Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 08:59 WIB | Senin, 01 April 2019

Patron dalam Pameran “Kado Pa(r)tron”

Karya tiga matra berjudul “Hijaiyyah series” karya Setyo dalam pameran bertajuk “Kado Pa(r)tron” di Miracle Prints, Jalan Suryodiningratan MJ II/853, Mantrijeron, Yogyakarta, hingga 23 April 2019. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Patron dalam dunia seni rupa merupakan posisi penting. Tanpa peran patron dunia seni rupa tidak akan berjalan sebagaimana saat ini. Produksi dan distribusi karya akan terganggu dan karier seorang seniman bisa tersendat.

Sebagai ungkapan terima kasih untuk memperingati ulang tahun ke-58 Lie Chi Sing atau akrab dipanggil Sing-Sing, 20 seniman-perupa Wahyu Gunawan, Joko ‘Gundul’ Sulistiono, Edo Pillu, Yani Halim, Rudi ST Darma, Dwi Satya ‘Acong’, Syahrizal Pahlevi, Lugas Syllabus, Ronald Apriyan, Erzane NE, Edi Maesar, Indra Dodi, Handra ‘Ahong’, Setyo, Erizal, Tina Wahyuningsih, Kasih Hartono, Farhan Siki, Sugiri Willim, dan Franziska Fennert, menggelar pameran bersama.

Pameran bertajuk “Kado Partron” dibuka Sabtu (23/3) sore di Miracle prints. Pameran berusaha mempertemukan potongan-potongan ingatan antara seniman dan patronnya. Kontribusi apa saja yang telah diterima dan diberikan, dialog apa saja yang telah terjadi sebagai bentuk kedekatan personal dengan seorang patron seni rupa Lie Chi Sing.

Sosok patron bisa berupa perorangan atau lembaga, baik lembaga pemerintah maupun swasta. Mereka bisa datang dari kalangan pengusaha, karyawan, atau lembaga bank, kantor, departemen tertentu di pemerintahan. Biasanya perorangan atau lembaga tersebut membeli karya seniman baik secara langsung, melalui art dealer, galeri atau balai lelang. Namun, dukungan patron sebenarnya tidak hanya berupa finansial dengan membeli karya. Kesempatan berpameran, sponsor kegiatan, beasiswa, dana hibah, hadiah kompetisi dapat dimasukkan kedalam wilayah yang menjadi domain patron.

Melalui tangan dingin para para patron inilah bibit-bibit baru seniman banyak bertumbuh, dan nama-nama besar seniman semakin berkibar. Mereka membeli, memamerkan dan memperjualbelikan karya-karya seniman. Dengan adanya peran tersebut seniman dapat hidup sebagai profesional dari hasil karya dan kerja mereka sendiri.

Begitu berpengaruhnya peran patron ini dapat dilihat pada masa bertumbuhnya abstrak ekspresionisme dan pop art di Amerika. Leo Castely (1904 – 1999) dengan Leo Castely Gallery-nya adalah patron penting bagi perkembangan aliran tersebut. Hampir semua  nama terkenal dan penting kedua aliran tersebut berada dalam jangkauan Leo Castely seperti: Willem de Kooning, Robert Rauschenberg, Franz Kline, Frank Stella, James Rosenquist, Roy Lichtenstein, Andy Warhol, Robert Morris, Cy Twombly, Ed Ruscha, Richard Serra, Bruce Nauman dan Joseph Kosuth.

Melalui perannya dunia dapat menyaksikan proses berkembangnya dua aliran seni rupa paling fenomenal ini. Di dalam negeri, untuk menyebut sebagai contoh, tokoh-tokoh semacam Raka Sumichan, Ciputra, adalah patron-patron yang turut membesarkan nama Affandi dan Hendra Gunawan.

Kegemaran membeli dan mengoleksi karya seni yang dilakukan Presiden pertama RI menjadikan  Soekarno sebagai patron penting bagi banyak seniman pada masa sebelum 1965.

Pameran bersama dengan tema “Kado Pa(r)tron” berlangsung di Miracle Prints, Jalan Suryodiningratan MJ II/853, Mantrijeron, Yogyakarta, hingga 23 April 2019.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home