Loading...
HAM
Penulis: Sotyati 11:11 WIB | Senin, 03 Agustus 2015

Pawai Hak-hak Sipil, dari Selma menuju Washington

Velivia Peterson (8), turut dalam pawai bertajuk America's Journey for Justice March, memperingati 50 tahun Hak untuk Ikut dalam Pemilihan Umum. (Foto: kentucky.com/Montgomery Advertiser via AP/Albert Cesare)

SELMA, SATUHARAPAN.COM – Velivia Peterson baru berusia 8 tahun. Namun, bocah itu ada di antara 200 orang yang memulai aksi jalan kaki dari Selma, Alabama, menuju Washington DC, pada hari Sabtu (1/8).

Aktivis pendukung hak-hak sipil Amerika itu, memulai aksi berjalan kaki sejauh 1.385 kilometer dari Selma, ke Washington DC, untuk menyoroti apa yang mereka katakan sebagai serangan baru terhadap hak-hak kesetaraan.

Aksi jalan kaki bertajuk "America’s Journey for Justice'' yang dimulai dari Jembatan Edmund Pettus yang bersejarah. Di jembatan itu, setengah abad yang lalu, berkumpul banyak orang, berusaha berpawai dari Selma ke Montgomery untuk mendukung hak memilih bagi semua ras. Namun, polisi memukuli dan menembakkan gas airmata ke peserta pawai di depan jembatan di Selma tanggal 7 Maret 1965, dan peristiwa itu kemudian dinamakan “Bloody Sunday” atau “Minggu Berdarah”.

Pawai kali ini ditargetkan memakan waktu "40 hari 40 malam'', berakhir tanggal 15 September. “Kami sedang melakukan sesuatu yang sangat besar,” demikian pernyataan Pendeta Theresa Dear kepada koran Montgomery Advertiser.

Aksi pada Sabtu itu, seperti diberitakan usatoday.com, dihadiri politikus dan pemimpin agama dari berbagai negara bagian. Walaupun, jauh dari harapan, penyelenggara tetap optimistik kegiatan itu sukses.

Velivia Peterson bersama lebih dari 200 aktivis itu, seperti diberitakan voaindonesia.com, ambil bagian dalam bagian pertama pawai jalan kaki itu, yang diperkirakan akan menjadi 16 kali lebih jauh dibanding jarak 87 km yang ditempuh aktivis hak-hak sipil pada tahun 1965.

Pawai jalan kaki yang diselenggarakan oleh National Association for the Advancement of Colored People – NAACP itu menandai peringatan 50 tahun Voting Rights Act, atau Hak untuk Ikut Pemilihan Umum, yang menurut pendukungnya kini terancam. 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home