Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 20:52 WIB | Rabu, 07 Desember 2016

Pemerintah Minta Masyarakat Kurangi Makan Cabai

Ilustrasi. Sambal pedas. (Foto: Diah Anggraeni Retnaningrum Wibisono)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pemerintah meminta masyarakat mengurangi makan cabai di tengah tingginya kenaikan harga cabai di sejumlah daerah di Indonesia.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita terlihat serius menanggapi inflasi tinggi yang terjadi di bulan November 2016 yang disebabkan oleh kenaikan harga-harga komoditas pangan dan kelompok bahan makanan, terutama bumbu-bumbuan seperti cabai dan bawang merah.

BPS melaporkan inflasi November mencapai 0,47 persen yang jauh lebih tinggi bila dibanding inflasi November tahun 2015 (0,21 persen) dan juga lebih tinggi bila dibanding inflasi Oktober (0,14 persen).

Kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 1,66 persen pada November 2016. Dari 11 subkelompok yang ada pada kelompok Bahan Makanan, subkelompok yang menyumbang inflasi tertinggi adalah sub kelompok bumbu-bumbuan yang mengalami kenaikan harga sebesar 12,68 persen.

Dari 11 subkelompok pada kelompok Bahan Makanan, hanya empat subkelompok yang mengalami inflasi. Selebihnya mengalami deflasi. Secara keseluruhan kelompok Makanan memberi andil inflasi sebesar 0,36 persen.

Komoditas yang memberi andil terbesar terhadap inflasi adalah cabai merah (0,16 persen), bawang merah (0,10 persen), cabai rawit (0,05 persen), dan tomat sayur (0,04 persen).

Enggar mengatakan, kenaikan harga cabai tidak begitu mempengaruhi kondisi ekonomi Indonesia jika dibandingkan dengan pengaruh dari kenaikan harga komoditas pangan lainnya seperti beras.

“Sekarang kita bilang apa yang harus dilakukan karena cuaca itu kan komoditi (cabai) yang betul-betul tergantung dari kondisi alam. Beda dengan antara cabai dengan beras. (Inflasinya) berapa? Kecil. Sedikit sekali. Kecil sekali,” kata Mendag Enggar kepada satuharapan.com, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, hari Rabu (7/12).

Oleh karena itu, dia meminta agar masyarakat mengurangi mengonsumsi cabai.

“Sekarang kalau enggak ada beras, you nggak makan cabe enggak mati kan? Sudahlah, kurangilah makan cabai,” kata Enggar.

Tidak Bisa Terdistribusi

Enggar tidak menyebutkan apa yang akan dilakukan Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perdagangan dan pemerintah dalam waktu dekat untuk mengatasi kenaikan harga cabai.

“Bagaimana kita bilang 'stop hujan kita', kita pakai pawang susah seIndonesia. Bagaimana operasi pasar dari mana barang? Bukan barang enggak ada, bagaimana angkutnya? Lebih dari tiga hari busuk, mau diapain coba?” katanya.

“(Stok) ada cuman tidak bisa terdistribusi. Mau bagimana? Lebih lama busuk. Mereka hujan tidak mau metik,” dia menambahkan.

Melihat situasi tersebut, Enggar pun mengusulkan agar masyarakat ikut menanam cabai.

“Jadi tanamlah cabai,” katanya.

Senada dengan Enggar, Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Darmin Nasution, mengatakan kenaikan cabai dikarenakan cuaca yang ekstrim. Menurut dia, dengan kenaikan harga cabai kondisi ekonomi Indonesia masih belum sangat berpengaruh karena komiditas pangan penting seperti beras tidak mengalami kenaikan harga.

“Beras enggak naik. Cabai itu karena cuaca ekstrim, kita mau beli (cabai) di luar (impor) juga tidak terlalu besar juga peranannya di pengeluaran orang. Kalau beberapa barang ya baru berpengaruh, tapi kalau cuma satu enggak banyak (pengaruhnya), tapi kalau main dengan sayur dengan bawang adalah pengaruhnya,” kata Darmin.

“Orang enggak makan cabai ya kurang nikmat, tapi ya tidak apa-apa kalau enggak makan cabai,” dia menegaskan.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home