Loading...
RELIGI
Penulis: Sabar Subekti 08:03 WIB | Senin, 15 Juni 2020

Paus Fransiskus Serukan Pihak-pihak di Libya Berdamai

Pemimpin Gereja Katolik, Paus Fransiskus memimpin doa Regina Coeli dari jendelanya di Lapangan Santo Petrus yang baru dibuka kembali setelah penutupan selama berbulan-bulan karena wabah virus corona (COVID-19), di Vatikan City, akhir Mei lalu. (Foto: dok. Reuters)

VATIKAN, SATUHARAPAN.COM-Paus Fransiskus meminta dua pihak yang berkonflik dalam perang saudara di Libya untuk berdamai, dan mendesa masyarakat internasional untuk memfasilitasi pembicaraan dan perlindungan pengungsi yang disebutnya sebagai korban kekejaman.

Dalam pidatonya yang berapi-api di Lapangan Santo Petrus, hari Minggu (14/6), Fransiskus menyatakan kesedihannya terhadap situasi di Libya yang tidak memiliki otoritas pusat yang stabil sejak diktator Muammar Gaddafi digulingkan oleh pemberontakan yang didukung NATO pada 2011.

Selama lebih dari lima tahun, Libya memiliki parlemen dan pemerintah yang saling bersaing di timur dan barat, dengan jalan-jalan sering dikontrol oleh kelompok-kelompok bersenjata dan pertempuran terjadi secara sporadis.

"Tolong! Saya mendesak badan-badan internasional dan mereka yang memiliki tanggung jawab politik dan militer untuk memulai kembali, dengan keyakinan dan penyelesaian, mencari jalan menuju berakhirnya kekerasan, yang mengarah pada perdamaian, stabilitas, dan persatuan di negara itu," kata Paus.

Terpecah Sejak 2011

Sementara itu, Mesir mengumumkan inisiatif baru untuk Libya pada hari Sabtu (13/6). Sementara itu Rusia dan Turki, yang mendukung pihak lawan di Libya, telah menunda pembicaraan tingkat menteri mengenai konflik di Libya.

Libya terpecah antara Tentara Nasional Libya (LNA) dan saingannya Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) dengan negara-negara terpecah karena dukungan mereka terhadap LNA atau GNA.

Dengan merujuk pada pandemi virus corona, Paus Fransiskus mengatakan kondisi kesehatan para migran, pengungsi, dan pencari suaka yang sudah genting telah diperburuk, menjadikan mereka semakin rentan terhadap eksploitasi dan kekerasan.

"Ada kekejaman. Saya menyerukan kepada komunitas internasional, Tolong!, untuk memperhatikan masalah mereka. Saudara-saudari, kita semua memiliki tanggung jawab dalam hal ini. Tidak ada yang bisa menganggap diri mereka terbebas dari ini," kata dia.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia seperti Dokter Tanpa Batas mengatakan orang-orang di pusat-pusat penahanan migran di Libya ditahan dalam kondisi berbahaya dan terekspos dengan pelanggaran. (Reuters)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home