Loading...
RELIGI
Penulis: Ignatius Dwiana 00:23 WIB | Selasa, 07 November 2017

PeaceTrain: Perjalanan Menyuarakan Perdamaian

Melalui program PeaceTrain, orang muda diajak melakukan perjalanan ke suatu kota menggunakan kereta api dan mengkampanyekan perdamaian. (Foto: Ignatius Dwiana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kegiatan orang muda lintas agama untuk mengkampanyekan perdamaian terus digelorakan. Melalui program PeaceTrain, orang muda diajak melakukan perjalanan ke suatu kota menggunakan kereta api dan mengkampanyekan perdamaian.

PeaceTrain bulan November berangkat dari Jakarta menuju Surabaya pada 3 – 5 November 2017. Diikuti peserta berusia 20-35 tahun dari pelbagai daerah dan agama kepercayaan. Seperti Sorong, Banjarmasin, Salatiga, Bandung, Riau, Medan, Makasar, Malang, Cirebon, Lamongan, Sidoarjo, Jabodetabek, dan lain-lain. Mereka ditemani lima orang fasilitator, yakni Ahmad Nurcholish, Anik HT, Frangky Tampubolon, Destya Mawriz, dan Johan Edward  yang merupakan penggagas dari program ini.

PeaceTrain ini diciptakan sebagai jembatan penghubung antar komunitas pemuda dari berbagai agama dalam satu kota dan kota yang lain. Juga untuk menciptakan ruang perjumpaan.  "Perjumpaan itu bagi kami penting. Supaya mereka bisa berinteraksi, berbagi cerita. Mengetahui, memahami keunikan, dan kekhasan dari masing-masing agama sehingga tumbuhlah rasa menghargai, menghormati, dan bertoleransi. Karena itu menjadi prasyarat bagi kita untuk mewujudkan perdamaian," kata salah satu penggagas, Ahmad Nurcholish, kepada satuharapan.com.

Sekretaris Jenderal Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) Romo Hariyanto SJ menyebut perjalanan ini merupakan kesempatan yang baik bagi orang muda dan bukan perjalanan biasa. Tetapi sebuah perjalanan rohani.

"Anda datang dan berkomunikasi, berdialog, dan merasakan bagaimana orang menghayati berbagai macam agama di tempatnya. Bukan kata orang. Tetapi merasakan, mencicipi, mendengar langsung, berjumpa. Kita hidup di dalam era virtual. Tetapi kita juga sadar perjumpaan virtual ternyata tidak menyelesaikan macam-macam hal. Perjumpaan secara fisik tetap diperlukan dan menjadi kunci yang sangat penting. Karena tidak semua orang siap untuk melakukan semacam ini," katanya.

Peserta Peace Train mengunjungi pelbagai komunitas agama, rumah-rumah ibadah, dan tokoh-tokoh yang dianggap sebagai aktor penting toleransi dan perdamaian . Mereka juga akan berproses untuk saling belajar, bekerja bersama, mengelola perbedaan, dan menuliskan pengalaman perjumpaan.

Seorang peserta Peace Train periode sebelumnya 15 – 17 September 2017 lalu menuturkan dalam testimoninya,"Melalui peace train saya banyak banget belajar. Simpel. Semua agama mengajarkan kebaikan. Dari peace train ini saya belajar berbeda itu indah. Saya bersyukur di tengah-tengah keberagaman. Baik agama maupun budaya."

Program Peace Train ini diharapkan dapat menjadi program reguler. Mengeksplorasi sebanyak mungkin kota di Indonesia yang bisa dijangkau lewat kereta dan melibatkan sebanyak mungkin komunitas muda lintas agama. 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home