Loading...
DUNIA
Penulis: Reporter Satuharapan 00:59 WIB | Minggu, 09 Februari 2020

PBB: ISIS Masih Jadi Pusat Ancaman Terorisme Transnasional

Para perempuan Yazidi menghadiri sebuah upacara di Kuil Lilash untuk memperingati kematian para perempuan yang dibunuh oleh militan Islamic State/ISIS, saat Hari Perempuan Internasional di Shikhan, utara Irak, Jumat (8/3/2019). (Foto: Reuters/Ari Jalal)

PBB, SATUHARAPAN.COM - Kepala antiterorisme Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat (7/2) mengatakan ISIS masih menjadi pusat ancaman terorisme transnasional, terlepas dari kekalahannya di Suriah pada Maret lalu dan kematian pemimpinnya, Abu Bakar al-Baghdadi, pada Oktober tahun lalu.

Vladimir Voronkov, Undersecretary-General Kantor Anti-Terorisme PBB, mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa ISIS terus berupaya bangkit dan mengincar relevansi global secara online dan offline, bertekad membangun kembali kapasitasnya untuk operasi internasional yang kompleks.

Lebih lanjut, Voronkov mengatakan afiliasi-afiliasi regional ISIS terus mengejar strategi pertahanan (entrenchment) di zona-zona konflik dengan mengeksploitasi keluhan lokal.

Dia menambahkan para pejuang teroris asing yang melakukan perjalanan ke Irak dan Suriah diperkirakan akan terus menjadi ancaman akut jangka pendek, menengah, dan panjang mengingat jumlah mereka yang banyak, dengan perkiraan mereka yang masih hidup berkisar antara 20.000 hingga hampir 27.000 orang.

Voronkov mencatat bahwa pembentukan kembali ISIS sebagai jaringan rahasia di Suriah mengikuti pola yang sama seperti di Irak sejak 2017. Suriah timur laut mengalami lonjakan serangan yang menargetkan koalisi anti-ISIS internasional serta kelompok-kelompok bersenjata nonpemerintah lokal.

Selain itu, situasi para pejuang ISIS dan anggota keluarga mereka di fasilitas penahanan dan pengungsian di Irak serta Suriah kian memburuk, ujarnya, seraya menambahkan bahwa nasib mereka masih menjadi tantangan utama bagi masyarakat internasional.

Sementara ISIS kian fokus untuk membebaskan para tahanan ini, sebagian besar negara anggota PBB belum mau bertanggung jawab atas pemulangan warga negara mereka yang berada di fasilitas tersebut, katanya.

Mengenai hal ini, Voronkov mendesak negara-negara anggota PBB untuk melakukan tanggung jawab utama mereka bagi warga negaranya dalam hal perlindungan, repatriasi, pengadilan yang sensitif atas gender dan sesuai dengan usia, rehabilitasi dan strategi reintegrasi. (Xinhua)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home