Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 13:43 WIB | Kamis, 16 Januari 2020

PBB Salahkan Politisi Atas Kekacauan di Lebanon

Kantor bank dan fasilitas ATM yang dirusak dalam aksi protes selama dua hari di Beirut, Lebanon. (Foto: dari Reuters)

BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-PBB menuduh para politisi Lebanon berdiam diri sementara negara itu menuju ke dalam kekacauan, setelah protes massa yang marah pada hari Rabu (15/1)  malam dan massa menargetkan gedung-gedung bank di kawasan kelas atas di Beirut.

Pasukan keamanan menembakkan gas air mata di luar bank sentral untuk membubarkan pengunjuk rasa yang melempari mereka dengan batu dan kembang api. Seorang lelaki melemparkan aki mobil ke kaca depan sebuah bank ketika seorang lelaki lain memukulnya dengan batang logam. Kamera keamanan dan mesin ATM lainnya hancur, dan lampu lalu lintas rusak, dan peralatan di tempat parkir hancur.

Dalam lima jam bentrokan di Hamra, hampir 50 petugas keamanan dan hingga 40 pengunjuk rasa terluka. Dilaporkan ada 59 orang yang ditangkap. Kekerasan itu adalah yang terburuk sejak protes menentang korupsi pemerintah dan kesulitan keuangan dimulai pada Oktober, dan terjadi di tengah kebuntuan akibat pertikaian politik sektarian mengenai pemerintah baru.

"Hari kebingungan terkait pembentukan pemerintah, di tengah protes yang semakin marah dan ekonomi yang jatuh makin dalam," kata Jan Kubis, koordinator khusus PBB untuk Lebanon, dikutip Arab News. "Politisi, jangan salahkan orang, salahkan dirimu atas kekacauan berbahaya ini."

Ketika gerakan protes memasuki bulan keempat, bank telah menjadi sasaran utama para demonstran yang menuduh mereka membawa Lebanon ke arah krisis ekonomi terburuk sejak perang saudara  pada kurun1975-1990.

Bank secara sewenang-wenang membatasi jumlah dolar yang dapat ditarik atau ditransfer oleh nasabah ke luar negeri. Sebagian besar penarikan terbatas hingga sekitar 1.000 dolar AS per bulan, dan yang lain telah memberlakukan pembatasan yang lebih ketat.

"Saya telah datang ke sini selama tiga hari terakhir dan hanya dapat mengambil 300 dolar... kami memohon, bekerja 55 tahun yang akhirnya datang untuk mengemis," seorang perempuan di Jalan Hamra mengatakan pada hari Rabu (15/1).

Penjaga toko di Hamra, Mohammad Al-Rayyes, mengatakan: "Saya mempunyai harapan apa yang terjadi kemarin. Sayangnya kekacauan itu karena para politisi.”

Seorang penjaga keamanan di Franasbank, yang tidak bertugas pada hari Selasa malam, berbicara kepada Arab News ketika ia menyaksikan kamera pengintai baru dipasang di luar bank. "Bahkan jika aku ada di sini, apa yang bisa kulakukan?"

“Pasukan keamanan tidak bisa menghadapi mereka, mereka harus menggunakan gas air mata. Ini adalah pertama kalinya terjadi di Hamra Street. Bahkan pada masa perang, bank beroperasi secara normal dan tidak ada yang menyerang mereka,” katanya.

Orang-orang yang lewat tercengang oleh pemandangan itu. "Apa yang terjadi bertujuan untuk membuat revolusi terlihat buruk," kata Mohammad. “Mereka yang menghancurkan dan menyerang properti publik dan pribadi bukanlah pengunjuk rasa damai. Ini bukan bagaimana kami menanggapi pembatasan perbankan." Perempuan lain menggambarkan pemandangan itu sebagai "medan perang." Dia berkata: "Menghancurkan properti pribadi tidak menguntungkan revolusi."

Saad Hariri, yang mengundurkan diri sebagai perdana menteri ketika protes dimulai tetapi tetap sebagai pejabat sementara, mengatakan, "Serangan di Jalan Hamra tidak dapat diterima, dan menodai partai atau orang mana pun yang membenarkan atau menutupinya."

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home