya pula berbasa-basi dalam doa. Tetapi, inilah yang saya rasa juga penting untuk diingat, jangan sampai doa yang pendek itu pun sekadar basa-basi. Kalau sudah begini ya, sama saja!

Meister Eckhart, seorang teolog, pernah berkata, ”Jika satu-satunya doa yang pernah kamu katakan di sepanjang hidupmu adalah terima kasih, itu sudah cukup.” Intinya adalah kesederhanaan dan kerendahan hati di hadapan Sang Pemilik Kehidupan, tak perlu bersembunyi, tunjukkan dengan tulus hati dan senyum yang indah di hadapan-Nya. Percayalah, Ia Maha Mendengar setiap untaian isi hati kita.

Wah, pendek sekali tulisannya, ya!

Semoga masih ada gunanya!

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home