Loading...
RELIGI
Penulis: Bayu Probo 19:34 WIB | Senin, 20 April 2015

Pemimpin Gereja Sudan Selatan Serukan Perdamaian

Peserta konsultasi WCC- SSCC di Addis Ababa. (Foto: WCC/Marianne Ejdersten)

ADDIS ABABA, SATUHARAPAN.COM – Dewan Gereja Dunia (The World Council of Churches/WCC) bekerja sama dengan Dewan Gereja Sudan Selatan (South Sudan Council of Churches/SSCC) melakukan sidang untuk konsultasi khusus pada Proses Perdamaian Sudan Selatan, 14-15 April di Addis Ababa, Ethiopia.

Dua puluh pemimpin dan perwakilan gereja dari Sudan Selatan dan Ethiopia bertemu bersama dengan instansi terkait selama dua hari untuk merefleksikan situasi tragis konflik di Sudan Selatan. Sekarang masuk pada bulan keenam belas dan baru-baru ini pembicaraan damai gagal antara pihak-pihak yang terlibat konflik. Gereja juga mencari cara baru untuk solusi damai.

“Gereja sekarang berusaha untuk memulai proses perdamaian untuk mengatasi ketidakpercayaan dari para pihak bertikai. Dan, gereja mengajak mereka bersama-sama untuk membahas kebutuhan masyarakat dan masa depan bangsa dalam forum yang kurang terpolarisasi dan kurang bermuatan politis daripada proses lainnya,” janji para pemimpin gereja dalam komunike mereka, yang diterbitkan di Addis Ababa pada Rabu (15/4).

Mengeluarkan catatan pada musim Paskah tentang janji hidup dan kebangkitan baru, komunike ini mengecam pihak yang berkonflik untuk konflik yang tidak masuk akal dan berjanji upaya advokasi luas menjangkau semua segmen masyarakat di Sudan Selatan.

   Baca juga:

“Orang-orang Sudan Selatan terus menderita,” dalam pernyataan itu. “Trauma dekade konflik sedang diperkuat dan bukannya sembuh. Penegakan hukum hampir tidak ada. Di banyak bagian negara ada anarki virtual, tanpa pemerintah yang efektif. Budaya balas dendam mendominasi dan makin lama perang terus berlanjut, budaya ini akan tertanam makin dalam. Ada rasa tidak aman dan ketakutan; orang panik saat ada alarm. Tribalisme terus meningkat. Pertempuran dan perekrutan paksa terus terjadi.”

“Ini mendesak untuk membawa perdamaian ke Sudan Selatan. Orang-orang menderita,” kata Sekretaris Umum WCC Rev. Dr Olav Fykse Tveit dalam sambutannya kepada peserta konsultasi. Ia menekankan, “Para pemimpin gereja memainkan peran penting untuk membawa perdamaian ke Sudan Selatan.”

Tveit melanjutkan, “WCC telah menyertai gereja-gereja di Sudan Selatan selama lebih dari 40 tahun. Kami berkumpul di sini untuk merefleksikan bagaimana Tuhan bisa memimpin orang-orang Anda untuk keadilan dan perdamaian. Kami memiliki peran yang sangat padat untuk bermain sebagai pembuat perdamaian. Gereja-gereja yang mewakili rakyat dan masyarakat sipil dan bisa menyatukan negara.”

Pendeta Peter Gai Lual, kepala Gereja Presbyterian dari Malakal dan ketua SSCC, mengatakan, “Kami, para pemimpin gereja, secara konsisten menyatakan bahwa tidak ada pembenaran moral dan tidak ada alasan untuk melanjutkan pertempuran dan pembunuhan. Pertempuran harus segera dihentikan. Dan, hanya dengan itu masalah politik dapat dibahas dalam cara yang berarti. Kami adalah duta perdamaian dan diamanatkan oleh Allah untuk mendamaikan.”

“Perdamaian harus dipertahankan dan harus perdamaian dengan keadilan. Kami datang sebagai orang beriman dan membawa harapan besar bagi dunia. Kami adalah peziarah dan kami harus bekerja, berjalan dan berdoa bersama,” kata Dr Agnes Abuom, moderator Komite Sentral WCC.

Para delegasi disambut oleh Patriark Abune Matthias dari Gereja Tewahedo Ortodoks Ethiopia, Uskup Agung Axum dan Echegue dari Takhta St Teklehaimanot; Abune Berhaneyesus, kardinal dari Gereja Katolik Ethiopia; dan Pdt Dr Wakseyoum Idosa, presiden Ethiopia Gereja Injili Mekane Yesus. Pertemuan ini juga dihadiri oleh Duta Besar Seyoum Mesfin, utusan khusus ketua Otoritas Pembangunan Antarpemerintah Afrika Timur. Delegasi Sudan Selatan juga bertemu dengan Perdana Menteri Ethiopia Hailemariam Desalegn.

WCC akan mengajak doa khusus untuk Proses Perdamaian Sudan Selatan pada bulan Mei. (oikoumene.org)

Dari WCC


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home